Slide 1

Berita Balai Wilayah Sungai Maluku Utara > Cerita Petani Kao Barat: Dari Sawah ke Sekolah, Hasil Panen Bantu Anak Bersekolah


Jumat, 17 Oktober 2025, Dilihat 5 kali

Cerita Petani Kao Barat: Dari Sawah ke Sekolah, Hasil Panen Bantu Anak Bersekolah

 

Di bawah terik matahari siang, hamparan sawah di Desa Wonosari, Kecamatan Kao Barat, tampak hijau berkilau. Air mengalir perlahan di antara pematang, membawa kehidupan bagi tanaman padi muda yang baru tumbuh. Suara gemericik air kini menjadi musik keseharian bagi para petani yang dulu harus menengadah ke langit, menunggu datangnya hujan.

Dulu, cerita Ibu Sumiem, kondisi ini hanyalah impian. Setiap musim tanam, ia bersama petani lain harus berjibaku mencari sumber air, mengalirkan air secara bergantian, bahkan mengorbankan sebagian lahan agar sisanya tetap hidup. Namun kini, setelah pembangunan jaringan irigasi melalui Program Percepatan Peningkatan Tata Guna Air Irigasi (P3TGAI) yang dijalankan oleh BWS Maluku Utara, segalanya berubah.

“Kita kan orang petani, ya sekarang lebih senang karena sudah ada jaringan irigasi ini, mengalirkan air ke sawah-sawah itu sudah sempurna. Enggak kayak dulu yang sebelum ada jaringan, terasakan begitu,” tuturnya sambil menatap aliran air yang jernih di saluran irigasi.

Bagi Sumiem, air bukan sekadar kebutuhan bertani — air adalah hidup. Ketika jaringan irigasi mulai berfungsi, sawah-sawah yang dulu mengering kini kembali bernafas. Padi tumbuh serempak, dan semangat petani pun ikut tumbuh bersamanya. Kehadiran irigasi membuat mereka lebih terencana, lebih tenang, dan jauh lebih optimis menghadapi musim tanam berikutnya.

“Selamanya dari petani itu ya semangat, tanamnya itu semangat sekali tahu maksudnya, jadi petani. Karena kita itu orang petani, kalau enggak semangat bagaimana nanti,” ujarnya dengan logat Jawa khas trans di Kao Barat yang hangat.

Semangat itu bukan hanya ucapan, tapi nyata terlihat di lapangan. Para petani kini bisa menanam dua kali setahun, mengatur waktu panen dengan lebih pasti, dan menjaga kesuburan lahan tanpa rasa cemas. Air yang dulu menjadi kendala, kini menjadi kekuatan utama yang menggerakkan ekonomi desa.

“Ya ada, peningkatan ekonomi panen itu ada tahu. Panen kita kan jual itu beras tahu, semuanya itu tahu. Semua itu ya ada. Buat kuliah anak, buat apa ini ya dari hasil pertanian ini,” lanjutnya sambil tersenyum bangga.

Bagi keluarga Sumiem, hasil panen tak hanya memberi bahan pangan, tapi juga masa depan. Dari sawah, ia membiayai sekolah anaknya, memenuhi kebutuhan rumah tangga, hingga menyimpan sedikit untuk kebutuhan darurat. Irigasi bukan sekadar proyek fisik bagi mereka — ini adalah pintu menuju kesejahteraan yang dulu terasa jauh.

Namun bagi Sumiem, pekerjaan ini belum selesai. Ia berharap agar program pembangunan irigasi terus dilanjutkan hingga seluruh wilayah Kao Barat dapat merasakan manfaat yang sama.

“Harapan saya ya, maksudnya dilanjutkan terus sampai selesai jaringan, maksudnya. Yang lainnya kan yang belum tercapai,” katanya lirih, seolah berbicara mewakili banyak petani lainnya.

Harapan itu bukan keluhan, melainkan wujud rasa memiliki. Petani seperti Sumiem kini melihat bahwa infrastruktur bukan sekadar bangunan, tapi bagian dari kehidupan mereka. Setiap batu yang disusun, setiap saluran yang digali, memberi makna dan harapan baru bagi masyarakat yang hidup dari tanah dan air.

BWS Maluku Utara terus berkomitmen menghadirkan infrastruktur sumber daya air yang berdaya guna dan berkelanjutan. Di Wonosari, cerita perubahan itu telah dimulai — cerita tentang air, kerja keras, dan semangat yang menghidupi tanah Halmahera.

#SigapMembangunNegeriUntukRakyat
#MengelolaAirUntukNegeri
#IrigasiUntukSwasembadaPangan
#setahunberdampak