Berita Balai Wilayah Sungai Maluku Utara > Penguatan Tata Kelola Air Jadi Kunci Keberlanjutan Irigasi di Wasile Selatan
Senin, 03 November 2025, Dilihat 1 kali
Penguatan Tata Kelola Air Jadi Kunci Keberlanjutan Irigasi di Wasile Selatan
Keberlanjutan sistem irigasi tidak hanya bergantung pada teknologi dan infrastruktur, tetapi juga pada kekuatan tata kelola yang mengatur bagaimana air dimanfaatkan, dipelihara, dan dilindungi. Di Wasile Selatan, keberhasilan sistem irigasi modern berbasis energi bersih menunjukkan bahwa manajemen teknis perlu disertai dengan manajemen kelembagaan yang adaptif dan partisipatif. Tanpa tata kelola air yang baik, efisiensi sistem akan sulit dipertahankan dan potensi keberlanjutan jangka panjang dapat terancam.
Tata kelola air (water governance) mencakup serangkaian proses sosial, teknis, dan kelembagaan yang memastikan penggunaan air berjalan adil, efisien, dan berkelanjutan. Dalam konteks Wasile Selatan, tata kelola yang efektif dimulai dari pengaturan jadwal penggunaan air antarpetani, pembagian tanggung jawab dalam pemeliharaan jaringan irigasi, hingga penyusunan aturan lokal mengenai perlindungan sumber air tanah. Pengaturan semacam ini menumbuhkan disiplin kolektif dan memperkuat rasa tanggung jawab sosial terhadap sumber daya bersama.
Kelembagaan lokal memainkan peran penting dalam menjaga konsistensi pengelolaan air. Kelompok tani atau komunitas pengguna air berfungsi sebagai penghubung antara petani dan lembaga teknis, seperti balai wilayah sungai atau pemerintah daerah. Melalui struktur organisasi yang sederhana namun fungsional, komunitas ini memastikan sistem irigasi tetap beroperasi dengan efisien dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat. Mekanisme musyawarah dan pengawasan bersama menjadi bagian dari sistem sosial yang menopang keberlanjutan teknologi.
Dari perspektif akademik, praktik ini menggambarkan penerapan prinsip collaborative water management, yaitu tata kelola air berbasis kolaborasi antara masyarakat, pemerintah, dan institusi teknis. Kolaborasi ini tidak hanya meningkatkan efektivitas pengelolaan, tetapi juga memperkuat legitimasi sosial terhadap kebijakan air di tingkat lokal. Dengan melibatkan petani secara langsung, kebijakan dan keputusan yang diambil menjadi lebih kontekstual dan sesuai dengan realitas lapangan. Hal ini penting, mengingat keberlanjutan irigasi tidak dapat dijaga hanya dari atas ke bawah, melainkan melalui partisipasi aktif dari pengguna di lapangan.
Lebih jauh, penguatan tata kelola air juga berdampak pada stabilitas sosial dan ekonomi desa. Ketika air diatur dengan baik, potensi konflik antarpetani dapat ditekan, produksi pertanian menjadi lebih konsisten, dan pendapatan masyarakat meningkat. Di sisi lain, sistem kelembagaan yang kuat mampu beradaptasi terhadap perubahan iklim dan kebutuhan jangka panjang, menjadikan irigasi bukan hanya alat produksi, tetapi juga bagian dari tatanan sosial yang berkelanjutan.
Dengan demikian, pengalaman di Wasile Selatan mengajarkan bahwa keberlanjutan irigasi tidak hanya diukur dari berapa banyak air yang mengalir, tetapi dari bagaimana air itu dikelola bersama. Teknologi mungkin menjadi fondasi, tetapi tata kelola yang adil dan kolaboratif adalah jiwa yang menjadikannya hidup dan bertahan.

