Berita Balai Wilayah Sungai Maluku Utara > Pemanfaatan Air Tanah untuk JIAT Berkelanjutan
Sabtu, 01 November 2025, Dilihat 70 kali
Pemanfaatan Air Tanah untuk JIAT Berkelanjutan
Air tanah menjadi penopang utama keberlangsungan Jaringan Irigasi Air Tanah (JIAT), terutama di wilayah dengan keterbatasan sumber air permukaan. Di banyak desa, sistem JIAT memungkinkan petani tetap memperoleh air irigasi bahkan saat musim kemarau. Namun, keberhasilan sistem ini bergantung pada bagaimana air tanah dimanfaatkan secara bijak dan berkelanjutan.
JIAT berfungsi mengalirkan air dari sumur produksi air tanah menuju lahan pertanian melalui jaringan perpipaan atau saluran kecil. Sistem ini biasanya dilengkapi dengan pompa, baik berbasis listrik, bahan bakar, maupun tenaga surya. Melalui cara ini, air tanah dimanfaatkan untuk mengairi lahan secara efisien tanpa bergantung pada sungai atau waduk.
Namun, penggunaan air tanah tidak boleh dilakukan tanpa perhitungan. Pengambilan air yang melebihi kemampuan akuifer untuk mengisi ulang (recharge) dapat menyebabkan penurunan muka air tanah, intrusi air laut, bahkan kerusakan ekosistem bawah permukaan. Karena itu, prinsip utama pemanfaatan JIAT berkelanjutan adalah menjaga keseimbangan antara debit pengambilan dan laju pengisian kembali air tanah.
Langkah teknis yang dapat dilakukan meliputi identifikasi kapasitas akuifer, pemantauan debit sumur secara berkala, serta penetapan volume pengambilan maksimum sesuai daya dukung sumber. Selain itu, area resapan alami seperti hutan, kebun campuran, atau lahan terbuka harus dijaga agar proses infiltrasi tetap berlangsung. Reboisasi di daerah tangkapan air menjadi bagian penting dari strategi konservasi.
Teknologi modern juga berperan dalam menjaga keberlanjutan sistem JIAT. Penggunaan pompa tenaga surya misalnya, tidak hanya menghemat energi, tetapi juga mendukung pengoperasian yang lebih ramah lingkungan. Beberapa wilayah telah menerapkan sistem otomatisasi yang memantau debit air, durasi pemompaan, dan kelembapan tanah secara digital. Data tersebut membantu petani menentukan waktu dan jumlah air yang tepat untuk irigasi, sehingga tidak terjadi pemborosan.
Kualitas air tanah pun perlu diperhatikan. Kandungan mineral, salinitas, serta kemungkinan kontaminasi harus diuji secara berkala untuk memastikan air yang digunakan aman bagi tanaman dan tidak merusak struktur tanah. Air tanah yang terkontaminasi bahan kimia atau limbah rumah tangga dapat menurunkan produktivitas pertanian dan merusak kesehatan lingkungan.
Di sisi sosial, penerapan JIAT berkelanjutan memerlukan partisipasi aktif masyarakat. Kelompok petani pengguna air (P3A) berperan penting dalam pengelolaan, pemeliharaan, serta pemantauan penggunaan air di tingkat lokal. Dengan pemahaman bersama tentang pentingnya konservasi, sistem JIAT dapat terus beroperasi secara efisien dari tahun ke tahun.
Keberlanjutan JIAT tidak hanya berbicara tentang teknologi, tetapi juga tentang keseimbangan antara manusia dan alam. Air tanah bukanlah sumber yang tak terbatas; ia perlu dijaga dengan kesadaran bahwa setiap tetesnya adalah hasil dari proses panjang alam. Dengan perencanaan yang baik, teknologi hemat energi, dan pengelolaan berbasis komunitas, JIAT dapat menjadi model irigasi yang tangguh, efisien, dan ramah lingkungan.
#SigapMembangunNegeriUntukRakyat
#MengelolaAirUntukNegeri
#IrigasiUntukSwasembadaPangan
#setahunberdampak

