Please ensure Javascript is enabled for purposes of website accessibility

© 2025 Balai Besar Wilayah Sungai Pemali - Juana.

Berita Terkini & Pengumuman

Berita Terkini & Pengumuman
Mata Air Kecepit Calon Air Baku PDAM Tirta Mulia Pemalang
Mata Air Kecepit Calon Air Baku PDAM Tirta Mulia Pemalang

Terobosan demi terobosan yang dilakukan untuk meningkatkan pelayanan ke masyarakat. Pelayanan dan ketersediaan air baku bagi pelanggan terus diupayakan. Seperti yang dilakukan oleh tim dari Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juana bersama pelaksana dari Tim KPMP Semarang meninjau dan mensurvai mata air di desa Kecepit, Kecamatan Randudongkal, Rabu (2/8). Menurut Dirut PDAM Tirta Mulia Pemalang Aji Setyabudi melalui kasubag humas dan Hukum Ponco Adisuseno mengatakan ?Kapasitas mata air desa Kecepit ini sekitar 50 liter per detik. Jarak antara mata air dengan wilayah pelayanan sekitar 15 km.? jelas Ponco ketika mendampingi tim survey mata air. Lebih lanjut Ponco menerangkan bahwa mata air dari desa Kecepit ini rencananya untuk melayani calon pelanggan yang berada di desa Bantarbolang, Sambeng, Gladag, Kebon gede, Pegongsoran dan Langgerong. Survey mata air baru ini ditempuh oleh PDAM Tirta Mulia Pemalang agar tidak mengganggu pelayanan ke pelanggan yang sudah ada. Rombongan juga meninjau dan mengecek keberadaan mata air Kebanggan yang diperkirakan mempunyai debit 150 liter per detik yang rencananya akan mensuplay air PDAM Tirta Mulia Pemalang untuk pelayanan pelanggan di daerah Pemalang, Taman dan Petarukan.

02 Agustus 2017 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Pembangunan BKT Semarang, Pedagang Tolak Direlokasi
Pembangunan BKT Semarang, Pedagang Tolak Direlokasi

Para pedagang di sepanjang bantaran Sungai Banjir Kanal Timur (BKT) tetap meminta untuk tidak direlokasi seiring proyek normalisasi sungai tersebut dalam waktu dekat.

?Kami semua sangat setuju dan mendukung atas rencana normalisasi Sungai BKT,? kata Ketua Paguyuban Pedagang dan Jasa (PPJ) Karya Mandiri Blok A-H Semarang, Yulianto, di Semarang.

Hal itu diungkapkannya usai rapat koordinasi para pedagang kaki lima (PKL) Barito Blok A-H dengan pihak Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana yang difasilitasi Dinas Perdagangan Kota Semarang.

Menurut dia, para PKL Barito yang sudah berada di kawasan itu selama berpuluh tahun tetap berharap dibiarkan berjualan seperti biasa tanpa harus direlokasi semua ke Pasar Klithikan Penggaron, Semarang.

?Ada 450-an pedagang anggota paguyuban yang sangat setuju normalisasi Sungai BKT. Namun, kami berharap tidak direlokasi semua. Ya, tetap dibiarkan berjualan di sini seperti biasanya,? katanya.

Namun, kata dia, pihaknya tidak menghalangi jika lapak-lapak PKL liar yang tidak mengantongi perizinan untuk direlokasi karena mereka bukan merupakan anggota paguyuban tersebut.

?Kalau untuk keluar masuk kendaraan proyek (normalisasi Sungai BKT), kami siap mencarikan tempat dari lahan-lahan PKL liar yang ada. Mereka bukan anggota kami,? katanya.

Sementara itu, Kepala Seksi Sungai dan Pantai BBWS Pemali Juana Teguh menjelaskan proyek normalisasi Sungai BKT akan dikerjakan sepanjang 6,7 kilometer yang terbagi atas tiga paket pekerjaan.

?Mayoritas pengerjaannya adalah pengerukan sedimentasi sungai. Rencananya, pengerjaan akan dimulai dari jembatan Majapahit menuju muara. Ini baru pengerjaan tahap pertama,? katanya.

