Pekerjaan revitalisasi Danau Limboto di Kabupaten Limboto, Gorontalo telah memasuki tahap lanjutan ke 6 di tahun 2019 ini. Danau Limboto sendiri merupakan kawasan Proyek Strategis Nasional (PSN) karena masuk dalam 15 danau kritis di Indonesia.

"Danau Limboto terjadi sedimentasi yang cukup besar, penyusutan, pendangkalan, karena di hulunya banyak yang alih fungsi lahan. Selama ini fungsi utamanya untuk pengendalian banjir, penyimpanan air, ada juga untuk perikanan, pariwisata," ujar Kepala SNVT Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai (BWS) Sulawesi II Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (SDA) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Zullaidi.

Dikatakannya pembangunan ini dimulai sejak tahun 2012 untuk tahap pertama dan ini penting dilaksanakan karena Danau Limboto perlu penyelamatan, jika tidak diprediksi di tahun 2032 akan hilang dikarenakan pendangkalan. Untuk target pembangunan tahap 6 ini dijadwalkan akan selesai akhir Desember 2019. Adapun detail pekerjaan yang dilakukan antara lain pengerukan di Danau Limboto yang hasilnya akan di buang ke daerah disposal area. Lalu ada pembersihan eceng gondok dan gulma dengan melibatkan kegiatan Operasi dan Pemeliharaan.

Sementara itu, Wempi Waroka sebagai PPK Danau Situ Embung, BWS Sulawesi II mengatakan terdapat kendala wilayah danau yang masih tersertifikasi. "Saat ini ada tanggul kita gali, untuk membatasi okupasi lahan bagi masyarakat, agar tidak diambil alih, rencana ke depan untuk menjaga agar tidak surut pun kita harus membangun pintu pengendali outline daripada danau, kalau pintu pengendali sudah kita bangun, kita tidak akan melihat danau surut. Paling utama untuk menjaga konservasi di daerah hulu, karena kalau tidak akan sama saja kita lakukan kegiatan di hilir, kalau tidak dikendalikan sedimennya danau akan punah akan menjadi satu daratan akan menjadi masalah besar yaitu banjir." ujarnya.

Sebelum dilakukan revitalisasi, di pesisir danau terdapat 32 desa dengan 12 kecamatan dimana ketika musim hujan akan tergenang banjir termasuk wilayah pusat pemerintahan, oleh karenanya fungsi danau ini perlu dikembalikan sebagai penampung air untuk mengurangi masalah tersebut. Zulaidi mengatakan pendangkalan terjadi atas alih fungsi lahan di bagian hulu, maka mengatasi hal itu BWS Sulawesi II membangun 3 buah penangkap sedimen atau check dam yang masuk di DAS Danau Limboto.

"Pesan saya kepada masyarakat terutama yang di daerah Danau Limboto untuk menjaga karena ini adalah aset yang perlu dilestarikan agar keberadaan Danau Limboto bisa memberikan manfaat, sehingga air yang didapatkan dapat dimanfaatkan sebagai air baku," pungkasnya. (kompusda/dnd)

  • kompusda

Share this Post