Slide 1

Berita Balai Wilayah Sungai Maluku Utara > Jaringan Tersier: Urat Nadi Air di Sawah Petani


Selasa, 14 Oktober 2025, Dilihat 12 kali

Jaringan Tersier: Urat Nadi Air di Sawah Petani

Rubrik: Edukasi Kompu BWS Maluku Utara

Jika Bendung ibarat jantung yang memompa air, maka jaringan tersier adalah urat nadi yang menyalurkan kehidupan bagi sawah-sawah petani. Inilah bagian paling dekat dari sistem irigasi yang berhubungan langsung dengan lahan pertanian, tempat air mengalir, menembus batas petak-petak sawah, dan memberi daya hidup pada padi yang tumbuh.

Secara teknis, jaringan tersier merupakan saluran terakhir dalam sistem irigasi yang menerima air dari saluran sekunder. Dari sinilah air kemudian disalurkan ke petak-petak sawah petani melalui jaringan yang lebih kecil seperti saluran kuarter. Di titik ini, pengelolaannya tidak lagi berada di tangan pemerintah, tetapi diserahkan kepada para petani melalui Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A). Dengan demikian, peran masyarakat menjadi sangat vital dalam memastikan air yang sampai ke lahan digunakan secara efisien dan merata.

Dalam sistem irigasi, setiap tetes air memiliki perjalanan panjang sebelum tiba di petak sawah. Dari bendung di hulu, air melewati jaringan primer dan sekunder, lalu berakhir di saluran paling ujung yang disebut jaringan tersier — bagian yang paling dekat dengan lahan pertanian dan menjadi penghubung langsung antara infrastruktur dan aktivitas petani.

Jaringan tersier dapat diibaratkan sebagai urat nadi yang menyuplai kehidupan bagi tanaman. Ia mengalirkan air dari saluran sekunder ke petak-petak sawah melalui saluran kuarter, yaitu cabang-cabang kecil yang membawa air ke lahan yang lebih sempit. Karena posisinya yang langsung bersentuhan dengan lahan garapan, pengelolaan jaringan tersier umumnya diserahkan kepada masyarakat petani yang tergabung dalam Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A). Di sinilah semangat gotong royong dan tanggung jawab bersama tumbuh.

Namun, fungsi jaringan tersier tidak berhenti pada menyalurkan air saja. Ada pula saluran pembuang yang berperan mengalirkan kelebihan air dari sawah agar tidak tergenang. Selain itu, terdapat boks tersier dan boks kuarter yang berfungsi membagi serta mengatur debit air agar distribusinya adil dan sesuai kebutuhan setiap petak. Semua itu diperkuat dengan bangunan pelengkap seperti gorong-gorong, pintu air, dan jembatan kecil yang mendukung kelancaran aliran.

Melalui program P3TGAI (Percepatan Peningkatan Tata Guna Air Irigasi) dari Satuan Kerja Operasi dan Pemeliharaan Sumber Daya Air Maluku Utara (OP SDA) dan Kegiatan Satuan Kerja Non-Vertikal Tertentu Pelaksanaan Pemanfaatan Jaringan Air, Maluku, Provinsi Maluku Utara (SNVT. PJPA) bidang Irigasi dan Rawa, pemerintah melalui Balai Wilayah Sungai berupaya membangun, meningkatkan serta memperbaiki dan jaringan tersier dengan melibatkan masyarakat setempat. Program ini bukan hanya menghadirkan pembangunan fisik saluran, tetapi juga menjadi bentuk pemberdayaan sosial-ekonomi. Setiap proyek irigasi memberikan manfaat ganda: meningkatkan produktivitas pertanian sekaligus membuka lapangan kerja baru di pedesaan.

Peningkatan kualitas jaringan tersier memiliki dampak nyata terhadap ketahanan pangan. Ketika air terdistribusi dengan baik, lahan bisa ditanami lebih dari satu kali dalam setahun. Ketergantungan pada musim hujan pun berkurang, dan hasil panen menjadi lebih stabil. Bagi petani, air bukan sekadar sumber pengairan, tetapi penentu masa depan keluarga dan desa.

Pada akhirnya, menjaga jaringan tersier berarti menjaga aliran kehidupan di desa. Dari setiap saluran kecil yang menembus sawah hingga pintu air yang dijaga petani, ada cerita tentang kerja keras, gotong royong, dan kemandirian. Itulah sebabnya jaringan tersier bukan sekadar infrastruktur — ia adalah simbol keterhubungan antara air, tanah, dan manusia dalam mewujudkan swasembada pangan yang berkelanjutan.