Please ensure Javascript is enabled for purposes of website accessibility

© 2024 Balai Besar Wilayah Sungai Pemali - Juana.

Berita Terkini & Pengumuman

Berita Terkini & Pengumuman
Bendungan Jatibarang Resmi Dioperasikan
Bendungan Jatibarang Resmi Dioperasikan

SEMARANG- Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat secara resmi mengoperasionalkan Bendungan Jatibarang, Kelurahan Kandri, Kecamatan Gunungpati, Senin (11/5). Waduk itu menjadi pertama yang diresmikan dan beroperasi dalam era pemerintahan Presiden Joko Widodo. Operasionalisasi Jatibarang ditandai secara simbolik dengan penekanan sirine oleh Wakil Gubernur Jateng Heru Sudjatmoko, Dirjen Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Mudjiadi, dan Asisten II Pemerintah Kota Semarang, Ayu Entys. Kemudian disertai dengan pelepasan burung merpati dan balon ke udara di kawasan Bendungan Jatibarang. Dirjen Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Mudjiadi mengatakan, sesuai ??Nawa Cita??pemerintah akan membangun 49 bendungan, dan saat ini yang sedang berlangsung sebanyak 16 bendungan. Dengan demikian, dalam lima tahun ke depan bisa membangun sebanyak 65 bendungan. Dia menerangkan, setelah bendungan dioperasionalkan, pihaknya menginginkan agar pengelola bisa menjaga waduk tersebut termasuk kualitas air dan laju sedimentasi. Dia juga berpesan agar bendungan tidak tercemar oleh berbagai jenis limbah, baik padat dan cair sehingga ekosistem dalam air bisa terus terjaga. ??Saya minta agar bendungan yang biasanya untuk keramba apung agar dilarang. Itu penting, sebagai pemenuhan air baku suplai, agar air benarbenar terjamin kualitasnya, dan proses sedimentasi tidak terlalu cepat,??imbuhnya. Antisipasi Banjir Wakil Gubernur Heru Sudjatmoko juga menginginkan agar pengelola Bendungan Jatibarang bisa mengantisipasi masalah banjir di Kota Semarang pada khususnya. Selain dijadikan sebagai wahana wisata baru yang sudah banyak dikenal, kawasan tersebut juga bisa sebagai wadah edukasi untuk generasi muda untuk memikirkan dan menjaga kelestarian air. Apalagi lokasi waduk dekat dengan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jatibarang. ??Waduk sudah jadi, sudah diisi air, bagus, dan indah. Bagaimana juga yang sudah dibangun dipelihara dengan baik. Dengan demikian, bangunan ini manfaatnya terjaga. Tidak tercemari limbah,??paparnya. Kepala Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Jateng Prasetyo Budhie menerangkan, Bendungan Jatibarang memiliki tiga fungsi utama, yakni penanggulangan banjir dengan mengurangi debit air Sungai Kaligarang. Kemudian, konservasi sumber daya air dengan menyediakan air baku hingga 1.050 liter per detik serta sebagai Pembangikit Listrik Tenaga Air (PLTA) sebesar 1,5 megawatt. ??Untuk pengembangan air baku dan listrik, masih menunggu investor,??tambahnya. Sementara itu, Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juana, Bobby Prabowo menerangkan, Bendungan Jatibarang memunyai kapasitas tampung air sebesar 20,4 juta meter kubik. Waduk tersebut nantinya menghasilkan sekitar 1.050 liter/detik air baku. ??Adanya bendungan berkolerasi positif dengan upaya peningkatan perekonomian sekitar. Air bisa digunakan untuk penyedia air baku, pembangkit listrik, pengendali banjir, dan tempat pariwisata,?? tandasnya.

12 Mei 2015 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Bendungan Pertama di Era Jokowi Resmi Beroperasi
Bendungan Pertama di Era Jokowi Resmi Beroperasi

