Berhasil masuk ke lima besar Lomba Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Tingkat Nasional Tahun 2017, P3A Usaha Bersama Air Sagu semakin termotivasi untuk berbenah menjadi P3A Model di Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Lomba yang diselenggarakan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air melalui Direktorat Bina Operasi dan Pemeliharaan ini telah memasuki tahap penilaian kedua yaitu visitasi lapangan yang diselenggarakan sejak 5 Juni 2017. Sedangkan sarasehan dan presentasi yang merupakan tahap penilaian pertama telah dilaksanakan pada bulan Mei 2017 di Tangerang, Banten.

 

Dalam sambutannya pada saat visitasi lapangan ke P3A Usaha Bersama Air Sagu, Prof. Dr.Ir. Sigit Supatmo Arif (UGM) yang merupakan salah satu juri menyampaikan bahwa lomba ini merupakan proses pembelajaran bagi seluruh P3A dari Sabang sampai Merauke untuk dapat saling bertukar wawasan, pengetahuan, kemampuan dan pengalaman di tingkat irigasi tersier. “Pada tahap visitasi lapangan ini, aspek yang akan dinilai adalah pembiayaan, kelembagaan, teknis irigasi, dan teknis pengairan,” jelasnya. Kepala BWS Nusa Tenggara II Agus Sosiawan yang turut mendampingi tim juri mengutarakan dukungannya kepada para P3A melalui pembinaan dan pengembangan yang akan semakin digiatkan oleh BWS Nusa Tenggara II demi keberlanjutan pengelolaan sistem irigasi untuk mendukung ketahanan pangan di Provinsi NTT.

 

Ditemui pada saat penilaian juri di mata air sagu, Desa Noelbaki, Oktori Gaspersz selaku Ketua P3A Usaha Bersama Air Sagu mengungkapkan rasa bangganya karena berhasil masuk lima besar di tingkat Nasional. “NTT dikenal sebagai salah satu provinsi yang curah hujannya sangat rendah. Dalam setahun, hanya 3 bulan musim hujan, sementara 9 bulan lainnya merupakan musim kering (kemarau). Suatu kehormatan bagi kami karena dengan kondisi alam yang demikian, kami terpilih menjadi 5 besar. Kesempatan ini akan menjadi motivasi kami untuk terus berbenah diri,” tuturnya semangat.

 

Ia juga berharap dengan mengikuti lomba ini, saluran irigasi tanah dapat ditingkatkan menjadi saluran teknis permanen, supaya pengambilan air dari mata air sagu bisa maksimal. Selain itu, ia juga akan mengikuti saran dan masukan yang diberikan oleh tim juri agar kesejahteraan para anggota P3A bisa semakin meningkat.

 

Sejauh ini, para pengurus dan anggota P3A Usaha Bersama Air Sagu bersama-sama menjalankan kegiatan yang telah disepakati. “Setiap Senin, kami bergotong royong melakukan pengecekan dan membersihkan sumber mata air, saluran pembawa yang dikenal dengan saluran primer dan sekunder, bak-bak pembagi, dan saluran-saluran tersier. Masalah yang kami hadapi adalah adanya kebocoran pada beberapa saluran dikarenakan usia bangunan yang sudah tua sekitar 30 tahun sehingga lebih banyak air yang terbuang percuma,” papar Oktori. Dengan keberhasilan ini, ia mengharapkan apresiasi dari pemerintah provinsi maupun pusat untuk memperbaiki sarana dan prasarana yang ada sehingga P3A Usaha Bersama Air Sagu siap menjadi P3A Model di Provinsi NTT. (dro/ech KompuSDA)

  • kompusda

Share this Post