Apa itu Bendung Karet Tirtonadi?
Bendung Karet Tirtonadi merupakan bangunan infrastruktur sumber daya air yang cukup unik dengan teknologinya berupa bendung karet. Inovasi kantong karet dipasang melintang sungai berfungsi untuk menaikkan tinggi muka air. Teknologi ini dilengkapi dengan gate panel yang terbuat dari baja dengan ketebalan 16 mm dan tinggi 305 cm saat pembangunan dan 32 cm saat kondisi flat. Keunggulan dari teknologi ini adalah waktu pengoperasian relatif singkat, mampu melindungi air blader dari material sungai, tahan terhadap perubahan suhu ekstrim dan terhindar dari vandalisme.
Dimana Bendung Karet Tirtonadi?
Bendung Karet Tirtonadi terletak di Kota Solo yang secara geografis terletak pada dataran rendah (rata-rata 92 mdpl) dan menjadi pertemuan beberapa sungai yaitu Kali Pepe, Kali Gajah Putih, Kali Anyar, Kali Premulung dan Sungai Bengawan Solo. Pekerjaan Bendung Karet Tirtonadi merupakan bagian pekerjaan normalisasi Kali Pepe dari hulu hingga hilir.
Mengapa dibuat Bendung Karet Tirtonadi?
Seiring dengan berjalannya waktu, Kali Pepe yang semula memiliki lebar 7 meter kini mengalami penyempitan dengan banyaknya pemukiman yang merapat ke sungai. Akibatnya, sungai sudah tidak memiliki sempadan sungai maupun daerah pelestarian sungai, kawasan sungai menjadi kumuh dan pada saat memasuki musim penghujan dengan curah hujan yang sangat tinggi mengakibatkan air sungai meluap dan menyebabkan banjir di sekitarnya. Oleh karena itu, Bendung Karet Tirtonadi dibangun sebagai salah satu upaya dalam pengendalian banjir di Kota Solo dengan fungsi menurunkan elevasi banjir 2,1 meter dan mengurangi risiko banjir seluas 110 hektar di beberapa wilayah Kota Solo seperti Kecamatan Banjarsari.
Siapa yang membangun Bendung Karet Tirtonadi?
Pembangunan Bendung Karet Tirtonadi dilakukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air.
Kapan pembangunan Bendung Karet Tirtonadi dilaksanakan?
Pembangunan Bendung Karet Tirtonadi dilaksanakan selama 810 hari kalender sudah dilaksanakan pada tahun 2016 – 2018 dengan anggaran sebesar Rp 182,3 miliar dan saat ini sedang dilaksanakan pembangunan revetment Kali Anyar hilir Tirtonadi yang direncanakan selesai digarap dalam jangka 240 hari kalender dengan anggaran sebesar Rp 29,2 miliar.
Bagaimana proses pembangunan Bendung Karet Tirtonadi?
Pada kunjungan kerjanya beberapa waktu lalu, Sekretaris Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Charisal Akdian Manu berkesempatan membagikan sedikit cerita proses pembangunan Bendung Karet Tirtonadi. Pembangunan Bendung Karet Tirtonadi dan penataan sempadan sungai tak hanya mengandalkan desain konstruksi, dalam pelaksanaannya juga perlu merelokasi pemakaman yang jumlahnya mencapai 2035 makan, termasuk makam Putri Solo yaitu Putri Cempo.
Relokasi makam ini dilakukan dengan mengikuti budaya dan tata krama yang dipegang teguh oleh masyarakat Solo. Makam-makam tersebut direlokasi ke daerah Sukoarjo dan Karanganyar.
Dengan adanya penataan ini, sempadan Kali Pepe kini menjadi rapi dan asri. Charisal menekankan bahwa, “penataan ini sempurna mulai dari hilir ke hulu, dan semua tersambung dengan Jembatan Keris. Jadi ini merupakan satu kesatuan utuh untuk icon baru kota Surakarta (Solo)”.
Ia juga menambahkan bahwa dengan penataan yang apik, Kawasan Bendung Karet Tirtonadi kini banyak digunakan masyarakat untuk bersantai, bermain, sehingga kedepan kawasan ini dapat menjadi salah satu destinasi wisata. Hal ini dapat terjadi karena dalam pembangunan infrastruktur sumber daya air kita tidak hanya melakukan dengan pendekatan teknik, melainkan juga pendekatan seni, sosial-budaya. Dengan begitu diharapkan pembangunan infrastruktur dalam memberikan multiple effect dengan berkembangnya UMKM di sekitar kawasan infrastruktur, dengan begitu dapat mendorong perekonomian masyarakat.
Jika infrastruktur sudah terbangun, tidak lengkap jika tidak membahas pemeliharaannya. Charisal meyebutkan bahwa saat ini BBWS Bengawan Solo sudah mengkaderkan komunitas peduli sungai sehingga mereka ikut terlibat dalam menjaga kebersihan Kali di Solo dan pada akhirnya ikut melibatkan masyarakat. Dari sini diharapkan kedepan lebih berdampak lagi untuk masyarakat lebih luas dalam menjaga kelestarian Kawasan Bendung Karet Tirtonadi. Dengan begitu, diharapkan akan tercipta sinergi yang baik antara pemerintah dengan komunitas dan masyarakat, karena Ditjen SDA (Pemerintah) hadir untuk rakyat, sehingga semestinya masyarakat juga bersama-sama merawat apa yang sudah dibangun. (kompusda hana)