embangunan sejumlah proyek infrastruktur sarana air baik waduk dan bendungan mulai menampakkan hasil. Salah satunya, Bendungan Jatibarang di Kota Semarang, Jawa Tengah. Bendungan ini resmi dioperasikan, Senin (11/5/2015), setelah pembangunan sejak tahun 2009 lalu. "Bendungan Jatibarang ini, bendungan pertama yang beroperasi di era Kabinet Kerja Pak Jokowi. Sesuai 'nawa cita', kita nanti akan bangun 49 waduk baru, yang 16 waduk di antaranya sudah dikerjakan," kata Direktur Direktorat Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Mujadi, di Semarang, siang ini. Operasionalisasi Bendungan Jatibarang ditandai secara simbolik dengan penekanan sirine disertai dengan pelepasan burung merpati dan balon. Bendungan yang dibangun sejak 15 Oktober 2009 itu rampung proses pembangunanya pada 5 Mei 2014. Lalu, pada 8 Januari 2015, air di bendungan telah teraliri penuh. Bendungan ini dibangun untuk mengatasi banjir melalui sistem drainase. Bendungan mampu menyerap air sebanyak 270 meter kubik per detik, yang diyakini mampu mengendalikan banjir selama 100 tahun ke depan. Bendungan yang dikelola secara terpadu itu bisa untuk pembangkit listrik tenaga hydro berkapasitas 1,5 KW, penyediaan air baku sebanyak 10,9 juta meter kubik dan untuk program pariwisata. Menurut Mujadi, setelah bendungan dioperasikan pengelola bendungan diharapkan mampu menekan laju sedimentasi. "Saya minta agar permukaan di waduk yang biasanya untuk keramba apung agar dilarang. Itu penting, sebagai pemenuhan air baku suplai, agar air benar-benar terjamin kualitasnya," kata dia. Dia juga minta agar pengelola waduk bisa mengendalian limpah padat maupun cair, sehingga air yang ada kualitasnya bisa terjaga. Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Pemali-Juwana, Bobby Prabowo mengatakan, pembangunan Bendungan Jatibarang disertai dengan normalisasi Sungai Kaligarang dan Sungai Banjir Kanal Barat. Dana yang digunakan melalui skema pinjaman dari Jepang. Sementara itu, Wakil Gubernur Jawa Tengah Heru Sudjatmoko berharap agar pengelola Bendungan Jatibarang bisa mengantisipasi masalah-masalah lingkungan agar kualitas air bisa terjaga. Hal yang membuatnya risau karena Bendungan berada dekat dengan Tempat Pembuangan Akhir (TPS) Jatibarang. "Kami mohon itu bisa diantsipasi jauh-jauh hari, kalau bendungan dekat dengan TPA. Mungkin sekarang belum bermasalah, tapi perlu diantisipasi. Rasio debit air harus terjaga, penghijauan di kawasan hulu juga terjaga. Kalau bisa lestari, waduknya bisa awet," kata dia. Bendungan Jatibarang berada persis di tengah Kota Semarang, yakni masuk di Kecamatan Gunungpati dan Kecamatan Mijen. Lima desa terdampak antara lain Kelurahan Talunkacang, Kandri, Jatirejo untuk Gunungpati, Kelurahan Kedungpane dan Jatibarang untuk Kecamatan Mijen.

11 Mei 2015 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Pemkot Semarang Kaji Normalisasi Sungai Banjir Kanal Timur
Pemkot Semarang Kaji Normalisasi Sungai Banjir Kanal Timur

SEMARANG ? Pemerintah Kota Semarang terus mengkaji rencana normalisasi Sungai Banjir Kanal Timur Semarang untuk mengatasi banjir yang menjadi salah satu permasalahan di wilayah itu. ?Memang ada beberapa kendala dalam perencanaan normalisasi ini,? kata Kepala Bidang Perencanaan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Semarang M. Farchan di Semarang seperti dikutip Antara, Jumat (8/5/2015). Menurut dia, persoalan sosial menjadi salah satu kendalanya, yakni keberadaan permukiman dalam bentuk bangunan permanen dan semipermanen yang ada di bantaran Sungai Banjir Kanal Timur Semarang. Oleh karena itu, kata dia, Pemkot Semarang akan melakukan identifikasi masalah sosial yang anggarannya disiapkan dalam Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Semarang 2016. ?Hasil studi, baik analisis mengenai dampak lingkungan (amdal) dan Land Acquisition and Resettlement Action Plan (LARAP) akan menjadi pijakan Pemkot Semarang dalam mengambil kebijakan,? katanya. Persiapan lain yang dilakukan, antara lain pembebasan lahan di Jalan Barito dan Jalan Onta Raya dan rencana pembuangan sedimentasi yang ada di sepanjang Sungai Banjir Kanal Timur. ?Pada anggaran tahun ini, kami juga sudah memulai persiapan dengan penanganan daerah hilir Sungai Banjir Kanal Timur, khususnya di wilayah Kemijen dan persiapan operasional Polder Banger,? katanya. Farchan berharap pembangunan bisa berjalan dengan terpadu sehingga ketika Sungai Banjir Kanal Timur dinormalisasi sudah ada persiapan tempat pembuangan sedimentasi dan penanganan sosial. Sementara itu, Kepala Bidang Pelaksana Jaringan Sumber Air Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana Bambang Astoto menjelaskan perkiraan anggaran normalisasi Sungai Banjir Kanal Timur besar.

