Seiring perkembangan dan dinamika permasalahan yang muncul di lapangan, penerapan standar keamanan, keselamatan, kesehatan dan keberlanjutan dalam sistem manajemen penyelenggaraan pembangunan infrastruktur sumber daya air sangat diperlukan, oleh karena itu diperlukan pembinaan untuk para perencana maupun pelaksana di lingkungan Direktorat Jenderal (Ditjen) Sumber Daya Air (SDA).

Hal ini disampaikan oleh Direktur Bina Teknik Sumber Daya Air Ditjen SDA, Muhammad Rizal dalam sambutannya sekaligus membuka acara Refreshment Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi Bidang Sumber Daya Air di Bogor, Jawa Barat pada Selasa, 17 Mei 2022.

Bimbingan Teknis ini bertujuan untuk memberikan penyegaran pemahaman, pengetahuan dan kecakapan para perencana dan pelaksana untuk keberhasilan penerapan standar keamanan, keselamatan, kesehatan dan keberlanjutan dalam sistem manajemen penyelenggaraan pembangunan infrastruktur sumber daya air sebagaimana diatur dalam PP No.14 Tahun 2021 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2020 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi.

"Di samping itu juga untuk meningkatkan kemampuan kepemimpinan keselamatan para perencana dan pelaksana dalam merencanakan, mengorganisir, mengawasi dan mengendalikan implementasi sistem manajemen keselamatan konstruksi sebagaimana diatur dalam Permen PUPR No. 10 Tahun 2021," ucap Muhammad Rizal.

Selain itu, bimbingan teknis ini diharapkan dapat berguna untuk pembelajaran secara empirik atas penerapan SMKK di proyek Sumber Daya Air di lapangan serta update dinamika lapangan terkait keamanan bangunan sumber daya air.

Lebih lanjut menurut Muhammad Rizal, yang menjadi kunci utama keselamatan konstruksi adalah penerapan elemen-elemen SMKK di lapangan. "Praktek kepemimpinan keselamatan, partisipasi stakeholders, implementasi perencanaan , dukungan, operasi, monitoring dan audit keselamatan konstruksi merupakan aspek-aspek yang perlu ditegakkan di lapangan. Kita perlu memahami praktek kaidah membiasakan yang benar, bukan membenarkan kebiasaan di lapangan," tegasnya.

Dalam kesempatan yang sama, salah satu narasumber Arie Setiadi Moerwanto selaku Perekayasa Utama Balai Hidrolika dan Geoteknik Keairan, Anggota Komite Keselamatan Konstruksi, Subkomite Sumber Daya Air dalam wawancaranya mengungkapkan pandangannya terkait SMKK khususnya di lingkungan Ditjen SDA. "Secara umum, tantangan kita semakin berat. Dalam internal Kementerian PUPR, load (pekerjaan) semakin banyak, waktu penyelesaian juga semakin cepat, juga menghadapi tantangan perubahan iklim, tata guna lahan dan perilaku masyarakat. Pesan Menteri PUPR bahwa kita harus benahi sistemnya. Untuk itu, poin penting dalam penerapan SMKK di lapangan adalah SDM dan penguasaan teknologi," ungkap Arie Setiadi.

Acara yang dilaksanakan pada 17 - 20 Mei 2022 ini mendapatkan antuasiasme tinggi dari para peserta perwakilan BBWS dan BWS di lingkungan Ditjen SDA sebab acara ini menghadirkan narasumber-narasumber terbaik di bidangnya, diantaranya Direktur QHSE PT. Waskita Beton Precast, Tbk., perwakilan dari Direktorat Jenderal Bina Konstruksi, Ahli Geoteknik, Anggota Komite Keselamatan Konstruksi serta akademisi dari universitas terkemuka di Indonesia.

Dalam bimbingan teknis ini juga akan dilaksanakan studi lapangan praktek penerapan SMKK secara langsung di proyek pekerjaan Groundsill Cipamingkis di Kabupaten Bogor sebagai studi kasus untuk memantik pemikiran dan pembelajaran terkait dengan perencanaan sistem keselamatan konstruksi, implementasi, monitoring dan evaluasi serta diskusi yang lebih detail lainnya khususnya di bidang sumber daya air. (ersytra - KompuSDA)

  • kompusda

Share this Post