Dengan adanya pengerjaan proyek, kata dia, tentunya membutuhkan akses untuk lalu lalang kendaraan-kendaraan berat sehingga idealnya harus bersih dari PKL yang ada di sepanjang Jalan Barito.

?Ya, idealnya Jalan Barito harus bersih dari PKL karena pasti aktivitas mereka juga akan terganggu dengan alat-alat berat, belum lagi debu yang ditimbulkan pengerjaan proyek,? katanya.

Dari sosialisasi yang merupakan kelanjutan dari sosialisasi-sosialisasi sebelumnya, disebutkan pengerjaan proyek normalisasi Sungai BKT rencananya dimulai pertengahan Agustus 2017.

27 Juli 2017 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Atasi rob di Pekalongan, Pemkot akan bangun tanggul dan kolam retensi
Atasi rob di Pekalongan, Pemkot akan bangun tanggul dan kolam retensi

Lebih dari tiga tahun, warga Pekalongan kota terendam rob. Hal tersebut menjadi perhatian serius Pemkot Pekalongan untuk mengatasi rob, terutama di wilayah pesisir. Untuk mengatasi rob tersebut, Pemerintah berencana akan membangun tanggul dan long storage atau kolam retensi sepanjang 1.824 meter dengan lewar 30 meter.

?Lahan yang akan dibebaskan untuk pembangunan long storage 5.418 hektare,? ujar Kepala Bidang (Kabid) Program Perencanaan Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juana, Dani Hamdan dalam acara sosialisasi pembangunan tanggul penahan rob dan long storage di aula Kelurahan Panjang Wetan, Senin (24/7).

Dani menambahkan, diperkirakan pada akhir Agustus, akan dilakukan penandatanganan kontrak karena saat ini proses lelang prakualifikasi sudah selesai.

Sementara itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPU-PR) Kota Pekalongan, Joko purnomo mengatakan bahwa mulai Senin (24/7) tim konsultan BPN melakukan pemasangan patok pada lahan yang terkena proyek pembangunan tanggu.

?Tim konsultan dan BPN, sudah di lapangan untuk mematok trase mulai dari Jalan Samudera Kelurahan Kandang Panjang ke arah barat sampai di Bandengan,? ujar Joko.

Joko menambahkan bahwa lahan yang terkena proyek tanggul tersebut akan mendapat ganti rugi. Pemkot menyiapkan Rp. 53 miliar untuk ganti rugi lahan.

?Setelah pematokan selesai akan dilakukan identifikasi lahan per bidang, agar bisa segera dibebaskan. Kami sudah menghubungi tim appraisal, dan mereka siap untuk menentukan nilai. Awal Agustus diharapkan proses identifikasi lahan selesai dan bisa dilakukan pembebasan lahan,? lanjut Joko.

Salah seorang warga Bandengan, Darwanto meminta agar Pemkot segera membangun tanggul tersebut. ?Pembangunan tanggul harus dilaksanakan tahun ini. Kalau yang melaksanakan pemerintah pusat, kapan akan dilaksanakan. Kami minta September tahun ini harus sudah dikerjakan,? pintanya.

26 Juli 2017 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Normalisasi Sungai Londo Tunggu Kajian BBWS Pemali Juana
Normalisasi Sungai Londo Tunggu Kajian BBWS Pemali Juana