09 Mei 2015 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Normalisasi Banjir Kanal Timur Butuh Rp 600 M
Normalisasi Banjir Kanal Timur Butuh Rp 600 M

Normalisasi Banjir Kanal Timur (BKT) membutuhkan anggaran Rp 600 miliar. Jumlah itu baru perkiraan dengan asumsi normalisasi seperti di Banjir Kanal Barat (BKB). Untuk mengetahui jumlah anggaran sebenarnya harus menunggu hasil studi. Dua studi yang sedang dilakukan yakni analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal) dan land acquisition and resettlement action plan (LARAP). Studi yang dilaksanakan?Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juana dan konsultan?ini berlangsung 16 bulan hingga Agustus 2016. Kepala Bidang Pelaksana Jaringan Sumber Air BBWS Pemali Juana Bambang Astoto menjelaskan, perkiraan anggaran tersebut hampir dua kali lipat dari yang dibutuhkan untuk menormalisasi BKB. Penyebabnya, panjang sungai yang akan dinormalisasi juga dua kali lebih panjang. Normalisasi BKB sepanjang 9,3 Km menghabiskan Rp 300 miliar, sedangkan BKT sepanjang 15 Km. ?Studi juga akan menentukan desain, teknik, dan anggaran,? kata Bambang di sela-sela kunjungan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo di BKT, Kamis (7/5). Untuk proyeksi jangka panjang, kapasitas tampungan air BKT juga akan ditingkatkan dari di bawah 200 meter kubik/detik menjadi 600 meter kubik/detik. ?Saat ini, menyentuh 200 meter kubik/detik saja, air sudah luber,? jelasnya.

07 Mei 2015 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Tanggul Cabean Jebol, 355 Rumah Tergenang
Tanggul Cabean Jebol, 355 Rumah Tergenang

GROBOGAN? - Tanggul Sungai Cabean di Desa Tajemsari Kecamatan Tegowanu, Senin (27/04/2015) kembali jebol sepanjang 40 meter. Sekitar 355 rumah di Desa Tajemsari dan Karangpasar tergenang setinggi 50-75 cm. Ratusan warga harus mengungsi ke balai desa setempat. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat langsung mengerahkan belasan personil angota SAR untuk membantu evakuasi warga dan membuka dapur umum. Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juana juga sudah mendatangkan dua alat berat jenis bego ke lokasi tanggul yang jebol. ?Sebenarnya elevasi Sungai Cabean sudah mulai surut. Namun genangan banjir di pemukiman penduduk dan lahan pertanian masih sekitar 50 cm. Hal ini karena areal genangan posisinya lebih rendah dibanding dasar Sungai Cabean,? kata Kepala BPBD Grobogan Agus Sulaksono kepada KRjogja.com di lokasi banjir. Jebolnya tanggul Sungai Cabean akibat tidak mampu menahan arus dan volume air dari arah hulu. Saat itu daerah hulu Pegunungan Kendeng Selatan di Kecamatan Tanggungharjo dan Kedungjati curah hujan cukup tinggi. Air bah berwarna kuning keruh langsung meluber ke pemukiman penduduk dan lahan pertanian. Sebanyak 260 rumah penduduk di Desa Tajemsari dan 95 rumah di Desa Karangpasar ternedam setingi 50-75 cm. ?Banjir yang menggenangi pemukiman penduduk dan lahan pertanian belum juga surut karena posisi kedua desa tersebut lebih rendah dari dasar Sungai Cabean. Solusinya harus membuat saluran dan membedah tanggul agar air bisa mengalir menuju Sungai Cabean bagian hilir wilayah Demak. Saat ini dua bego milik Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juana masih fokus memperbaiki dan meninggikan tanggul yang jebol. Setelah itu baru membuat saluran dan membedah tanggul agar air segera bisa surut,? terang Agus.

