JAKARTA, KompasProperti - Bendungan memiliki peran strategis dalam mewujudkan sistem ketahanan pangan nasionnal. Namun, jumlah bendungan yang ada saat ini belum mampu mengairi seluruh daerah sawah irigasi yang ada.
Dari data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), diketahui jumlah sawah irigasi yaitu seluas 7,4 juta hektar. Sementara, jumlah bendungan yang ada saat ini baru sebatas 230 buah.
"Dari 230 bendungan yang ada, itu baru 11 persen yang terlayani. Artinya sekitar 760 ribu hektar," kata Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PUPR, Imam Santoso, kepada KompasProperti, Rabu (19/10/2017).
Pemerintah kini tengah menggenjot pembangunan 65 bendungan dalam kurun waktu lima tahun. Diharapkan, bila seluruh pembangunan itu telah rampung, maka luas area sawah yang terlayani irigasinya dapat bertambah sekitar 9 persen.
"Kemudian kita targetnya dengan 65 bendungan itu tahun 2020, itu saya bisa meningkat menjadi 18 persen daerah irigasi yang terlayani. Kalau Pak Menteri (bilang) sekitar 20 persen, itu kan lebih karena ada embung dan sebagainya," kata Imam.
Dari 65 bendungan yang hendak diselesaikan, 16 bendungan diantaranya merupakan bendungan yang telah digarap sejak periode pemerintahan sebelumnya. Sedangkan 49 bendungan sisanya merupakan proyek baru yang digagas pada pemerintahan saat ini.
Hingga akhir 2017 ini, diperkirakan baru sembilan bendungan yang akan rampung. Bila seluruh proyek itu berjalan lancar, maka luas area yang teririgasi sampai akhir 2017 akan bertambah menjadi 12,9 persen atau sekitar 859 ribu hektar.
Imam menambahkan, dengan penambahan jumlah bendungan ini, tak hanya berpengaruh terhadap luas area lahan yang teririgasi. Tetapi juga berdampak pada jumlah hasil produksi tanaman yang ditanam petani.
Sebagai gambaran, tanpa ada bendungan, biasanya produksi sawah hanya bisa 1 hingga 2 kali saja dalam setahun. Sementara, dengan adanya bendungan, produksi sawah diperkirakan bisa mencapai 3,5 kali dalam setahun.
"Dikalikan produknya berapa dalam ton kan bisa dikali 2,5 atau 3,5 kali lagi," kata dia.
Manfaat lain
Tak hanya menjadi sumber air irigasi, kehadiran bendungan juga memberikan manfaat lain. Untuk diketahui, jenis bendungan yang dibangun pemerintah yaitu bendungan multifungsi.
Artinya, selain digunakan sebagai sarana irigasi, bendungan itu juga digunakan sebagai sumber air baku, perikanan, pengendali banjir hingga sumber tenaga untuk menggerakkan turbin PLTA.
Dengan penambahan sembilan bendungan sampai akhir 2017, diperkirakan kapasitas tampung bertambah sebesar 1.031 juta meter kubik.
Sementara, kapasitas air baku yang menjadi supply air minum masyarakat di sekitar bendungan dan wilayah perkotaan bertambah sebesar 5 meter kubik/detik.
Adapun untuk potensi energi, kata Imam, bertambah hingga 112 megawatt. Khusus untuk energi, diperkirakan potensi penambahan dapat mencapai 410 megawatt saat 65 proyek bendungan itu rampung.
"(Kalau dikonversikan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat) itu cukup banyak," kata dia.
Kendati memiliki fungsi strategis dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional, membangun sebuah bendungan bukanlah perkara mudah. Imam mengatakan, setidaknya dibutuhkan waktu 3-4 tahun untuk merampungkan sebuah proyek bendungan.
Belum lagi dukungan anggaran yang diperlukan untuk mewujudkannya. Asal tahu saja, diperlukan anggaran sekitar Rp 79,1 triliun untuk merampungkan 65 proyek bendungan.
Itu pun, bila seluruh proyek rampung, belum semua lahan irigasi yang akan terairi oleh bendungnan.
"Nah itu, baru saya buat 65 bendungan saja baru meningka 8-9 persen. Bayangkan saja butuh berapa (agar 7,4 juta hektar semua terairi). Tapi (dengan jumlah yang ada saat ini) produksinya sudah snagat hebat. Artinya ketahanan pangannya sudah cukup tinggi," kata dia.
sumber : kompas.com
- sisda