Rencana Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kudus untuk melakukan normalisasi Sungai Londo di Desa Wonosoco Kecamatan Undaan masih harus menunggu kajian teknis dari pihak berwenang Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana. Prinsipnya, pihak BBWS tidak keberatan dan akan mengeluarkan izin pengerukan insidentil melalui APBD murni Kabupaten Kudus 2017, sepanjang dari sisi teknis memang dimungkinkan. Hal itu diungkapkan anggota Komisi C DPRD Kudus, Edy Kurniawan dan Rochim Sutopo, usai berkoordinasi dengan Kepala BBWS Pemali Juana. ?BBWS masih menunggu tim teknis melakukan kajian di lapangan. Izin baru akan dikeluarkan setelah hasil kajian teknis tidak ada masalah,? ujar Edy, Selasa (25/7). Kajian juga terkait studi kelayakan redesign Sungai Juana tahun 2019 yang dilakukan pihak BBWS Pemali Juana. Sungai Juana merupakan bagian hilir dari Sungai Londo. ?Silahkan BBWS melakukan setudi kelayakan redesig Sungai Juana. Tetapi kaitan normalisasi Sungai Londo sangat mendesak dan tidak bisa ditunda- tunda lagi. Tujuannya untuk membuang air genangan guna menyelamatkan tanaman petani dari gagal tanam atau puso,? terangnya. Genangan banjir menjadi langganan setiap musim tanam di area pertanian di Desa Wonosoco (200 hektare), Berugenjang (20 hektare) dan Desa Lambangan Kecamatan Undaan Kudus seluas sekitar 30 hektare. Salah satu solusinya normalisasi Sungai Londo sepanjang 12 kilometer dari hulu hingga hilir, sebelum air masuk ke Sungai Juana. Pihak legislatif telah menganggarkan dana Rp 2 miliar dari APBD 2017 untuk normalisasi awal Sungai Londo sepanjang 2-3 kilometer. Kepala Desa Wonosoco Setiyo Budi menyatakan, normalisasi Sungai Londo mutlak harus dilakukan untuk menyelamatkan sawah dari genangan setiap tahunnya. "MT I lalu, petani mengalami tiga kali gagal tanam. Sedang pada MT II empat kali gagal tanam. Satu di antaranya gagal tanam palawija," terangnya. Gangguan tanam akibat genangan di desanya mulai terasa awal tahun 2000-an. Namun kondisi terparah baru terjadi beberapa tahun terakhir, karena air tidak dapat masuk ke Sungai Londo akibat terjadi pendangkalan.

25 Juli 2017 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Percepat Pembersihan Eceng Gondok, BBWS Pemali Juana Tambah 3 Kapal Keruk
Percepat Pembersihan Eceng Gondok, BBWS Pemali Juana Tambah 3 Kapal Keruk

Percepatan pembersihan eceng gondok dan material sedimentasi dari danau Rawapening, Kabupaten Semarang, terus dilakukan Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

Terkait hal itu, saat ini sedang dilakukan perakitan tiga kapal keruk atau dregder di Dermaga Sumurup, Desa Asinan, Kecamatan Bawen.

Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana, Ruhban Ruzziyatno mengatakan, ketiga kapal keruk atau dredger tersebut berfungsi untuk mengangkat eceng gondok dan sedimentasi yang ada di danau Rawapening.

Berdasarkan data, saat ini sekitar 80 persen perairan Rawapening tertutup oeh populasi eceng gondok.

"Rawapening termasuk danau yang tidak sehat di Indonesia. Pak Basuki (Menteri PUPR) ingin adanya percepatan pembersihan Rawapening," kata Ruhban, Senin (24/7/2017).

Pembersihan eceng gondok di Rawapening dilakukan dengan mengoperasikan tiga kapal aquatic dan satu kapal keruk sejak januari 2017 lalu. Setiap hari, eceng gondok yang berhasil diangkat ke daratan rata-rata mencapai satu hektar.

Menurut Ruhban, untuk membuat kondisi Rawapening kembali menjadi danau yang sehat, diperlukan waktu sekitar empat tahun.

"Sementara kami membuat tiga kapal dredger dulu untuk menambah enam kapal yang sudah ada. Pemerintah pusat rencananya juga akan menambah kapal keruknya, sehingga waktu empat tahun bisa dipercepat menjadi tiga tahun," imbuhnyatur Ruhban.

Dia berharap operasionalisasi tiga kapal dredger yang baru bisa dilakukan pada awal Agustus ini. Pasalnya, pada September tahun 2017 Rawapening rencananya akan dijadika venue dayung pekan olahraga nasional (PON).