27 April 2015 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Talang Irigasi Poncol Rusak Berat
Talang Irigasi Poncol Rusak Berat

 

BREBES ? Rusaknya talang air Poncol di Desa Kedung Bokor, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes menyebabkan hilangnya air irigasi dalam jumlah yang signifikan.

Debit air di talang itu berkurang dari 21.895 m3/detik, kini tinggal 9.000-an m3/detik yang sampai ke area irigasi. Adapun sisanya mengalir terbuang ke Sungai Pemali yang letaknya tepat di bawah talang air itu.

Kerusakan itu disebabkan gerusan aliran air pada pilar nomor dua. Posisinya tepat di tengah-tengah talang maupun tepat di tengah aliran Sungai Pemali. Untuk perbaikan, pemerintah pusat melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana mengalokasikan Rp 129,6 miliar.

Renovasi talang yang dulunya dibangun oleh Pemerintahan Belanda pada 1893 ini dilakukan secara tahun jamak dan ditarget rampung pada 2016. ?Talang air ini mampu mengairi areal pertanian seluas 17.596 hektare. Jadi fungsinya sangat penting sekali. Gara-gara banyak air yang hilang, maka musim tanam ada yang bergeser,? ujar Gubernur Ganjar Pranowo saat meninjau Talang Poncol, Brebes, Kamis (2/4).

Selain menyelamatkan daerah pertanian, lanjut Ganjar, talang air itu juga berfungsi menopang rel kereta api. Warga sekitar juga memanfaatkannya sebagai jembatan untuk menyeberangi Sungai Pemali.

Mencapai 10 Persen

Untuk menjaga keamanan talang, pada 2.000, pemerintah membangun jembatan jalan raya di sampingnya.

Renovasi Talang Air Poncol itu dilaksanakan oleh PT Bumi Karsa bekerja sama dengan PT Basuki Rahmanta Putra. Sampai akhir Maret 2015, pekerjaan sudah mencapai 10 persen.

Kepala Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Jateng Prasetyo Budhie menjelaskan, talang baru yang nantinya dibangun posisinya berbeda dengan sebelumnya. Talang akan melengkung, mengitari posisi talang saat ini.

Talang baru akan mengalirkan air dengan debit yang sama, 21.895 m3/detik. Namun, ukurannya lebih? lebar, dari 6 meter menjadi 6,6 meter.

04 April 2015 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Tanggul Sungai Jragung Diperbaiki
Tanggul Sungai Jragung Diperbaiki

Personel Polres Grobogan bersama Kodim 0717 Purwodadi mengerahkan 100 personel guna membantu mengatasi musibah banjir di Desa Karangpasar Kecamatan Tegowanu, Kabupaten Grobogan, kemarin. Bantuan itu berupa perbaikan tanggul dan penyiapan tempat evakuasi bagi korban banjir. Sasarannya, adalah warga korban banjir akibat jebolnya Tanggul Sungai Jragung, terutama warga Desa Karangpasar, Kecamatan Tegowanu, Kabupaten Grobogan. Personel Polres Grobogan yang diturunkan ke lokasi banjir antara lain Sabhara, Binmas, Bhabinkamtibamas, Lalu Lintas, dan jajaran Polsek Tegowanu. Mereka bekerja di bawah koordinator Kasatsabhara, AKP Sugiyanto, dan Kasatbinmas, AKP Sudarwati. Personel gabungan mengatasi banjir dengan melakukan perbaikan, aparat Kodim 0717 Purwodadi bersama-sama masyarakat terhadap Tanggul Sungai Jragung yang jebol sepanjang 6 meter. Tanggul itu jebol setelah dihantam luapan air Sungai Cabean dan Kali Buangan 1 (KB 1), Jumat 20 Maret 2015 pukul 07.00. ?Tanggul Sungai Jragung tersebut jebol setelah tidak kuat menahan derasnya laju air sungai yang kedalamannya mencapai 2 meter yang merupakan kiriman dari Sungai Cabean dan KB 1,? kata Kapolres Grobogan AKBP Indra Darmawan, kepada media, kemarin. Diisi Tanah Perbaikan, lanjut dia, dilakukan dengan cara menutup area tanggul yang jebol dengan tumpukan karung yang diisi tanah. Peristiwa itu tidak sampai menimbulkan korban jiwa. ?Namun, mengakibatkan kerugian materiil sekitar 30 hektare areal persawahan terendam banjir. Areal itu terdiri atas sekitar 10 hektare persawahan siap panen dan 20 hektare sisanya selesai panen. Selain itu, lanjut Kapolres, sebanyak 92 rumah penduduk tergenang air. Rata ketinggian air sekitar 20cm-30cm. Selain membuat tanggul sementara, jelas Indra, personel Polres Grobogan juga dikerahkan untuk menyiapkan lokasi evakuasi di Balai Desa Karangpasar. Lokasi itu untuk warga yang akan mengungsi serta memberikan bantuan logistik berupa 500 kg beras dan 10 dus mi instan. ?Warga korban banjir di lokasi itu menyambut antusias dan menyampaikan rasa terima kasih kepada aparat Polres yang telah membantu,? tambah Kasatbinmas AKP Sudarwati.

