Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum Lilik Retno
Cahyadiningsih bersama Direktur Keberlanjutan United Nations
Educational, Scientific and Cultural Organization Intergovernmental
Hydrological Programme (UNESCO IHP)
Jordi Morato Farreras menjadi keynote speakers pada kegiatan International
Webinar Center of Excellence for Water and Climate Resilience (CoEW4CR) dengan
tema Water can’t wait: Accelerating the Adoption of Innovations in Water,
Energy, and Food Security Nexus secara hybrid pada Kamis (30/1). Webinar
ini diadakan dalam rangka hari jadi IHP (Intergovernmental Hydrological
Programme) yang ke-58. IHP merupakan program kerjasama antar pemerintah di
bawah UNESCO. Program ini berfokus pada penelitian dan pengelolaan air, serta
pendidikan dan pengembangan kapasitas terkait.
Pada paparannya, Lilik menekankan bahwa saat ini dunia menghadapi beberapa
tantangan yang berkaitan dengan akses terhadap air, energi, dan ketahanan
pangan diantaranya keterbatasan dalam mengakses listrik, air bersih dan
kelaparan.
Saat ini diperkirakan 750 juta orang tidak memiliki akses terhadap listrik, 2 miliar orang tidak memiliki akses terhadap air bersih dan 733 juta orang mengalami kelaparan yang kronis. Pada tahun 2050 diperkirakan kebutuhan akan air meningkat sebesar 55%, kebutuhan energi meningkat sebesar 80%, dan kebutuhan pangan akan meningkat sebesar 60% (sumber: IRENA 2015, OECD-FAO 2012).
Untuk memenuhi hal tersebut dibutuhkan solusi inovatif, salah satunya ialah
dengan menerapkan WEF (water, Energy, Food Security) Nexus. WEF Nexus merupakan
pendekatan yang bertujuan untuk memahami dan mengelola sumber daya secara
terpadu untuk meningkatkan sinergi, mengurangi trade-off, dan mendorong
penggunaan air, energi, dan pangan yang berkelanjutan.
Strategi untuk mengimplementasi WEF Nexus di Indonesia:
1. Meningkatkan
ketersediaan air dan meningkatkan kapasitas penyimpanan air per kapita.
2.
Mengembangkan
dan mengoptimalkan bendungan besar dan sistem irigasi.
3. Menerapkan
teknologi energi terbarukan, seperti pembangkit listrik tenaga surya terapung (floating
solar PV) di waduk-waduk.
4. Meningkatkan
produktivitas air untuk irigasi dengan pendekatan baru, termasuk penggunaan
teknologi presisi dan IoT (Internet of Things) untuk manajemen air yang
lebih efisien.
5. Meningkatkan
dan mengoptimalkan bendungan yang sudah ada, termasuk konservasi daerah
tangkapan air.
6.
Menerapkan
solusi berbasis alam (Nature-Based Solutions) untuk pengelolaan bencana
terkait air, konservasi air, dan pengelolaan air di wilayah pesisir dan
perkotaan.
7. Melakukan
reformasi tata kelola sumber daya air untuk mendukung implementasi kebijakan
yang terintegrasi antara air, pangan, dan energi.
Lilik berharap webinar ini dapat mendorong dialog antara para ahli, pembuat kebijakan, dan pemangku kepentingan untuk memperluas pengetahuan, mengidentifikasi solusi, serta mengembangkan strategi yang berorientasi pada masa depan.
Acara yang dihadiri lebih dari 800 peserta ini turut diisi oleh pemateri Direktur Sumber Daya Air BAPPENAS Mohammad Irfan Saleh, Direktur Bina Teknik SDA Kementerian PU Muhammad Rizal, Direktur Energi baru dan Terbarukan Kementerian ESDM Andriah Feby Misna, Direktur Agrikultur Irigasi kementerian Pertanian Dhani Gartina, Konsultan Air, Pangan dan Energi World Bank Fernando Miralles Wilhelm, Koordinator Regional Kemitraan Air Global Asia Tenggara Raymond Valiant dan Ing. Tarasinta Perwitasari Spesialis Manajemen Sumber Daya Air Worldbank sebagai moderator.
(Kompu SDA-Gie/Firm)
- Kompu SDA