Slide 1

Berita Balai Wilayah Sungai Maluku Utara > Sistem Air Tanah Dorong Pemerataan Pasokan Air untuk Petani di Halmahera Barat


Selasa, 11 November 2025, Dilihat 61 kali

Sistem Air Tanah Dorong Pemerataan Pasokan Air untuk Petani di Halmahera Barat

Rubrik Editorial

Sistem irigasi air tanah yang baru difungsikan di Halmahera Barat, kini menjadi contoh bagaimana pembangunan infrastruktur sederhana dapat membawa perubahan besar bagi kehidupan petani. Setelah bertahun-tahun mengandalkan aliran air permukaan yang tidak menentu, masyarakat setempat kini memiliki akses air yang lebih stabil dan mudah diatur. Air mengalir langsung ke lahan pertanian melalui jaringan pipa tertutup yang menjangkau seluruh area tanam, memastikan pemerataan distribusi dan efisiensi penggunaan air di tingkat desa.

Sebelum sistem ini dibangun, petani Sidangoli harus berjuang keras setiap kali musim kemarau tiba. Sumber air yang terbatas membuat sebagian lahan dibiarkan mengering, sementara lahan lain bergantung pada air hujan yang tak selalu datang tepat waktu. Kondisi ini menyebabkan hasil panen tidak merata, dan produktivitas desa pun menurun. Kini, dengan sistem air tanah yang terintegrasi, seluruh lahan bisa mendapatkan pasokan air dalam waktu yang sama. Tidak ada lagi lahan yang tertinggal atau dibiarkan kosong karena kekurangan air.

Yang menarik dari sistem air tanah di Sidangoli adalah penerapannya yang mudah dioperasikan oleh petani sendiri. Air tanah dipompa dan dialirkan melalui pipa-pipa utama menuju lahan-lahan pertanian, lalu dibagi secara merata melalui titik distribusi di berbagai lokasi. Petani hanya perlu mengatur waktu aliran sesuai kebutuhan. Karena sistem ini bersifat tertutup, air tidak terbuang sia-sia dan tetap bersih hingga sampai ke lahan. Cara kerja sederhana ini membuat petani cepat beradaptasi dan memanfaatkannya secara maksimal.

Dampak sosial dari sistem ini terasa hampir seketika. Petani kini lebih percaya diri untuk menanam di berbagai musim, tanpa khawatir kekurangan air. Mereka mulai mengatur jadwal tanam secara serentak, sehingga siklus produksi menjadi lebih efisien. Aktivitas pertanian yang dulu terhenti selama musim kering kini berlangsung sepanjang tahun. Perubahan pola tanam ini tidak hanya meningkatkan hasil pertanian, tetapi juga memperkuat ketahanan pangan di tingkat desa.

Selain meningkatkan produktivitas, sistem air tanah juga menumbuhkan kesadaran baru tentang pentingnya pengelolaan sumber daya air secara bersama. Masyarakat Sidangoli bersepakat menjaga jaringan agar tetap berfungsi, mulai dari memastikan kebersihan pipa hingga mengatur pemakaian air secara adil. Kerja sama ini menumbuhkan rasa kepemilikan yang kuat, karena mereka tahu bahwa keberlanjutan sistem bergantung pada partisipasi semua pihak.

Pemerataan pasokan air yang kini terwujud dan menjadi fondasi penting bagi pertanian yang tangguh di masa depan. Dengan lahan yang selalu siap tanam, peluang ekonomi bagi masyarakat pun meningkat. Hasil panen yang lebih baik memberikan dampak positif terhadap pendapatan keluarga petani. Desa yang sebelumnya sering dilanda kekeringan kini berubah menjadi kawasan pertanian yang produktif dan mandiri.

Sistem air tanah membuktikan bahwa keberhasilan sebuah infrastruktur tidak hanya diukur dari panjang jaringan atau jumlah sumur yang dibangun, tetapi dari manfaat yang benar-benar dirasakan oleh masyarakat. Air yang mengalir di bawah tanah kini menjadi simbol pemerataan dan kemandirian desa. Ketika air tersedia untuk semua, pertanian tumbuh lebih kuat, dan kehidupan masyarakat pun ikut bergerak maju bersama alirannya.

#SigapMembangunNegeriUntukRakyat
#MengelolaAirUntukNegeri
#IrigasiUntukSwasembadaPangan
#setahunberdampak