Hari Air Dunia yang jatuh pada tanggal 22 Maret menjadi sebuah momentum bagi seluruh warga dunia untuk saling bekerja sama menjaga kualitas dan kuantitas air demi keberlangsungan hidup di masa depan. Indonesia sebagai negara maritim pun, masih memiliki berbagai persoalan yang perlu diselesaikan terkait air bersih, di tengah meningkatnya jumlah penduduk Indonesia serta ancaman krisis lingkungan hidup.
"Berbicara air bersih, tentunya ini menyangkut dua hal, terkait dengan kualitas dan kuantitas air bersih. Sehingga, untuk memahami pokok persoalan kita harus melihat dari dua hal itu terlebih dahulu," ujar Imam Santoso selaku Direktur Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), saat ditemui wartawan Kompas di ruang kerjanya, (20/3/2017).
Dari segi kuantitas, Imam menjelaskan bahwa Indonesia memiliki volume sumber daya air sebesar 3,9 triliun meter kubik per tahun. Sedangkan yang potensial untuk dimanfaatkan bagi kehidupan masyarakat, berkisar 691 miliar meter kubik per tahun.
"Indonesia saat ini sudah memanfaatkan sekitar 175 miliar meter kubik air per tahun. Sementara sisanya sekitar 516 miliar meter kubik air yang potensial belum dimanfaatkan secara maksimal. Sisanya ini yang akan kami optimalkan," jelasnya.
Imam memaparkan bahwa untuk mengoptimalkan kebutuhan air bagi masyarakat, Kementerian PUPR terus meningkatkan kuantitas air melalui pembangunan 65 bendungan yang ditargetkan selesai keseluruhan pada tahun 2021, rehabilitasi 3 juta hektar lahan irigasi, pembangunan 1 juta hektar lahan irigasi baru, hingga pembersihan sungai.
"Optimalisasi potensi air saat ini juga menjadi bagian untuk mewujudkan Nawacita pemerintahan Jokowi-JK, yang salah satunya memuat isu ketahanan pangan," papar Imam.
Selain menunjang ketahanan pangan, peningkatan kuantitas air juga demi memenuhi aspek kebutuhan manusia lainnya seperti kebutuhan air rumah tangga (domestik), perkotaan (municipal), dan kegiatan industri (industrial).
Sementara, dari sisi kualitas, Imam mengakui bahwa sebagian besar air yang bisa dimanfaatkan berkualitas buruk. Hal itu dikarenakan adanya limbah serta kerusakan tanah sebagai resapan air akibat alih fungsi lahan oleh masyarakat.
"Jadi, misalnya saja begitu hujan, hutan yang awalnya lebat kemudian mengalami alih fungsi lahan itu bisa menimbulkan erosi tanah yang nantinya bisa membuat daerah aliran sungai (DAS) menjadi jelek, terbatas daya tampungnya, air pun akan menjadi kotor," jelasnya.
Kekuatan Masyarakat
Menurut Imam, paradigma lama masyarakat Indonesia yang memandang bahwa sungai sebagai tempat sampah harus diubah dengan menjadikan sungai sebagai teman hidup yang perlu dilestarikan. Oleh karena itu, pada momentum Hari Air Sedunia ini, Kementerian PUPR menjalin kerja sama dengan masyarakat sebagai kekuatan tersendiri dalam pemberdayaan pengelolaan air.
"Kami memanfaatkan momentum ini untuk mengajak masyarakat lebih menjaga sumber airnya, mencintai sungainya lewat beragam aktivitas yang melibat berbagai komunitas-komuntas yang ada di masyarakat," tuturnya.
Kementerian PUPR telah menggandeng beragam komunitas masyarakat yang berada di kawasan sungai agar bisa membangkitkan rasa peduli terhadap sungainya melalui aktivitas seperti pembersihan sungai dari sampah. Komunitas ini nantinya juga berperan penting membantu pemerintah dalam membangun fasilitas sanitasi yang baik bagi masyarakat.
Imam juga menegaskan bahwa pihaknya akan memperkuat pengawasan terhadap pelaku industri agar tidak sembarangan membuang limbah di aliran sungai. Meskipun Indonesia telah memiliki sejumlah instalasi pengolahan limbah, ia tetap berharap masyarakat untuk aktif melaporkan ke balai wilayah sungai dan pemerintah daerah jika menemukan pelaku-pelaku industri yang nakal dalam pembuangan limbahnya.
Sementara, di sisi lain Sekretaris Direktorat Jenderal Sumber Daya Air selaku Ketua Umum Tim Pelaksana Panitia Nasional Hari Air Dunia Tahun 2016-2020, Lolly Martina Martief juga menyampaikan bahwa pihaknya akan melakukan sosialisasi terhadap mahasiswa di perguruan tinggi dan siswa-siswi di tingkat SD, SMP, dan SMA.
"Sosialisasi untuk anak-anak muda tentunya dikemas secara menarik, seperti lewat lomba melukis, sampai perlombaan ilmiah yang melibatkan berbagai kelompok ilmiah remaja di sekolah-sekolah," ungkap Lolly.
Lolly menuturkan, Kementerian PUPR juga akan menggelar aksi simpatik lainnya seperti jalan sehat dan kampanye publik bekerja sama dengan media-media nasional. Tak ketinggalan, ibu-ibu rumah tangga, para pelaku industri rumahan (home industry) hingga pelaku industri besar juga menjadi sasaran sosialisasi.
"Ini menjadi cara kita untuk mengingatkan bahwa urusan air bersih bukan urusan pemerintah saja, tetapi urusan bersama, dan menjadi tanggung jawab bersama," pungkas Lolly. (KompuSDA,Kompas)
- kompusda