Leaving No One Behind yang diadaptasi dalam tema Indonesia yaitu "Semua Harus Mendapatkan Akses Air" menjadi tema PEringatan Hari Air Dunia ke-XXVII Tahun 2019 ini. Dalam memperingati momen tahunan yang dirayakan setiap tanggal 22 Maret tersebut, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melaksanakan Pencanangan HAD di lingkungan Kementerian PUPR di Jakarta (22/3).
“Peringatan Hari Air Dunia Tahun 2019 mengangkat tema No One Leave Behind yang diadaptasi dalam tema Indonesia “Semua Harus Mendapatkan Akses Air”. Peringatan ini untuk meningkatkan perhatian publik akan pentingnya air dan pengelolaan sumber-sumber air yang berkelanjutan,” kata Menteri PUPR Basuki Hadimuljono saat membuka acara tersebut.
Menteri Basuki mengatakan program Kementerian PUPR diarahkan agar semua orang mendapatkan akses air melalui normalisasi sungai dan memperbanyak jumlah tampungan air dengan pembangunan bendungan dan embung. Dari total Kementerian PUPR Tahun 2019 sebesar Rp 110,73 triliun, alokasi anggaran sumber daya air sebesar Rp 39,7 triliun.
Potensi air di Indonesia cukup tinggi sebesar 2,7 triliun m3/tahun. Dari volume tersebut, air yang bisa dimanfaatkan sebesar 691 miliar m3/tahun dimana yang sudah dimanfaatkan sekitar 222 miliar m3/tahun untuk berbagai keperluan seperti kebutuhan rumah tangga, peternakan, perikanan dan irigasi.
“Namun potensi sebesar itu, keberadaannya tidak sesuai dengan ruang dan waktu, sehingga kita membutuhkan tampungan-tampungan air. Dengan begitu pada saat musim hujan air ditampung untuk dimanfaatkan musim kemarau. Itulah gunanya bendungan dan embung/setu untuk penampungan air,” kata Menteri Basuki.
Hingga tahun 2018, sebanyak 55 dari program pembangunan 65 bendungan sudah dalam tahap konstruksi dimana 14 diantaranya sudah rampung. Pada tahun 2019 akan diselesaikan lagi sebanyak 15 bendungan sehingga akan selesai 29 bendungan. “Tahun 2019 juga akan dimulai pembangunan 10 bendungan baru. Ditargetkan seluruhnya tahun 2022 pembangunan 65 bendungan tersebut rampung seluruhnya,” ujar Menteri Basuki.
10 bendungan yang dimulai pembangunannya tahun 2019 yakni Bendungan Jenelata, Pelosika, Jragung, Digoel, Tiro, Mbay, Budong-Budong, Ameroro, Tiu Suntuk dan Bulango Ulu.
Sementara untuk pembangunan embung, selama empat tahun (2015 – 2018), total jumlah embung yang dibangun Kementerian PUPR sebanyak 949 buah. Tahun 2019 akan dibangun 104 embung, yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia sehingga total terbangun hingga 2019 sejumlah 1.053 embung.
Untuk memenuhi kebutuhan air di Jakarta, Dirjen Sumber Daya Air Hari Suprayogi mengatakan Kementerian PUPR akan menambah suplai dari Bendungan Jatiluhur dan menyelesaikan pembangunan Bendungan Karian di Kecamatan Rangkasbitung, Lebak, Banten. “Masih kurangnya suplai air Jakarta mengakibatkan terjadi pengambilan air tanah yang berdampak pada penurunan tanah sehingga terjadi banjir rob. Oleh karenanya perlu subtitusi air tanah dengan air permukaan yakni tambahan suplai air dari Bendungan Jatiluhur dan Bendungan Karian,” kata Hari Suprayogi.
Selain memperbanyak tampungan air, juga dilakukan upaya revitalisasi dan normalisasi sungai di seluruh Indonesia. Salah satunya program Citarum Harum yang telah dicanangkan Presiden Joko Widodo lewat Perpres 15 Tahun 2018 akan dijadikan percontohan dalam upaya pembersihan sungai di daerah lain.
Program Citarum Harum dilakukan secara masif melibatkan seluruh pemangku kepentingan, akan dijadikan acuan di sungai-sungai lain. Ditargetkan dalam tujuh tahun Sungai Citarum akan kembali bersih, dengan indikator ikan-ikan sudah bisa hidup kembali di sungai tersebut.
Dalam peringatan HAD tersebut, Menteri Basuki secara simbolis juga melakukan pelepasan burung dan menyerahkan bantuan peralatan pembuatan biopori serta pupuk organik padat kepada 10 kelurahan, 5 SD, 5 SMP, 5 SMA, dan 5 Perguruan Tinggi yang berada di sekitar kampus Kementerian PUPR. Penyerahan bantuan tersebut merupakan bagian dari upaya pelestarian air dengan membuat lubang serapan air hujan. Biopori juga berfungsi untuk mengurangi aliran air permukaan (run off) sehingga mencegah terjadinya genangan dan banjir.
"Saya mengajak kita semua masyarakat Indonesia untuk memanfaatkan air dengan baik karena air juga makhluk hidup. Apapun yang kita lakukan terhadap air, air akan memberikan resonansinya kepada kita. Kalau kita berbuat baik terhadap air mereka akan jadi sahabat kita, kalau kita tidak berbuat baik kepada air dia akan memusuhi kita," pesan Menteri Basuki.
Senada dengan Menteri PUPR, Dirjen SDA pun mengatakan bahwa tema tahun ini menyadarkan kita bahwa masih terdapat beberapa wilayah yang tidak mendapatkan akses air yang baik, dirinya menyebutkan bahwa Ditjen SDA akan mendekatkan akses air kepada masyarakat baik kualitas maupun kuantitas. "Tentunya ini tidak bisa dari pemerintah saja, maka masyarakat kita ajak, dari anak-anak sekolah, mahasiswa, semuanya dan juga kesadaran dari dalam diri sendiri. Zaman 4.0 ini kan semua serba automatic, harapan saya nanti sampah akan berkurang, air ini bukan hanya kualitasnya saja namun juga bisa jadi bencana, maka mari kita jaga bersama," pesannya.
Sementara itu di waktu yang sama, Menteri Basuki juga mendapatkan penjelasan mengenai teknologi Pompa Air Tenaga Hidro (PATH) inovasi Pusat Litbang Sumber Daya Air, Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian PUPR. PATH merupakan teknologi pemompaan air dengan memanfaatkan energi air tanpa listrik atau bahan bakar untuk menggerakkan pompa sehingga dapat menaikkan air ke lokasi dengan elevasi yang lebih tinggi dari sungai. Saat ini teknologi tersebut sudah diterapkan di tiga lokasi yakni pada Sungai Lungge di Temanggung, Sendang Kiringan di Magelang, dan Sungai Dungromo di Pacitan. (kompusda/birkompu)
temanya kan leaving no onebehind, ini menyadari masih ada beberapa yang mendapatkan akses air, oleh karena itu ini kan dalam rangka had, kita harus menyadarkan semuanya arti penting air, kita mendekatkan akses kepada masyarakat, kualitas dan kuantitas tidak bisa pemerintah saja, maka masyarakat kita ajak, dari anak2 sekolah, mahasiswa, semuanya dan juga penyadaran dari dalam diri sendiri juga, kita kasih penyadaran untuk air bisa dimanfaatkan misalnya untuk diminum. zaman 4.0 ini kan semua serba automatic, sampah akan berkurang harapannya, air ini bukan hanya kualitasnya saja namun juga bisa jadi bencana, mari kita jaga bersama
- kompusda