Indonesia memiliki rawa seluas 33,4 juta ha atau sekitar 17% dari luas daratan. Dari potensi luasan tersebut, 1,8 juta telah dikembangkan oleh pemerintah untuk kepentingan penyediaan pangan, namun produktivitas dari rawa masih relatif rendah, dan terbukti dari kontribusi rawa dalam produksi beras baru sekitar 5% dari produksi beras Indonesia. Hal tersebut diungkapkan oleh Direktur Jenderal SDA, Mudjiadi, dalam acara Peningkatan Kemampuan Bidang Perencanaan Teknis Rawa dan Tambak Wilayah Barat dan Timur, di Banjarmasin, Kalimantan Selatan (021115). Acara tersebut turut dihadiri oleh Direktur Irigasi dan Rawa, para narasumber yang ahli dalam bidang rawa dan para peserta yang berasal dari BBWS/BWS di lingkungan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air.

“Sebenarnya rawa mempunyai peran yang sangat penting selain untuk kepentingan produksi pangan, diantaranya untuk penyimpanan karbon, tempat penampungan air banjir, habitat dari ekosisitem yang kaya, lahan tempat tinggal masyarakat, lahan untuk perikanan dan penyedia berbagai hasil hutan. Maka berdasarkan hal tersebut, rawa harus dikelola dengan memperhatikan karakteristiknya serta keseimbangan antara mendapat kemanfaatan ekonomi, kepentingan sosial-budaya dan perlindungan lingkungan hidup,” lanjut Mudjiadi.

Apabila terjadi kelalaian dalam pengelolaan rawa secara lestari dan berimbang tersebut, maka dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan, kehilangan sumber daya hayati, emisi gas rumah kaca atau karbondioksida yang berperan dalam pemanasan global, penurunan kualitas dan kuantitas sumber daya air, meningkatkan laju subsiden rawa serta meningkatkan kerentanan rawa terhadap kenaikan muka air laut dan perubahan iklim dunia.

“Peran rawa bagi bangsa Indonesia sangat besar, maka kita harus mengatur pengelolaan rawa dengan tetap melihat fungsi konservasi dan budidaya yang berbasis sumber daya air dalam satu kesatuan pengelolaan, maka peningkatan kemampuan SDM yang berkualitas dan berkompeten di bidang rawa sangat penting karena untuk di masa yang akan datang tantangan dalam pengelolaan rawa sangat kompleks. Para SDM bidang rawa yang berkualitas dan berkompeten inilah yang dapat menjawab tantangan tersebut agar tercipta kesinambungan pengembangan rawa dan tambak sesuai dengan kondisi lingkungan di masa depan,” jelas Mudjiadi.

  • Superman

Share this Post