23 Maret 2015 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Peringatan Hari Air Sedunia 2015
Peringatan Hari Air Sedunia 2015

hari air dunia 2015

Hari Air Sedunia yang jatuh pada tanggal 22 Maret 2015 kali ini dimanfaatkan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk melakukan kampanye mengenai pentingnya menjaga dan melestarikan sumber air. Kampanye yang dilakukan Kementerian PUPR juga mengajak masyarakat untuk peduli pada mata air.

?Mari kita bersama-sama peduli air kita, jangan tinggalkan air mata untuk generasi selanjutnya. Mari sama-sama kita menjaga sumber daya air saat ini,? ujar Dirjen Sumber Daya Air PUPR Moedijadi di Bunderan Hotel Indonesia, Jakarta, Minggu (22/3/2015).

Peringatan Peduli Air yang diikuti oleh 100 orang ini juga melakukan aksi tanda tangan sebagai komitmen untuk menjaga sumber air. Acara dimeriahkan juga oleh pentas musik dari KementerianPUPR.

Hari Air Sedunia merupakan perayaan yang ditujukan sebagai usaha untuk menarik perhatian publik tentang pentingnya air bersih dan usaha untuk menyadarkan pengelolaan sumber-sumber air bersih yang berkelanjutan. Peringatan ini di umumkan pada Sidang Umum PBB ke-47 tanggal 22 Desember 1992 di Rio De Janiero, Brasil.

22 Maret 2015 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Banjir Demak Akibat Gagalnya Sistem Alur Sungai Jragung
Banjir Demak Akibat Gagalnya Sistem Alur Sungai Jragung

Banjir yang melanda Dukuh Wangun Desa Rejosari Kecamatan Karangawen Demak pada pertengahan Januari lalu akibat Sungai Cabean yang tidak mampu menahan debit air.

Kepala Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Provinsi Jawa Tengah Prasetyo Budie Yuwono ME saat melakukan tinjauan proyek Sungai Jragung di Bendung Ploso dan Guntur bersama Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP, Rabu (18/3) mengatakan Sungai Cabean tidak dapat menampung debit air karena sistem alur Sungai Jragung belum bisa membagi banjir secara optimal. Saat dibangun proyek Jratunseluna, harapannya dapat membagi debit air. Namun, faktanya tidak berhasil.

"Dulu dibangun Jratunseluna itu dibagi debit. Faktanya tidak berhasil. Air tidak mau belok kanan. Seharusnya belok ke arah Sungai Jragung dan Sungai Cabean adalah sudetan untuk membagi Sungai Jragung. Tapi sekarang Sungai Cabean justru menjadi sungai utama. Padahal dulu direncanakan Sungai Jragung mampu menampung 60 persen debit air dan 40 persen sisanya ditampung Sungai Cabean," paparnya.

Kegagalan Jratunseluna, terangnya, membuat tanggul sepanjang 10 km kritis. Untuk mengantisipasi terjadinya banjir, sementara ini telah dilakukan upaya menutup bobolan tanggul di sebelah kiri Sungai Cabean oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juwana dengan konstruksi ledam bronjong dan peninggian tanggul.

Prasetyo menjelaskan perbaikan sistem alur Sungai Jragung sudah masuk dalam program Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Saat ini memasuki tahap Detail Engineering Desaign (DED). Proyek rencananya mulai dikerjakan pada 2018 oleh BBWS Pemali Juwana.

"Secara konseptual penanganannya terbagi dalam tiga kegiatan. Yakni, membuat Waduk Jragung di bagian atas, menyudet Bendung Ploso untuk mengembalikan aliran ke Sungai Jragung dan melakukan normalisasi Sungai Jragung dan Sungai Cabean," katanya.

