Berita Balai Wilayah Sungai Maluku Utara > Peran Irigasi Dalam Menata Sawah Petani di Morotai Timur
Selasa, 04 November 2025, Dilihat 38 kali
Peran Irigasi Dalam Menata Sawah Petani di Morotai Timur
Di tengah dinamika pertanian di wilayah timur Indonesia, Morotai Timur menjadi salah satu kawasan yang sedang bertransformasi menuju sistem pertanian yang lebih terencana dan berkelanjutan. Keberadaan jaringan irigasi menjadi fondasi penting dalam proses ini. Selama bertahun-tahun, para petani di wilayah ini bergantung pada curah hujan sebagai sumber utama air untuk lahan mereka. Namun, dengan pembangunan sistem irigasi baru di bawah pengawasan Balai Wilayah Sungai (BWS) Maluku Utara, wajah pertanian Morotai Timur mulai berubah.
Pembangunan irigasi di Morotai Timur bukan sekadar proyek fisik, tetapi langkah strategis untuk memastikan air dapat hadir tepat waktu bagi petani. Di desa-desa seperti Sangowo, Akelamo, dan Sambiki, infrastruktur air kini menjadi penghubung antara kerja keras petani dan ketahanan pangan daerah. Air yang dulu hanya datang secara musiman kini diatur, diarahkan, dan dimanfaatkan agar bisa memberikan manfaat sepanjang tahun.
Kehadiran irigasi membawa pola baru dalam kehidupan petani. Dahulu, mereka harus menebak kapan hujan akan turun untuk menentukan waktu tanam. Kini, dengan adanya saluran yang mengalirkan air ke lahan sawah, mereka dapat merencanakan musim tanam dengan lebih pasti. Tidak hanya itu, efisiensi penggunaan lahan meningkat karena petani dapat mengatur jadwal tanam bergiliran. Dengan demikian, keberlanjutan produksi pangan di kawasan Morotai Timur lebih terjamin.
Kepala Balai Wilayah Sungai Maluku Utara, M. Saleh Talib, menegaskan bahwa pembangunan irigasi di Sangowo dan sekitarnya merupakan bagian dari kehadiran nyata pemerintah dalam memperkuat ketahanan pangan dari desa. "Air menjadi faktor penentu dalam seluruh sistem pertanian. Melalui pembangunan bendung dan jaringan irigasi, pemerintah ingin memastikan bahwa masyarakat tani di Morotai Timur tidak lagi sepenuhnya bergantung pada musim. Mereka kini dapat mengandalkan sistem air yang lebih stabil dan merata, sehingga produksi pertanian bisa berjalan lebih konsisten," ujarnya.
Transformasi ini bukan hanya tentang air, melainkan juga tentang tata kelola dan kolaborasi. Masyarakat setempat, pelaksana lapangan, dan pemerintah daerah saling berkoordinasi menjaga keberlangsungan proyek dan fungsinya. Setiap tahapan pembangunan diupayakan berjalan kondusif, dengan pengawasan yang memperhatikan kualitas pekerjaan dan keterlibatan masyarakat. Hasilnya adalah sistem yang tidak hanya dibangun untuk petani, tetapi juga bersama petani.
Perwakilan petani dari Desa Sangowo, Nono Suharno, menyampaikan bahwa percepatan pembangunan bendung dan irigasi sangat dinanti. Bagi mereka, air bukan sekadar sumber kehidupan, tetapi juga simbol harapan baru. “Kami berharap dengan adanya irigasi ini, sawah bisa kembali ramai, dan kami dapat menanam lebih teratur,” ungkapnya. Pernyataan sederhana itu menggambarkan optimisme masyarakat yang selama ini menunggu kepastian dalam bercocok tanam.
Morotai Timur kini sedang membangun masa depannya lewat air. Melalui infrastruktur yang dirancang dengan visi jangka panjang, desa-desa pertanian di wilayah ini diarahkan untuk menjadi sentra produksi pangan yang berdaya saing. Bukan hanya memenuhi kebutuhan sendiri, tetapi juga menjadi bagian penting dari rantai ketahanan pangan Maluku Utara.
Pembangunan irigasi bukan akhir dari perjalanan, melainkan awal dari tata kelola air yang lebih bijak dan berorientasi pada kesejahteraan masyarakat. Tugas berikutnya adalah memastikan bahwa sistem yang telah dibangun dijaga, dirawat, dan dimanfaatkan secara maksimal. Di tangan para petani Morotai Timur, air kini bukan lagi tantangan, melainkan kekuatan baru yang menumbuhkan harapan di setiap petak sawah yang hijau.
#SigapMembangunNegeriUntukRakyat
#MengelolaAirUntukNegeri
#IrigasiUntukSwasembadaPangan
#setahunberdampak

