Kementerian Pekerjaan Umum (PU) terus memperluas pelaksanaan program padat karya Percepatan Peningkatan Tata Guna Air Irigasi (P3-TGAI) sebagai wujud dukungan terhadap target swasembada pangan yang menjadi fokus pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Program ini difokuskan pada perbaikan dan peningkatan saluran irigasi tersier di berbagai wilayah pertanian, salah satunya di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).

“P3TGAI bukan hanya soal pembangunan saluran irigasi, tetapi juga tentang pemberdayaan masyarakat desa. Petani ikut terlibat sekaligus menjadi penerima manfaat, sehingga mereka merasakan langsung hasil kerja yang dilakukan,” ujar Menteri PU, Dody Hanggodo.

Pada tahun anggaran 2025, pemerintah mengalokasikan Rp1,8 triliun untuk program P3-TGAI di 8.000 lokasi. Di NTB, tahap pertama program ini tersebar di 282 titik dengan target menyerap 3.980 tenaga kerja. Berdasarkan data e-monitoring per 23 September 2025, progres fisik P3-TGAI di NTB sudah melampaui 70%, dengan realisasi penyerapan tenaga kerja mencapai 3.980 orang atau setara 119.370 Hari Orang Kerja (HOK).

Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Nusa Tenggara I, Eka Nugraha Abdi, menegaskan bahwa program ini sepenuhnya ditujukan untuk masyarakat. Selain memperkuat ketahanan pangan, pelaksanaan berbasis padat karya juga membuka lapangan kerja baru dan mendorong perputaran ekonomi desa.

“Balai hanya melakukan pemantauan, sementara pengelolaan dan pengerjaan sepenuhnya dilakukan masyarakat. Dengan begitu, manfaatnya lebih nyata dirasakan,” jelas Eka.

Perbaikan saluran irigasi tersier diharapkan memperlancar distribusi air ke lahan pertanian sehingga produktivitas meningkat. Hal ini dirasakan langsung oleh masyarakat Desa Perung, Kecamatan Penyuk, yang menjadi salah satu lokasi penerima manfaat. Kepala Desa Perung, Syafruddin, menyebutkan program ini sangat membantu karena sebagian besar warga adalah petani.

“Sekitar 75% dari total 3.074 penduduk kami menggantungkan hidup dari bertani di lahan seluas 300 hektare. Dulu, setiap musim tanam warga harus bergotong royong memperbaiki saluran tanah yang mudah rusak. Sekarang salurannya sudah permanen dengan pasangan batu, jauh lebih terjamin,” ungkap Syafruddin.

Seorang petani Desa Perung, Suwardi, juga merasakan dampak positif program ini. Selain mendapat aliran air yang lebih lancar ke sawah, ia juga memperoleh tambahan penghasilan dari bekerja sebagai tukang di proyek tersebut.

“Sebelumnya air sering bocor ke kiri-kanan karena saluran tanah. Sekarang alirannya lebih stabil sampai ke sawah. Alhamdulillah, saya juga dapat pemasukan tambahan dari ikut mengerjakan pembangunan saluran,” kata Suwardi.

P3TGAI sendiri merupakan program peningkatan saluran irigasi tersier, dari saluran tanah menjadi saluran permanen dengan pasangan batu. Rata-rata panjang saluran yang dibangun mencapai 300 meter dengan waktu pengerjaan sekitar 75 hari. Melalui padat karya ini, pemerintah menyalurkan anggaran langsung ke desa, memperkuat perekonomian lokal, sekaligus memastikan keberlanjutan produksi pangan nasional. (KompuSDA)

  • Kompu SDA

Bagikan Postingan Ini