"Agustus nanti ada perwakilan dari Persatuan Olahraga Dayung Seluruh Indonesia (Podsi) meninjau Rawapening," ungkapnya.

Untuk keperluan lomba dayung PON ini, kata Rubhan, sudah ada dua titik yang akan dipilih sebagai lokasi. Namun, dia belum bisa membuka informasi dua lokasi tersebut ke publik, sebelum sosialisasi ke masyarakat dilakukan.

"Panjang lintasannya 1.500 meter dengan lebar 1.200 meter. Tapi kami belum bisa menyebutkan lokasinya sekarang," tuntasnya.

24 Juli 2017 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Kebut Perbaikan, Saluran Irigasi dari Bendung Sedadi Grobogan Ditutup
Kebut Perbaikan, Saluran Irigasi dari Bendung Sedadi Grobogan Ditutup

Pasokan air irigasi melalui Bendung Sedadi bagian kanan dan kiri untuk sementara dihentikan. Penutupan itu dilakukan seiring masih adanya proyek perbaikan saluran irigasi primer dari bendung tersebut. ?Saat ini pekerjaan masih terus dilakukan. Kami tidak bisa bekerja optimal kalau saluran masih ada airnya,? jelas Kartiko selaku Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Irigasi dan Rawa III pada Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juana. Menurutnya, penutupan saluran dari Bendung Sedadi akan berlangsung tiga bulan. Terhitung mulai Juli sampai September. Keputusan penutupan sudah berdasarkan keputusan bersama dengan petani dan pemakai air. Dijelaskan, proyek perbaikan saluran irigasi tersebut sudah mulai dikerjakan 23 Oktober 2015. Rencananya, proyek dengan dana APBN senilai Rp 111,6 miliar tersebut rampung pada akhir bulan November 2018. Saat ini, progres pekerjaan sampai awal Juli lalu berkisar 17,8 persen. Ditargetkan, progres pekerjaan meningkat jadi 74 persen pada akhir September 2017. Sisa pekerjaan selanjutnya akan dituntaskan hingga November tahun depan. Proyek Bendung Sedadi merupakan salah satu bagian dari rehabilitasi saluran irigasi Waduk Kedungombo. Selain Bendung Sedadi, perbaikan juga menyasar saluran di Bendung Sidorejo, Klambu Kanan dan Klambu Kiri. Alokasi dana untuk mega proyek itu nilainya sangat besar. Yakni, Rp 1,6 triliun yang dikerjakan secara multi years dalam kurun waktu tiga tahun.

08 Juli 2017 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Pembangunan 4 Embung dan Kedaulatan Pangan di TA 2017
Pembangunan 4 Embung dan Kedaulatan Pangan di TA 2017

Harapan Presiden Joko Widodo setiap desa menganggarkan pembangunan embung sangat penting guna mewujudkan kedaulatan pangan desa seluruh Tanah Air. Langkah secara konkret ditempuh Kementerian PUPR melalui BBWS Pemali Juana mengarahkan alokasi dana untuk membangun 4 embung (waduk mini) di Kabupaten Blora pada TA 2017. Berikut ini adalah capaian Progres Fisik pembangunan 4 Embung Status 4 Juli 2017 ; Embung Plered 54%, Embung Purwosari 50%, Embung Jiken 48%, Embung Kemiri 62% .

Salah satu tujuan membangun embung agar dapat meningkatkan produktivitas lahan pertanian desa. Embung diharapkan mampu menggandakan produksi pangan dari indeks pertanaman dari 1,4 kali menjadi 2?3 kali setahun.

Jumlah embung desa memang terus ditingkatkan jumlahnya. Sehingga lahan tadah hujan yang kurang produktif akan mendapat manfaat dari tambahan pembangunan embung baru ini. Desa dengan lahan pertanian non-irigasi atau tadah hujan akan bisa dimanfaatkan sepanjang tahun. Embung penopang produksi pangan baik padi, jagung, bawang, ketela pohon, kedelai, maupun komoditas pangan lain. 

