Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air punya target untuk meningkatkan ketahanan air, kedaulatan pangan dan energi. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mencapai target tersebut adalah melalui pembangunan 65 bendungan (49 bendungan baru dan 16 bendugan lanjutan) pada periode 2015-2019. Sejalan dengan upaya tersebut, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air berkolaborasi dengan Komite Nasional Indonesia untuk Bendungan Besar (KNI-BB) pun menyelenggarakan Seminar Nasional Bendungan Besar 2017 pada 16-18 Mei 2017 yang bertempat di Padang, Sumatera Barat.
Menteri PUPR Basuki yang hadir pada acara tersebut menyatakan bahwa segenap orang PUPR akan terus bekerjasama untuk mencapai target yang telah diamanahkan oleh Pemerintahan Joko Widodo – Jusuf Kalla. “Dari 65 bendungan besar yang direncanakan, 7 bendungan sudah selesai tahun 2015, 2 bendungan pada 2016. Sejak tahun 2015 kita mulai mengerjakan 13 bendungan baru, 2016 ada 8 bendungan baru dan 2017 akan ada 9 bendungan baru,” terang Basuki dalam sambutannya.
Kerjasama yang dilakukan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air dengan KNI-BB semakin meyakinkan Basuki untuk optimis akan target Kementerian PUPR tersebut. Ia yakin bahwa Komisi Keamanan Bendungan akan terus mendukung program pembangunan infrastruktur Sumber Daya Air yang berkelanjutan.
Melalui seminar dengan tema “Bendungan sebagai Infrastruktur Pengendali Banjir dan Kekeringan” ini diharapkan akan semakin banyak tenaga ahli bendungan yang bisa terlibat untuk mendukung program pembangunan bendungan yang disertai dengan berbagai inovasi baru baik dibidang teknologi maupun manajemen. Saat ini, Indonesia telah memiliki 231 bendungan. Dengan 49 bendungan besar baru, maka jumlah bendungan yang dimiliki Indonesia sejumlah 280 bendungan. Target ini, tentunya sangat membutuhkan pengelolaan yang profesional.
Direktur Jendral Sumber Daya Air Kementerian PUPR, Imam Santoso yang juga hadir di acara tersebut menjelaskan bahwa Direktorat Jenderal Sumber Daya Air juga sedang serius menangani waduk-waduk alam seperti danau rawa pening, tempe, dan limboto. “Karena danau secara alami pasti akan mati, yang kita lakukan adalah memperpanjang umur danau,” terang Imam.
Imam juga menambahkan bahwa Seminar Nasional Bendungan Besar ini menjadi wadah untuk menjalin komunikasi dengan teman-teman di Universitas, sehingga para profesional bisa banyak belajar dari pengalaman para senior di bidang bendungan. Mereka juga bisa saling bertukar informasi, pikiran, pengalaman, dan ilmu yang diharapkan bisa berguna untuk pembangunan dan pengelolaan bendungan. Seminar yang berlangsung selama tiga hari dan dihadiri oleh lebih dari 500 peserta dari seluruh Indonesia ini diharapkan mampu melahirkan tenaga-tenaga baru yang tersertifikasi di bidang bendungan. (dro kompuSDA)
- kompusda