
Guna mendukung visi Presiden Prabowo Subianto dalam mewujudkan swasembada pangan dan swasembada air di Indonesia, Kementerian Pekerjaan Umum (PU) tengah menyelesaikan konstruksi Bendungan Mbay yang berlokasi di Kabupaten Nagekeo, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Menteri PU Dody Hanggodo menegaskan pentingnya infrastruktur sumber daya air dalam mendukung ketahanan pangan nasional. "Kita sepakat bahwa infrastruktur sumber daya air sangat penting untuk mencapai swasembada pangan. Salah satu contohnya adalah pembangunan bendungan yang kemudian disalurkan melalui sistem irigasi primer, sekunder, hingga tersier langsung ke lahan pertanian," ujar Menteri Dody.
Mengutip dari laporan statistik Kabupaten Nagekeo yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik, kontribusi sektor pertanian terhadap produk domestik regional bruto di Kabupaten Nagekeo menunjukkan tren positif sejak tahun 2019, persentase kontribusi sektor pertanian selalu melampaui angka 50 persen dan terus meningkat. Hal ini menegaskan bahwa sektor pertanian masih menjadi andalan utama di wilayah tersebut.
Padi/beras adalah komoditas utama dalam pembangunan sub sektor tanaman pangan karena merupakan makanan pokok, banyak dibudidayakan, dan bernilai strategis. Pada tahun 2023, proyeksi BPS menunjukkan populasi Kabupaten Nagekeo sebesar 166.063 jiwa. Jika produksi beras domestik tidak mencukupi kebutuhan pangan, Kabupaten Nagekeo akan sangat bergantung pada pasokan beras dari luar daerah di masa depan, mengakibatkan kerentanan ketahanan pangan. Oleh karena itu, tantangan utama dalam meningkatkan produksi padi di Kabupaten Nagekeo adalah dengan meningkatkan produktivitas tanaman.
Untuk mendukung kebutuhan air irigasi di Kabupaten Nagekeo Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Ditjen SDA) Kementerian PU melalui Balai Besar Nusa Tenggara II membangun Bendungan Mbay yang dimulai sejak Agustus 2021. Hingga akhir Mei 2025, progres konstruksi bendungan telah mencapai 80,69% dan ditargetkan rampung pada Desember 2026.
Dengan kapasitas tampung sebesar 52,89 juta m³, Bendungan Mbay dirancang untuk mensuplai kebutuhan air Daerah Irigasi (DI) Mbay seluas 6.240 hektare, yang terdiri dari DI Mbay Kanan seluas 3.835 ha dan DI Mbay Kiri seluas 454 ha dengan potensi penambahan DI Mbay Kiri seluas 1.951 hektare. Dengan mengoptimalkan potensi aliran Sungai Aesesa, diharapkan sistem irigasi teknis yang dirancang akan meningkatkan intensitas tanam dan hasil panen tiap tahun.
Sebagai bendungan yang dirancang sebagai bendungan multifungsi, selain sebagai sumber pemenuhan kebutuhan air irigasi, Bendungan Mbay juga berfungsi untuk menyuplai air baku sebesar 205 liter/detik bagi masyarakat Kabupaten Nagekeo, serta dapat mereduksi potensi banjir Sungai Aesesa hingga 498,85 m³/detik. Hal ini dapat mengurangi risiko banjir seluas 320 hektare.
Pembangunan Bendungan Mbay menambah jumlah tampungan air yang dibangun Ditjen SDA Kementerian PU dalam mendukung ketahanan pangan dan air di Provinsi NTT. Sebelumnya sejak 2015, tercatat sudah ada empat bendungan yang di NTT yang telah selesai dibangun dan diresmikan. Empat bendungan itu adalah Bendungan Raknamo di Kabupaten Kupang, Bendungan Rotiklot di Kabupaten Belu, Bendungan Napun Gete di Kabupaten Sikka dan Bendungan Temef di Kabupaten Timor Tengah Selatan.
- Kompu SDA