Berita Balai Wilayah Sungai Maluku Utara > Swasembada Pangan: Kemandirian yang Tumbuh dari Lahan Sendiri
Selasa, 07 Oktober 2025, Dilihat 10 kali
Swasembada Pangan: Kemandirian yang Tumbuh dari Lahan Sendiri
Rubrik: Edukasi Kompu BWS Maluku Utara
Istilah swasembada pangan bukan hanya jargon pembangunan, tetapi wujud nyata dari kemandirian bangsa dalam memenuhi kebutuhan dasarnya: pangan. Di Maluku Utara, semangat ini tumbuh dari sawah, ladang, dan kebun yang kini menjadi bagian dari upaya besar membangun ketahanan pangan berkelanjutan.
Swasembada pangan berarti kondisi ketika kebutuhan pangan masyarakat dapat dipenuhi dari hasil produksi sendiri tanpa bergantung pada pasokan luar. Di wilayah kepulauan seperti Maluku Utara, hal ini menjadi tantangan tersendiri karena keterbatasan lahan dan infrastruktur distribusi. Namun, di balik tantangan itu, ada potensi besar yang terus digarap melalui berbagai program pemerintah, salah satunya pengembangan jaringan irigasi dan Jaringan Irigasi Air Tanah (JIAT).
Air menjadi kunci keberhasilan swasembada. Dengan sumur JIAT, saluran irigasi, dan pompa air yang berfungsi baik, lahan pertanian kini tidak lagi sepenuhnya bergantung pada musim hujan. Ketersediaan air yang stabil menjamin siklus tanam yang lebih teratur dan hasil panen yang lebih pasti. Hal ini bukan hanya berdampak pada produktivitas lahan, tetapi juga meningkatkan semangat petani untuk terus berinovasi.
Menariknya, swasembada pangan di Maluku Utara tidak hanya berbicara tentang beras. Program ini juga mendorong diversifikasi pangan melalui pengembangan tanaman jagung, umbi-umbian, dan hortikultura seperti cabai dan tomat. Dengan begitu, ketahanan pangan tidak hanya diukur dari satu komoditas, melainkan dari keberagaman produksi lokal yang saling menopang.
Pangan lokal yang kuat berarti ekonomi daerah yang tangguh. Ketika masyarakat bisa memenuhi kebutuhannya dari hasil sendiri, uang berputar di daerah, dan kesejahteraan pun meningkat. Itulah esensi swasembada pangan: bukan sekadar soal produksi, tetapi tentang kemandirian dan martabat.
Melalui kerja bersama antara pemerintah, petani, dan masyarakat, Maluku Utara perlahan menapaki jalan menuju kemandirian pangan. Dan di setiap butir padi yang menguning di sawah, tersimpan harapan bahwa kedaulatan pangan bukan lagi cita-cita, melainkan kenyataan yang tumbuh di tanah sendiri.

