Menteri Pekerjaan Umum, Bapak Dody Hanggodo, menegaskan komitmen pemerintah dalam upaya mendorong implementasi metode Irigasi Padi Hemat Air (IPHA) guna mendukung tercapainya swasembada pangan nasional. Pernyataan ini disampaikan saat menghadiri acara Panen Demonstration Plot (Demplot) IPHA yang berlokasi di Desa Cikedung Lor, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, pada hari Selasa (22/04).

Menurutnya metode IPHA terbukti mampu meningkatkan produktivitas panen hingga 20 persen dan menghemat penggunaan air irigasi hingga 30 persen dibandingkan dengan metode konvensional. “Kementerian PU fokus pada penyediaan air irigasi secara efisien. Kami optimis, metode IPHA dapat meningkatkan kesejahteraan petani karena hasil panen meningkat dan biaya produksi seperti pupuk dan benih dapat ditekan,” ujar Menteri Dody.

Pengurangan biaya produksi dengan metode IPHA ada pada pengurangan bibit jika pada metode konvensional menggunakan 25-30 kilogram per hektare maka dengan IPHA hanya membutuhkan 10 kilogram per hektare. Kemudian penggunaan genangan air jika pada konvensional antara 7-10 sentimeter sedangkan IPHA hanya membutuhkan 2-3 sentimeter. 

Menteri Dody juga memaparkan hasil uji coba penerapan IPHA yang menunjukkan peningkatan hasil panen signifikan. “Data menunjukkan metode IPHA mampu menghemat air hingga 30 persen. Untuk padi varietas Ciherang, hasil panen meningkat dari 7,5 ton menjadi 11,04 ton per hektare Gabah Kering Panen (GKP). Sementara untuk varietas Mentik Susu, hasilnya mencapai 11,36 ton per hektare GKP,” ungkapnya.

Demonstrasi Panen Perdana pada 3 dari 208 Demplot IPHA yang dikembangkan bertujuan untuk menunjukkan hasil panen dan efektivitas teknologi IPHA dalam meningkatkan produksi padi nasional. Sebelumnya, 18 Demplot IPHA telah dipanen dengan hasil yang melebihi rata-rata produktivitas padi konvensional.

"Teknologi IPHA adalah strategi penting untuk meningkatkan efisiensi pertanian melalui pemanfaatan metode modern. Dengan IPHA, kita tidak hanya mengurangi penggunaan air, tetapi juga meningkatkan kualitas dan hasil panen. Keberhasilan teknologi ini akan menjadi dasar untuk memperluas implementasinya ke daerah-daerah irigasi lain," ujar Menteri Dody.

Saat ini IPHA baru aplikasikan pada daerah irigasi Rentang, namun keberhasilan penerapan IPHA di DI Rentang diharapkan menjadi model untuk daerah lain. Kementerian PU optimis bahwa dengan sinergi lintas sektor, efisiensi penggunaan air irigasi dan peningkatan hasil panen dapat memberikan dampak signifikan pada ketahanan pangan nasional.

Kementerian PU berkomitmen untuk memperluas penerapan teknologi Irigasi Padi Hemat Air (IPHA) di seluruh Indonesia. Upaya ini dilakukan dengan mengoptimalkan infrastruktur irigasi yang dikelola oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS/BWS) di berbagai daerah. Teknologi IPHA diyakini mampu menghemat air dan meningkatkan produktivitas panen padi. Penerapan teknologi irigasi hemat air sangat penting untuk pertanian yang efisien dan berkelanjutan karena dapat menghemat air secara signifikan, meningkatkan produksi pertanian, dan melindungi sumber daya air.

Selanjutnya, Menteri Dody menekankan bahwa kolaborasi antar kementerian sangat penting untuk keberhasilan metode ini.. “Kami bekerja sama dengan Kementerian Pertanian untuk mendukung mekanisasi tanam padi. Sebab, metode IPHA memerlukan pendekatan berbeda dari segi teknis dan implementasinya sangat bergantung pada peran aktif penyuluh pertanian,” tambahnya.

Sinergi Kementerian PU dengan berbagai instansi, seperti Kementerian Pertanian, TNI AD, pemerintah daerah, dan kelompok tani, sangat penting dalam pelaksanaan program IPHA. Kolaborasi ini bertujuan untuk menjamin efisiensi penggunaan air dan peningkatan hasil produksi pertanian.

“Kami terus mendorong integrasi berbagai sektor untuk memastikan infrastruktur irigasi yang optimal dan efisien. Melalui penerapan teknologi IPHA, kita harapkan produktivitas beras nasional meningkat signifikan,” ucap Menteri Dody.

Menteri Dody menekankan bahwa tantangan utama dalam implementasi IPHA terletak pada mengubah pola pikir petani mengenai kebutuhan air irigasi. “Petani selama ini terbiasa dengan keyakinan bahwa semakin banyak air, semakin baik hasilnya. Padahal, hasil panen dengan metode IPHA justru lebih optimal dengan penggunaan air yang sesuai kebutuhan tanaman,” jelasnya.

Masa depan irigasi hemat air tampak menjanjikan dengan adanya kemajuan teknologi dan meningkatnya kesadaran akan pentingnya konservasi air. Untuk memastikan ketahanan pangan dan keberlanjutan lingkungan, teknologi ini akan menjadi sangat penting dalam pertanian yang efisien dan berkelanjutan.

  • Kompu SDA

Share this Post