KOMPAS.com

 

- Warga terdampak banjir bandang di Kelurahan Tandurusa, Kecamatan Aertembaga, Kota Bitung, Sulawesi Utara, masih mengungsi di lokasi-lokasi yang aman.

"Rumah kami nyaris roboh diterjang air. Sudah puluhan tahun baru ini terjadi lagi seperti ini, dan kali ini parah," ujar Agnes (50), warga Tandurusa, Selasa (14/2/2016).

Agnes dan warga lain masih trauma untuk tinggal di rumah mereka pascabanjir bandang pada Minggu (12/2/2017).

Mereka mengamankan diri di rumah ibadat dan gedung sekolah yang aman.

Menurut kesaksian warga, air datang secara tiba-tiba membawa material lumpur dan batu dari arah perbukitan.

Sehari sebelumnya, hujan mengguyur Kota Bitung dengan intensitas tinggi. Banjir bandang tersebut masuk hingga ke rumah warga dan merusak jalan-jalan.

Hingga Senin (13/2/2017), air masih mengalir cukup deras di jalanan yang sudah berubah mirip sungai.

Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI Puan Maharani sempat meninjau lokasi bencana dan sekaligus menyerahkan bantuan, Senin kemarin.

Wali Kota Bitung Max Lomban menyebutkan, ada 1.256 rumah terdampak bencana dengan rincian 1.200 rumah rusak sedang-ringan dan 56 rusak berat. Adapun jumlah pengungsi mencapai 5.233 jiwa.

Selain dari Puan, berbagai bantuan kini mengalir ke warga terdampak, antara lain bantuan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sulut.

Selain di Tandurusa, banjir bandang juga merusak sejumlah fasilitas di Winenet dan Pateten. Air dan material berasal dari perbukitan di Kelurahan Aertembaga Dua.

Selain banjir, musibah tanah longsor juga menimpa sejumlah lokasi di Bitung. Yang terbanyak terjadi di Kelurahan Batubulang, Lembeh Selatan.

Beberapa warga menjadi korban longsor dan menderita luka-luka serta patah tulang. Tim penyelamat dari berbagai elemen bergerak cepat mengevakuasi korban.

  • kurdi

Share this Post