Karanganyar – Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum (PU) melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo, terus menunjukkan komitmennya dalam mendukung ketahanan pangan nasional. Upaya nyata ini diwujudkan melalui pembangunan dan pengembangan infrastruktur irigasi yang berkelanjutan, salah satunya adalah Jaringan Irigasi Air Tanah (JIAT) PWS 065 di Desa Krendowahono, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar. 

JIAT PWS 065 bukan merupakan proyek baru, infrastruktur sumber daya air ini telah dibangun sejak tahun 2007. Lalu dilakukan rehabilitasi pada tahun 2021 dan peningkatan lanjutan pada tahun 2023. Perubahan paling menonjol adalah konversi sumber energi dari genset yang sebelumnya digunakan menjadi tenaga listrik. Langkah diambil guna mengurangi biaya operasional dan juga menjadikan JIAT PWS 065 lebih ramah lingkungan dengan meminimalisir emisi karbon.

Jaringan irigasi ini dirancang untuk melayani lahan pertanian seluas 30 hektar, dengan debit optimum mencapai 15 liter per detik, air dipompa dari sumur dalam sedalam 122 meter melalui jaringan pipa sepanjang 2,3 kilometer. 

Kehadiran JIAT PWS 065 membawa dampak positif bagi kelompok tani P3A Sumber Barokah yang beranggotakan 80 orang. Sebelumnya, para petani menghadapi tantangan dalam mendapatkan air yang berkelanjutan sehingga membatasi siklus masa tanam mereka. Namun, dengan kepastian pasokan air dari JIAT, para petani kini dapat menerapkan pola tanam padi tiga kali setahun. Jadwal tanam yang teratur meliputi Musim Tanam I pada bulan November, Musim Tanam II pada bulan Maret, dan Musim Tanam III pada bulan Juli.

Pola tanam ini telah menghasilkan peningkatan hasil panen yang cukup signifikan, produktivitas rata-rata lahan pertanian di Karanganyar yang dialiri JIAT kini mencapai 6–7 ton padi per hektar setiap musim tanam. Angka ini jauh melampaui produktivitas sebelumnya, secara langsung berkontribusi pada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani. 

Menteri PU, Dody Hanggodo menekankan pentingnya pembangunan JIAT. Beliau menjelaskan, "JIAT dibangun di beberapa tempat yang memang jauh dari sungai dan tidak terairi oleh bendungan atau bendung, agar sawah-sawah tetap terairi dan bisa panen setahun tiga kali. Disini kita bangun satu, rata-rata memiliki kedalaman di atas 100 meter, dan dapat mengairi sekitar 30 hektar." 

Menteri Dody juga menyampaikan bahwa tersedianya air untuk sawah-sawah merupakan amanat langsung dari Presiden Prabowo, dengan tujuan utama meningkatkan kesejahteraan para petani. Selain infrastruktur irigasi, Kementerian PU juga memiliki rencana untuk memperbaiki jalan usaha tani sepanjang sekitar 5 kilometer di kanan dan kiri area pertanian. Perbaikan jalan ini akan mempermudah akses petani dalam mengangkut hasil panen dan sarana produksi, yang pada gilirannya akan mengurangi biaya logistik dan meningkatkan efisiensi usaha tani.

Lebih lanjut Menteri Dody mengucapkan bahwa pembangunan dan rehabilitasi JIAT adalah wujud nyata dukungan pemerintah dalam memperkuat kemandirian pangan dan meningkatkan kesejahteraan petani. "Ketersediaan air merupakan kunci utama keberlangsungan pertanian. Dengan adanya JIAT, petani mendapatkan kepastian air sehingga bisa menanam lebih produktif, mendukung swasembada pangan, sekaligus memperkuat ekonomi daerah," ujar Menteri Dody.

Program JIAT di Karanganyar ini sejalan dengan visi besar Kementerian PU untuk menghadirkan infrastruktur sumber daya air yang berkelanjutan, efisien, dan berkeadilan bagi seluruh masyarakat. Investasi dalam infrastruktur seperti JIAT ini tidak hanya mengatasi tantangan ketersediaan air, tetapi juga dapat memberdayakan komunitas petani, dan berkontribusi pada pencapaian ketahanan pangan nasional. 

  • Kompu SDA

Bagikan Postingan Ini