Slide 1

Berita Balai Wilayah Sungai Maluku Utara > Dua Sistem Irigasi, Satu Tujuan: Menjaga Ketersediaan Air untuk Pertanian


Sabtu, 01 November 2025, Dilihat 68 kali

Dua Sistem Irigasi, Satu Tujuan: Menjaga Ketersediaan Air untuk Pertanian

Air merupakan elemen paling penting dalam sistem pertanian. Namun, perbedaan kondisi geografis dan iklim di Indonesia membuat kebutuhan dan sumber air pertanian tidak selalu sama. Di sinilah dua sistem irigasi utama, irigasi air tanah dan irigasi permukaan, memainkan peran yang saling melengkapi dalam menjaga keberlanjutan produksi pangan.

Irigasi air tanah menggunakan sumber air dari akuifer bawah permukaan. Air diambil melalui sumur bor atau sumur pompa, kemudian dialirkan ke lahan dengan sistem pipa tertutup. Karena air yang diambil berasal dari lapisan tanah dalam, debitnya cenderung stabil sepanjang tahun, bahkan saat musim kemarau. Keunggulan sistem ini terletak pada efisiensi penggunaan air. Kehilangan akibat penguapan sangat kecil karena distribusinya tertutup, sehingga lebih hemat dan cocok untuk lahan-lahan kering atau pertanian hortikultura yang membutuhkan air dalam jumlah presisi.

Namun, keunggulan tersebut disertai tantangan. Penggunaan pompa memerlukan biaya energi yang tinggi, baik dari listrik maupun bahan bakar. Selain itu, jika pengambilan air tanah tidak diimbangi dengan upaya pengisian kembali (recharge), maka dalam jangka panjang dapat menurunkan muka air tanah dan memengaruhi keseimbangan lingkungan.

Berbeda dengan itu, irigasi permukaan mengambil air dari sumber terbuka seperti sungai, waduk, atau embung, yang dialirkan melalui jaringan saluran secara gravitasi. Sistem ini telah digunakan sejak lama dan masih menjadi tulang punggung pertanian padi di berbagai daerah. Biaya operasionalnya rendah karena tidak memerlukan energi tambahan, dan kapasitas layanannya bisa mencakup area luas — dari ratusan hingga ribuan hektare.

Namun, efisiensi air dalam irigasi permukaan tergolong sedang karena air mudah hilang akibat penguapan dan perkolasi. Selain itu, sistem ini bergantung pada kondisi cuaca dan curah hujan. Ketika debit sungai menurun di musim kemarau, distribusi air menjadi terbatas, terutama di daerah hilir.

Kedua sistem ini bukan untuk dipertentangkan, melainkan dipadukan. Irigasi permukaan tetap menjadi tulang punggung pangan nasional, sementara irigasi air tanah hadir sebagai pelengkap adaptif terhadap perubahan iklim. Kombinasi keduanya memungkinkan pengelolaan air yang lebih fleksibel, efisien, dan berkelanjutan — demi memastikan lahan pertanian tetap produktif sepanjang tahun.

#SigapMembangunNegeriUntukRakyat
#MengelolaAirUntukNegeri
#IrigasiUntukSwasembadaPangan
#setahunberdampak