Mengenal Bendung Krueng Jreu, Penjaga Air dari Lereng Aceh

Berita Balai •

Aceh Besar — Bendung Krueng Jreu mungkin tidak banyak dikenal, namun perannya sangat vital bagi masyarakat di sekitar Indrapuri, Aceh Besar. Berdiri kokoh sejak tahun 1970, bendung ini menjadi salah satu infrastruktur pengairan tertua di wilayah kerja BWS Sumatera I. Berkat bendung ini, ribuan hektar sawah di Aceh tetap produktif hingga kini.

Terletak di Desa Krueng Lamkareung, Kecamatan Indrapuri, bendung ini memanfaatkan aliran Sungai Krueng Jreu yang mengalir dari perbukitan Aceh. Curah hujan yang mencapai rata-rata 2.052 milimeter per tahun menjadi sumber utama air yang menghidupi jaringan irigasi di sekitarnya. Tak heran, setiap musim tanam, bendung ini menjadi tumpuan harapan para petani.

Bendung Krueng Jreu memiliki panjang mercu sekitar 36 meter dengan tipe mercu bulat dan elevasi puncak 3,2 meter. Walau berusia lebih dari setengah abad, bendung ini tetap berfungsi optimal dalam mengatur aliran air dan menjaga keseimbangan suplai ke lahan pertanian. Di bawah pengelolaan Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatera I, fasilitas ini terus dijaga agar dapat melayani kebutuhan air masyarakat.

Setiap debit air yang mengalir melalui bendung ini membawa kehidupan bagi lebih dari 4.100 hektar sawah. Dari derasnya aliran air, lahir ribuan ton padi yang menjadi bagian dari ketahanan pangan di Aceh. Tak hanya mendukung sektor pertanian, bendung ini juga menjadi bukti nyata pentingnya perawatan infrastruktur air bagi keberlanjutan hidup masyarakat.

Kini, di tengah perubahan iklim dan tantangan pengelolaan air, Bendung Krueng Jreu tetap menjadi simbol ketahanan dan keberlanjutan. Ia berdiri bukan sekadar bangunan beton, tetapi juga saksi bisu perjalanan pembangunan Aceh dalam menjaga ketersediaan air untuk masa depan yang lebih hijau dan sejahtera.