Embung merupakan cekungan penampung air irigasi. Asal air yang ditampung bisa dari air sungai atau hujan. Embung bisa dibangun di desa yang memiliki sungai dan tidak. Embung bisa untuk menampung air hujan saja. Embung mencegah banjir saat musim hujan dan mengatasi kekeringan saat kemarau. Embung untuk menampung air sungai atau hujan bermultifungsi.

Air hujan bisa ditampung untuk persediaan saat kemarau. Embung adalah tampungan besar yang bisa menyimpan ribuan kubik air hujan. Penggunaannya bisa diatur menyesuaikan kebutuhan dan ketersediaan air pada waktu kemarau saja. Selama hujan, persediaan air melimpah sehingga embung menjadi tabungan air.

Manfaat 

Embung bisa dibangun di daerah dataran tinggi yang tidak dilalui aliran sungai. Air embung bisa berasal dari air hujan. Perbukitan yang dulu gersang bisa memiliki persediaan air. Perbukitan perdesaan yang biasanya gundul pada musim kemarau sehingga banyak tanaman mati karena kekurangan air, bisa bertahan dengan irigasi dari waduk mini tersebut. 

Kedaulatan pangan desa semakin mendesak bagi masyarakat. Peran embung terkait kedaulatan pangan, terutama guna mengurangi faktor gangguan akibat kekeringan. Embung menjadi pilar dalam produksi pangan desa sehingga penduduk dekat dengan sumber makanan dan terhindar dari persoalan distribusi. Embung mendorong terciptanya swadaya pangan penduduk desa. 

Waduk juga bisa mendukung intensifikasi pertanian sehingga bisa meningkatkan frekuensi panen. Ini terutama tanaman padi dari setahun sekali menjadi dua atau tiga kali setahun. Kelipatan hasil pertanian akan bisa diwujudkan para petani desa dengan ketersediaan air.

Selain itu, penampungan air juga menopang diversifikasi pertanian. Peningkatan hasil pertanian melalui variasi jenis tanaman seperti pola tumpang sari. Sawah di Jawa bahkan disela-selanya dapat diselingi tanaman untuk ternak. Peningkatan hasil ternak akan menaikkan produksi protein hewani warga desa.

Dalam embung juga dapat disebar ikan untuk usaha perikanan yang diharapkan bisa mencegah kemungkinan perkembangan jentik nyamuk. Sementara, sekitar embung juga bisa dikembangkan kolam-kolam ikan menggunakan sistem pengairan berbasis.

Embung juga menjadi objek wisata baru yang menarik baik domestik maupun mancanegara. Waduk yang dibangun indah dikelilingi taman atau kebun berbagai buah-buahan. Semua tanaman memperoleh suplai irigasi dari embung tersebut yang terletak di perbukitan pedesaan. Di situ juga terdapat panorama pemandangan yang menawan lengkap dengan udara sejuk.

Penduduk desa harus ikut mengelola dan merawat embung secara aktif bergotong-royong. Ketentuan penggunaan air dilakukan secara musyawarah warga atau kelompok tani. Kedaulatan pangan harus diupayakan mulai dari desa. Embung memiliki peran strategis dalam turut menciptakan kedaulatan pangan perdesaan. Ini bisa jadi terobosan mengatasi banjir dan kekeringan desa.

04 Juli 2017 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1438 H
Berita Terkini & Pengumuman
BBWS Pemali Juana Atasi Banjir Rob Semarang Demi Pemudik
BBWS Pemali Juana Atasi Banjir Rob Semarang Demi Pemudik

Semarang - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan, Kementerian PUPR telah memulai penanganan banjir rob pada ruas jalan Pantura di Semarang. Penanganan mulai dari Kaligawe hingga Genuk, sekaligus untuk mendukung kelancaran arus mudik Lebaran 2017.

Dalam keterangan tertulis dari Kementerian PUPR, Minggu (18/6/2017), banjir rob ditandai dengan masuknya air laut yang pasang menggenangi daratan.

