Pemerintah pusat melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) tengah mempercepat proyek Terowongan Nanjung di Kabupaten Bandung. Dua buah pipa raksasa akan menjadi aliran baru menyodet lekukan badan sungai di kawasan Curug Jompong. Titik itu dinilai turut memicu tertahannya air Citarum yang menyebabkan banjir di sejumlah wilayah. 

Direktur Jendral Sumber Daya Air Hari Suprayogi mengatakan bahwa Terowongan Nanjung menjadi salah satu struktur sistem pengendalian Sungai Citarum. Proyek itu melengkapi langkah nonstruktural lainnya, seperti normalisasi anak sungai serta pembuatan kolam retensi dalam rangka menuntaskan masalah banjir.

"Ini kan dalam rangka pengendalian banjir Citarum. Pengendalian banjir itu tidak bisa hanya dengan satu struktur saja. Harus kombinasi, struktural dan nonstruktural," ujar Hari saat ditemui dalam kegiatan peninjauan Terowongan Nanjung bersama Presiden Joko Widodo, Minggu (10/3/2019).

Terowongan sepanjang 230 meter dengan garis tengah 8 meter ini akan memiliki dua pintu air slice gate. Kemudian dengan panjang bangunan inlet 28 meter, outlet 100 meter, dan jarak antar terowongan sekitar 10 meter, terowongan ini dirancang untuk meningkatkan kapasitas sungai hingga 700 m3/detik.

Hari memaparkan bahwa kondisi Q50 yang ada akan mempercepat dan memperluas aliran. Proyek senilai Rp 352,9 miliar ini dieksekusi oleh Wika-Adhi KSO dan diharapkan akan rampung di akhir tahun ini. “Ini sudah 22 persen, malah target kita terowongannya Juli-Agustus sudah selesai," tutur Hari.

Dirinya pun mengakui jika Terowongan Nanjung tak sepenuhnya menjamin kawasan Bandung Selatan bebas banjir. Namun, setidaknya kehadiran Terowongan Nanjung mampu mempercepat aliran air sehingga genangan dapat lebih cepat surut.

"Kita kan gak bisa instan. Sistem Citarum itu kan ada pola pengelolaan wilayah sungai termasuk banjir. Kemudian ada rencana pengelolaan, ada feasibility study, sehingga muncul kegiatan apa yang akan dilakukan, semuanya ini kombinasi. Ini belum selesai masih ada lagi, masih panjang," paparnya.

Genangan banjir di kawasan ini secara keseluruhan terdapat di empat lokasi seluas lebih dari 3000 hektar, yaitu Dayeuhkolot, Baleendah, Rancaekek, dan Sapan. Berfungsinya sistem ini diharapkan dapat mengurangi banjir seluas 700 hektar, meski masih ada genangan di daerah dengan elevasi rendah seperti Dayeuhkolot.

Selain itu, Hari mengungkapkan bahwa pengendalian Sungai Citarum merupakan struktur sistem yang besar. Ia pun memastikan, Terowongan Nanjung bukan pekerjaan terakhir yang dilakukan pemerintah.(ech/arg)

 

  • kompusda

Share this Post