Jakarta - Ancaman kekeringan melanda beberapa wilayah di Indonesia, khususnya pada Juli-September. Kementerian Pertanian (Kementan) melakukan program jangka panjang dan pendek untuk mengantisipasi ancaman kekeringan tersebut.

Dalam rilis yang diterima dari Kementan, Rabu (30/8/2017), untuk jangka pendek Kementan membuat sumur pantek dan pompanisasi air sungai di wilayah potensial. Selain itu penyediaan benih unggul tahan kekeringan, pongaturan pola tanam, minimalisir risiko kekeringan, penyediaan asuransi usahatani dan menggenjot pertanaman di lahan rawa, lebak dan pasang surut.

Sedangkan jangka panjang, Kementan melakukan program perbaikan irigasi, bantuan alsintan, pembangunan embung, pengembangan tata air mikro di lahan rawa dan psang-surut, dan bantuan benih tahan kekeringan untuk mengantisipasi potensi kekeringan dan menghindari penurunan hasil produksi petani.
 


Untuk menjamin ketersediaan air irigasi, Kementan bekerja sama dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat terkait pembangunan bendungan, DAM, jaringan irigasi primer dan sekunder, melakukan normalisasi sungai, dan pembangunan irigasi tersier 3,0 juta hektar.

Sedangkan untuk penyediaan air irigasi secara berkelanjutan, Kementan bekerja sama dengan Kementerian Desa dan PDT dalam pembangunan embung di seluruh Indonesia. Di tahun 2017, pemerintah menargetkan akan membangun minimal 11.000 embung dari total 30.000 embung dengan jangkauan 1,5-2 juta hektar.

Bahkan untuk mendukung ketersediaan air pada lahan pertanian, Mentan Amran Sulaiman telah menyiapkan puluhan ribu pompa air untuk pengairan sawah seluruh Indonesia

"Sumber air ini nantinya dapat meningkatkan jumlah produksi lahan 2 kali lipat, artinya nanti pada bulan November, Desember, Januari tidak ada paceklik, " jelas Amran dalam keterangan tertulisnya.

Pengaturan pola tanam dengan sistem percepatan tanam juga dilakukan melalui optimalisasi penggunaan alat mesin pertanian yang dibagikan secara gratis oleh Mentan. Sehingga saat musim kemarau tiba akan dapat dilewati karena stok pangan yang telah tercukupi.

Secara terpisah Plt. Direktur Perlindungan Tanaman Pangan, Ditjen Tanaman Pangan, Yanuardi mengatakan Kementan telah mengantisipasi musim kemarau melalui beberapa upaya. Di antaranya, menyebarluaskan informasi Prakiraan Iklim Musim Kemarau Tahun 2017 dan peningkatan kewaspadaan terhadap kekeringan, kepada seluruh Gubernur dan Dinas Provinsi terkait.

Selain itu melakukan budidaya pertanaman sesuai iklim dan kondisi setempat melakukan penanaman menggunakan varietas padi tahan/toleran kekeringan dan berumur, melakukan budidaya tanaman hemat air/SRI serta melakukan pemantauan langsung secara intensif.

Menurut data Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, Ditjen Tanaman Pangan, Kementan tercatat luas kekeringan pada pertanaman padi Musim Kemarau 2017 (periode April–Agustus) hanya 5.379 hektar.

"Jumlah ini hanya 0,11% dari total keseluruhan areal tanam pada periode yang sama 4.869.051 ha," papar Yanuardi

Upaya lain terkait antisipasi musim kemarau, Kementan mulai tahun 2016 memberikan jaminan asuransi terhadap petani melalui Program Asuransi Usaha Tani (AUT). Jika terjadi gagal panen atau puso baik akibat serangan Organisme Pengganggu Tanaman, banjir maupun kekeringan petani mendapatkan ganti rugi Rp 6 juta per hektar. (ega/hns)

sumber : detik.com

  • sisda

Share this Post