"Lebaran tahun lalu masih kena rob besar sehingga kami harus atasi dalam kondisi darurat dengan kantong-kantong pasir dan mendatangkan lebih dari 10 pompa, baik pompa mobile maupun permanen. Tanggul Sringin bahkan sempat dijebol masyarakat karena dianggap menjadi sumber banjir kawasan tersebut dan sekitarnya," ujar Basuki saat melakukan kunjungan kerja ke Polder Sringin dan Terminal Terboyo, Semarang, Jumat (16/6).

Oleh karenanya Kementerian PUPR melalui Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juana-Ditjen Sumber Daya Air berupaya keras untuk menyelesaikan sistem penanggulangan banjir Kota Semarang dengan membangun 5 polder. Pada tahun lalu telah diselesaikan Polder Banger sehingga Pelabuhan Semarang hingga Semarang tengah bisa relatif tertangani.

Tahun ini dikerjakan Polder Sringin dengan tanggul dari Kali Tenggang ke Sringin, hingga nantinya mencapai Kali Babon. "Polder Sringin dilengkapi pompa, untuk melindungi jalan nasional yang sebelumnya tidak pernah kering dan rusak terus akibat banjir rob," jelasnya.

Ditambahkannya bila terjadi banjir akibat hujan di selatan Semarang, sudah diantisipasi dengan disiagakannya pompa.

Anggaran yang digunakan untuk pembangunan tahap 1 Polder Sringin, serta normalisasi sejumlah kali Rp 210 miliar dan akan dilanjutkan tahap 2 dengan anggaran Rp 255 miliar sehingga total Rp 465 miliar. Pembangunan Polder Sringin juga dilengkapi dengan pembangunan tanggul sepanjang 2,2 km yang ditargetkan rampung akhir 2018.

"Dibangunnya Polder Sringin dan tanggul, dampaknya sudah bisa kita lihat jalan nasional dan Terminal Terboyo sudah kering," katanya.

Penyerahan Paket Sembako

Basuki menyerahkan paket sembako secara simbolis kepada warga RW 01 Kelurahan Bandarharjo, Semarang Utara. Paket sembako tersebut merupakan bantuan dari gabungan 31 BUMN.

Acara BUMN Berbagi Bingkisan Ramadan 1438 H tersebut juga dihadiri oleh anggota Komisi V DPR Nursyirwan Soejono, Wakil Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu, Direktur Pembangunan Jalan Ditjen Bina Marga Achmad Gani Ghazali, Direktur Sungai dan Pantai, Ditjen Sumber Daya Air Hari Suprayogi, Kepala Biro Komunikasi Publik Kementerian PUPR Endra S Atmawidjaja, Kepala BBWS Pemali Juana Ruhban Ruzziyatno, Direktur Utama Bank Tabungan Negara Maryono, dan Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia Randi Anto.

Penyaluran 30 ribu paket sembako tersebut serempak dilakukan oleh 21 BUMN di 20 masjid sekitar area kota atau kabupaten Semarang. BUMN yang berpartisipasi antara lain BRI, BTN, Pegadaian, Pelindo 3, Bulog, Jasa Raharja dan PT Semen Indonesia.

"Harapan kami bingkisan ini dapat diterima dengan baik oleh Bapak Ibu sekalian untuk ikut merayakan hari raya Idul Fitri 1438 Hijriah ini," tutur Basuki.

17 Juni 2017 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Pengendalian Banjir Sistem Sungai Jragung 2016 - 2018
Pengendalian Banjir Sistem Sungai Jragung 2016 - 2018

BBWS Pemali Juana akan melaksanakan kegiatan Normalisasi Sistem Sungai Jragung untuk mengembalikan fungsi sungai dan mengatasi banjir yang sering terjadi akibat sungai meluap. Beberapa pekerjaan yang akan di lakukan oleh BBWS Pemali Juana diantaranya :

  1. Pekerjaan tanggul dan normalisasi Sungai Jragung
  2. Pekerjaan tanggul dan normalisasi Sungai Jragung Lama
  3. Pekerjaan tanggul dan normalisasi Sungai Cabean
  4. Pekerjaan Sudetan
  5. Pekerjaan Jembatan

Permasalahan pada Sistem Sungai Jragung :

1. Sungai Cabean tiap tahun mengalami over topping di beberapa tempat yang disebabkan karena debit yang masuk melebihi kapasitas Sungai Cabean.

