Berita Balai Wilayah Sungai Maluku Utara > Pemanfaatan Air Tanah Kusuri Barat Bantu Petani Jaga Ketersediaan Air di Musim Kering
Selasa, 11 November 2025, Dilihat 46 kali
Pemanfaatan Air Tanah Kusuri Barat Bantu Petani Jaga Ketersediaan Air di Musim Kering
Rubrik Editorial
Di wilayah Tobelo Barat, Desa Kusuri Barat kini menjadi contoh nyata bagaimana sistem irigasi air tanah mampu menjaga keberlanjutan pertanian meski di tengah musim kering. Air yang sebelumnya sulit diperoleh kini dapat dialirkan secara teratur melalui jaringan pipa yang terpasang di seluruh lahan pertanian. Kehadiran sistem ini bukan hanya menjawab kebutuhan air, tetapi juga memperkuat keyakinan para petani bahwa lahan mereka bisa tetap produktif sepanjang tahun.
Sebelum jaringan ini berfungsi, petani Kusuri Barat sering mengalami masa jeda panjang antara satu musim tanam dan musim berikutnya. Ketiadaan air membuat mereka harus menunggu hingga hujan tiba, atau mengeluarkan biaya besar untuk memompa air dari sumber yang jauh. Kini, dengan sistem air tanah yang terhubung langsung ke lahan, air dapat dialirkan kapan pun dibutuhkan. Proses pengairan yang dulu memakan waktu berhari-hari kini dapat dilakukan hanya dalam hitungan jam.
Sistem air tanah di Kusuri Barat dirancang agar efisien dan ramah pengguna. Air dari sumur dalam dialirkan melalui jaringan tertutup, memastikan tidak ada air yang terbuang. Setiap petani memiliki akses ke titik distribusi di dekat lahan mereka, sehingga mereka dapat mengatur aliran secara mandiri sesuai kebutuhan. Hasilnya, kegiatan pertanian menjadi lebih terencana, waktu tanam lebih cepat, dan risiko gagal panen semakin kecil.
Yang menarik, kehadiran sistem ini juga mengubah pola kerja masyarakat. Petani kini tidak lagi bekerja sendiri-sendiri, tetapi bersama-sama mengelola distribusi air. Mereka membuat kesepakatan bersama untuk menjaga keseimbangan penggunaan dan memastikan air tersedia bagi semua. Rasa kebersamaan ini menciptakan sistem pengelolaan yang adil dan berkelanjutan, memperkuat semangat gotong royong yang telah menjadi tradisi di desa tersebut.
Dampak ekonomi dari sistem air tanah juga terasa nyata. Dengan lahan yang kini bisa ditanami secara terus-menerus, hasil pertanian meningkat, dan pendapatan petani bertambah. Beberapa kelompok tani mulai mengembangkan pola tanam baru, menanam sayuran dan tanaman bernilai jual tinggi di sela-sela musim utama. Air yang stabil memberi mereka ruang untuk berinovasi dan memperluas sumber penghasilan.
Kini, Kusuri Barat tidak lagi menghadapi kekhawatiran setiap kali musim kemarau datang. Lahan-lahan yang dulu dibiarkan mengering kini tetap hijau, dan petani tidak lagi bergantung pada hujan. Sistem air tanah telah menjadi tulang punggung baru bagi ketahanan pangan desa. Lebih dari sekadar infrastruktur, ia menjadi jembatan antara harapan dan kenyataan — bahwa dengan manajemen air yang baik, setiap desa bisa mandiri dan produktif tanpa menunggu kemurahan cuaca.
#SigapMembangunNegeriUntukRakyat
#MengelolaAirUntukNegeri
#IrigasiUntukSwasembadaPangan
#setahunberdampak

