Ampelas (Ficus ampelos Burm.f.)
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Filum : Streptophyta
Kelas : Equisetopsida
Subkelas : Magnoliidae
Ordo : Rosales
Famili : Moraceae
Genus : Ficus
Spesies : Ficus ampelos Burm.f.
(Royal Botanic Gardens, Kew, t.t.)
Status Konservasi IUCN
LC – Least Concern
Deskripsi
Ampelas atau Amplas memiliki nama lati Ficus ampelos, namun juga sering disebut sebagai Ficus ampelas. Ampelas memiliki beberapa nama lokal seperti Hampelas (Sunda) dan Rempelas (Jawa). Ampelas berasal dari Indonesia, Jepang, Papua Nugini, Filipina, Taiwan, dan China. Ampelas dapat tumbuh di tempat dengan ketinggian 50–2.400 m dpl (Energy Development Corporation, 2024).
Ampelas dapat tumbuh sebagai pohon yang memiliki tinggi 15–20 m. Kulit batangnya halus, berwarna keabu-abuan hingga cokelat. Daunnya berbentuk elips sempit dengan panjang 4–15 cm dan lebar 1,5–5 cm, pangkal daun berbentuk baji (cuneate), ujungnya runcing (acute) atau meruncing panjang (acuminate), dan memiliki tepi rata. Daun ampelas memiliki 3–6 pasang tulang daun lateral, bertekstur kasar, dan memiliki daun penumpu (stipula) sepanjang 8 mm. Buah ara (bunga majemuk yang tertutup, dasar bunga menyatu) pohon ampelas tumbuh di ketiak daun secara bergerombol. Buahnya memiliki tangkai (stipitate), berbentuk hampir bulat (subglobose), diameter 7–10 mm, dengan permukaan sedikit kasar. Ketika matang, buahnya berwarna merah atau ungu (Rojo et al., 1999).
Pohon ampelas memiliki manfaat ekologis, yaitu sebagai habitat binatang seperti berbagai jenis burung, serangga, dan hewan-hewan kecil. Pohon ampelas juga dapat dimanfaatkan kayunya untuk keperluan konstruksi ringan (DLHK Kabupaten Sumedang, 2022). Getah pohon ampelas dapat diminum sebagai obat tradisional untuk mengobati diare. Di Indonesia, tanaman ini juga digunakan sebagai diuretik yang berfungsi membantu membersihkan ginjal atau menurunkan tekanan darah. Di Papua Nugini, getah daun muda ampelas dicampurkan dengan air dan digunakan sebagai obat oles untuk mengobati sariawan atau luka di mulut bayi. Daunnya yang kasar juga dapat digunakan untuk menghaluskan kayu atau permukaan lain (Rojo et al., 1999).
Pustaka
DLHK Kabupaten Sumedang. (2022). Zona Koleksi: Pohon Ampelas (Ficus ampelas). Diambil dari https://dlhk.sumedangkab.go.id/berita/view_detail/eyJpdiI6InhSN0Z6RDdHTkxpREVHSTA2MTVNREE9PSIsInZhbHVlIjoiWE4xNVZHaGFZb1NRMUMwZGhXSUdBZz09IiwibWFjIjoiNTcyZWE0ZjNhNTJkYTI2M2QxNTc4Mzg3YzI5NTFkOTJmNTA3ZjgwZTA0MTEzMzk1ZWM2YzJlNjhhOTliMGY2NCIsInRhZyI6IiJ9. Diakses pada 5 November 2025.
Energy Development Corporation (EDC). (2024). Ficus ampelos. The IUCN Red List of Threatened Species 2024: e.T198111238A203234076. https://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.2024-2.RLTS.T198111238A203234076.en. Diakses pada 4 November 2025.
Rojo, J. P., Pitargue, F. C., & Sosef, M. S. M. (1999). Ficus ampelas Burm.f. Dalam L. S. de Padua, N. Bunyapraphatsara, & R. H. M. J. Lemmens (Eds.), Plant resources of South-East Asia No 12(1): Medicinal and poisonous plants 1. PROSEA Foundation. Database record: prota4u.org/prosea.
Royal Botanic Gardens, Kew. (t.t.). Ficus ampelos Burm.f. Plants of the World Online. Diambil dari https://powo.science.kew.org/taxon/urn:lsid:ipni.org:names:852377-1. Diakses pada 5 November 2025.
















PUPR 