2. Bendung Ploso sebagai bangunan pembagi banjir tidak berfungsi akibat adanya sedimentasi di Sungai Jragung Lama dan banyaknya pemukiman.

3. Sering terjadi blocking di Bendung Guntur yang disebabkan oleh hasil-hasil pertanian yang dibuang masyarakat di badan sungai sehingga menutup aliran banjir pintu Bendung Guntur.

4. Kapasitas sungai KB. 1 dan KB. 15 menurun akibat sedimentasi dan beban banjir dari Sungai Cabean.

5. Beberapa jembatan antar desa di sistem Sungai Jragung saat ini menjadi penghalang aliran banjir.

[embed]https://youtu.be/kklkbzIZNXQ[/embed]

06 Juni 2017 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Mengolah Eceng Gondok Rawa Pening Menjadi Bahan Bakar
Mengolah Eceng Gondok Rawa Pening Menjadi Bahan Bakar

Rawa Pening seluas 2.670 hektare di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, menjadi salah satu objek wisata favorit warga Semarang dan sekitarnya. Masyarakat pun memanfaatkan danau berkedalaman 3?7 m itu untuk budidaya ikan air tawar seperti nila, mujair, dan lele. Sayang, kondisi danau legendaris itu semakin merana. Limbah domestik yang terbawa aliran berbagai sungai memicu proses nitrifikasi air sehingga kadar oksigen terlarut berkurang.

Efeknya, air menjadi kehitaman dan berbau. Kondisi itu mengganggu pertumbuhan ikan yang dibudidaya di sana. ?Daging ikan dari sini tidak enak sehingga hanya laku dijual dengan harga murah,? kata Munadji, anggota Kontak Tani Nelayan Andalan Kota Salatiga yang aktif mendampingi peternak ikan Rawa Pening. Sudah begitu, buruknya kondisi air menjadikan produksi rendah lantaran tingkat kematian tinggi.

Atasi gulma

Kualitas air yang rendah itu memicu eceng gondok Eichhornia crassipes tumbuh subur merajalela. Gulma air itu menutupi 1.800 ha permukaan danau. Tanaman tua tenggelam dan membusuk di dasar sehingga memperburuk kualitas air. Sedimen yang terbentuk mengurangi kedalaman air hingga tinggal 2 m. ?Kondisi air menjadikan pertumbuhan eceng gondok di Rawa Pening sangat subur.

Gambarannya 1 batang eceng gondok bisa tumbuh menjadi 10?15 kg, menutupi luasan 1 m2 hanya dalam 23?30 hari. Di perairan lain pertumbuhannya tidak secepat itu. Sejatinya banyak pihak turun tangan berupaya menanggulangi penyebaran gulma itu. Kementerian Pekerjaan Umum melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana menerjunkan 2 unit eksavator dan beberapa unit kapal keruk untuk menyingkirkan eceng gondok.

Kecepatan kerja alat-alat itu tidak sebanding dengan pertumbuhan eceng gondok. Upaya lain, membuat kerajinan dari eceng gondok, juga tidak efektif. Itu sebabnya direktur utama PT Sido Muncul, Irwan Hidayat, melontarkan ide mengolah eceng gondok menjadi bahan bakar. Karyawan Sido Muncul memboyong timbunan eceng gondok di tepi danau hasil pengerukan eksavator ke unit pembuatan pelet di pabrik.

Pembuatan sekilogram pelet memerlukan 5 kg eceng gondok dengan biaya produksi sekitar Rp1.100?Rp1.500 per kg pelet. Irwan menyatakan bahwa pembuatan pelet bahan bakar dari eceng gondok itu sekadar percontohan. ?Sido Muncul tidak mungkin bekerja sendiri untuk membersihkan Rawa Pening dari eceng gondok,? kata pria berusia 70 tahun itu. Pelet bahan bakar menjadi solusi jitu pengendalian eceng gondok di berbagai perairan.

