Slide 1

Berita Balai Wilayah Sungai Maluku Utara > P3TGAI Bukan Hanya Proyek, Tapi Tentang Harapan dari Desa yang Selalu Mengalir


Jumat, 17 Oktober 2025, Dilihat 45 kali

 

 

Wonosari, Halmahera Utara — Di tengah hamparan sawah yang mulai menghijau, senyum Ibu Sumiem merekah. Udara pagi masih lembap, dan genangan air di petak sawah memantulkan langit kelabu. Di kejauhan, beberapa petani sudah membungkuk menanam padi, sementara suara percikan lumpur bercampur tawa ringan terdengar dari sisi lain lahan. “Sekarang air sudah mengalir sempurna ke sawah-sawah. Tidak seperti dulu,” ujarnya dengan nada lega.

Pagi itu, langit Wonosari tampak mendung. Di bawah awan abu-abu yang menggantung rendah, para petani sudah berada di sawah sejak matahari belum tinggi. Air menggenang di sela pematang, memantulkan bayangan tubuh mereka yang tengah menanam bibit padi muda. Suasana penuh kerja sama terlihat: beberapa orang mengatur aliran kecil, yang lain menata bibit di barisan, sedangkan anak-anak bermain di tepi pematang.

Di pematang berlumpur, Sumiem berjalan hati-hati sambil mengamati barisan tanaman hijau muda. Wajahnya tampak puas — seperti orang yang sedang melihat kerja kerasnya membuahkan hasil. Dulu, sawah sering retak dan kering sebelum waktunya; sekarang saluran baru memastikan air sampai ke petak yang sebelumnya sulit diairi. Di tepi jalan desa masih terlihat tumpukan batu bekas pembangunan — bekas pekerjaan warga yang ikut merapikan saluran irigasi secara swakelola.

Petak-petak sawah tersusun rapi seperti mozaik hijau, dikelilingi jalan desa dan pohon kelapa. Rumah-rumah warga tampak lebih dekat dengan ladang mereka; aktivitas bertani kini berlangsung serempak karena ketersediaan air lebih andal. “Dulu yang kerja cuma sebagian, karena banyak lahan kering. Sekarang semua bisa tanam, airnya sudah sampai,” kata Sumiem.

Desa Wonosari merupakan salah satu desa dari sekian desa di Maluku Utara yang menerima manfaat dari Program Percepatan Peningkatan Tata Guna Air Irigasi (P3TGAI) yang dilaksanakan oleh Balai Wilayah Sungai (BWS) Maluku Utara. Selain memperbaiki jaringan, program ini juga dijalankan dengan pendekatan padat karya: warga ikut terlibat dalam penggalian dan penataan, sehingga sekaligus membuka lapangan kerja lokal. Pendekatan itu menumbuhkan rasa memiliki terhadap hasil pembangunan.

Sumiem mengatakan dampak paling nyata adalah stabilitas hasil panen. “Ya ada peningkatan ekonomi panen itu ada tahu. Panen kita kan jual itu beras… Buat kuliah anak, buat apa ini ya dari hasil pertanian ini, dari hasil beras ini tahu. Itu ada,” ujarnya. Dari hasil panen yang lebih baik, keluarga bisa menabung, membayar sekolah anak, dan mengurangi ketergantungan pada pinjaman musiman.

Menjelang sore, suara mesin pengolah tanah berpadu dengan kicau burung. Pegunungan di kejauhan menjadi saksi perubahan yang berlangsung perlahan tapi nyata di Wonosari. Air yang kini mengalir tidak hanya mengairi sawah — ia mengalirkan peluang, penghasilan, dan rasa aman bagi banyak keluarga.

“Terima kasih untuk P3A ini, untuk petani dan untuk kita punya dapat pekerjaan, upah kerja untuk kita punya keluarga di rumah, anak-anak,” kata Sumiem mengakhiri perbincangan. Di pematang yang basah, ia menatap sawahnya dengan tenang; bagi Sumiem dan petani lain, air adalah harapan yang menghidupkan masa depan.

#SigapMembangunNegeriUntukRakyat
#MengelolaAirUntukNegeri
#IrigasiUntukSwasembadaPangan
#setahunberdampak