Menurut peneliti bahan bakar biomassa di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, Dr Ir Supriyanto, pelet bahan bakar menjadi incaran negara-negara maju yang memiliki 4 musim. ?Mereka menggunakan pelet untuk bahan bakar penghangat ruangan di musim dingin,? kata Supriyanto. Industri pelet bahan bakar berbahan biomasa untuk tujuan ekspor pun bisa memperoleh bahan gratis tanpa harus menanam. Di balik sifatnya yang menjadi gulma, eceng gondok menawarkan peluang besar.

29 Mei 2017 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Bendungan Randugunting 2018 Akan Konstruksi dan Aliri Tiga Kabupaten
Bendungan Randugunting 2018 Akan Konstruksi dan Aliri Tiga Kabupaten

BLORA ? Pemerintah pusat melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PUPR) akan memulai pembangunan Bendungan Randugunting di Desa Kalinanas, Kecamatan Japah, Blora, tahun depan. Diharapkan proyek tersebut selesai pada 2020.

Menurut rencana, bendungan tersebut akan mampu menampung air sebanyak 10,40 juta meter kubik dan digunakan untuk pengairan di tiga kabupaten, yakni Blora, Rembang dan Pati.

Rencana pembangunan Bendungan Randugunting dipaparkan tim Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kemen PUPR kepada Bupati Djoko Nugroho di ruang pertemuan Bupati, kemarin.

Rombongan BBWS Pemali Juana dipimpin Kepala BBWS Ruhban Ruzziyatno. Pada pertemuan tersebut, Bupati didampingi Sekda Bondan Sukarno, Asisten II Slamet Pamudji, Kepala DPUPR Samgautama Karnajaya, Kepala Badan Lingkungan Hidup Dewi Tedjowati, serta perwakilan PDAM Blora.

Kabid Perencanaan dan Program BBWS Pemali Juana, Dani Hamdan dalam paparannya mengatakan, Bendungan Randugunting di Desa Kalinanas akan bermanfaat untuk pengendali banjir, suplai air baku, irigasi serta pariwisata. Bendungan Randugunting membutuhkan lahan seluas 241.428 hektare yang akan menampung air sebanyak 10,40 juta meter kubik.

Membutuhkan Air

Bupati Djoko Nugroho menyatakan, masyarakat Blora di wilayah utara yang berbatasan dengan Kabupaten Rembang dan Pati memang membutuhkan air, terutama untuk irigasi pertanian.

Dirinya berharap pembagian air disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat sehingga bisa membantu petani terutama saat hendak bercocok tanam. ?Keberadaan Bendungan Randugunting juga diharapkan dapat menjadi daya tarik wisata baru di Blora,? kata Bupati.

Lebih lanjut disampaikan Djoko, Pemkab akan mengagendakan peninjauan lokasi pembangunan bendungan. Dia meminta kepada para kepala dinas mendata kebutuhan apa saja yang diperlukan masyarakat serta keadaan pengairan di daerah sekitar. ?Tolong semuanya didata, nanti kita akan ke sana untuk melakukan pengecekan lapangan.

Semoga apa yang kita lakukan ini menjadi berkah bagi masyarakat Blora,? tandasnya. Kepala BBWS Pemali Juana Ruhban Ruzziyatno meminta Pemkab menyampaikan usulan pembangunan embung yang akan difungsikan untuk irigasi. Nantinya dapat dilakukan pemompaan seperti yang dilakukan di Wonogiri.

Selain itu akan dilakukan studi potensi tampungan air serta studi kompetensi lebih lanjut mengenai penyesuaian desain bendungan. Terkait pemanfaatan bendungan sebagai tempat wisata, nantinya akan ada kajian lebih lanjut. ?Silahkan usulan disampaikan kepada kami. Nanti kita kaji bersama,? ujarnya.

24 Mei 2017 Selengkapnya