Sementara itu, Gubernur Ganjar Pranowo mengatakan untuk meminimalisir banjir dirinya mengimbau agar masyarakat tidak menanam tanaman di atas tanggul. Sebab, hal itu menyebabkan tanggul menjadi gembur dan tidak mampu menahan debit air yang tinggi saat terjadi hujan lebat. Mengenai tingginya sedimentasi, Ganjar menuturkan harus dilakukan pengerukan.

"Bendung Ploso dan Guntur sedimentasinya tinggi. Mau tidak mau kita keruk. Selain sedimentasi, tumpukan sampah di Bendungan Guntur juga mengerikan. Sampah itu dari hulu. Kira-kira dari perhutani. Maka saya minta Demak dengan perhutani bicara. Kalau perlu difasilitasi pemprov," jelasnya.

Ganjar berharap dengan adanya dialog antara Pemerintah Kabupaten Demak dan Perhutani dapat menyelesaikan persoalan tumpukan sampah yang berpotensi merusak seluruh bangunan sumber daya air yang sudah dibangun.

18 Maret 2015 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Perbaikan Alur Sungai Jragung Dimulai 2018
Perbaikan Alur Sungai Jragung Dimulai 2018

Tanggul Sungai Cabean, Demak sepanjang 10 kilometer berada dalam kondisi kritis. Penyebabnya, sistem alur Sungai Jragung belum bisa membagi banjir secara optimal. ?Sistem alur Sungai Jragung akan diperbaiki. Perbaikan sudah masuk dalam program Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Saat ini memasuki tahap detail engineering design (DED). Proyek rencananya mulai dikerjakan pada 2018 oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juwana,? kata Prasetyo Budie Yuwono Kepala Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Jawa Tengah.

Menurutnya, saat proyek Jratunseluna (Sungai Jragung, Tuntang, Serang, Lusi, dan Juana) dibangun, diharapkan dapat membagi debit air sehingga banjir tidak terjadi. Namun, faktanya proyek tersebut tidak berhasil membagi debit air. Perencanaan awal, Sungai Jragung mampu menampung 60 persen debit air, sedang 40 persen sisanya ditampung Sungai Cabean. ?Tiap air tidak mau belok kanan, padahal seharusnya belok ke arah Sungai Jragung dan Sungai Cabean yang menjadi sudetan, untuk membagi Sungai Jragung. Tapi sekarang Sungai Cabean justru menjadi sungai utama,? ujarnya.

Kegagalan Jratunseluna mengakibatkan tanggul sepanjang 10 kilometer kritis. Untuk mengantisipasi terjadinya banjir, sementara ini telah dilakukan upaya menutup bobolan tanggul di sebelah kiri Sungai Cabean oleh BBWS Pemali Juwana. Konstruksi yang digunakan ledam bronjong dan peninggian tanggul.

18 Maret 2015 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Waduk Gunungrowo Jebol
Waduk Gunungrowo Jebol

Waduk Gunungrowo Jebol

15 Maret 2015 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Waduk Gunung Rowo Jebol, Nelayan Dilarang Mendekati Tower
Waduk Gunung Rowo Jebol, Nelayan Dilarang Mendekati Tower

Waduk Gunungrowo Jebol
Jebolnya salah satu bendungan Waduk Gunung Rowo yang terletak di Desa Sitiluhur, Kecamatan Gembong, Minggu (1/3) kemarin, tidak menghalangi niat nelayan untuk mencari ikan di area waduk.
 
Puluhan nelayan tradisional tetap beroperasi mencari ikan, meski saluran waduk yang jebol sempat mengagetkan warga.
 
Meski begitu, pihak Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pati menghimbau kepada seluruh nelayan agar tidak mendekati tower Waduk Gunung Rowo. Pasalnya, arus air yang disebabkan kebocoran pada salah satu saluran bendungan sangat kencang, sehingga menyebabkan putaran air di sekitar tower menyedot barang apa saja yang ada di sekelilingnya.
 
?Kami sudah memberikan peringatan kepada warga Sitiluhur yang mencari ikan di area waduk untuk berhati-hati dan tidak mendekat pada tower pada radius 30 meter. Masalahnya, kebocoran pada salah satu saluran bendungan menyebabkan pusaran air yang sangat kuat di sekitar tower, sehingga membahayakan para pencari ikan,? ujar Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Suharyono sebagaimana dilansir Koran Muria.
 
Saat ini, Pemkab tengah mengupayakan solusi untuk menyelesaikan masalah saluran Waduk Gunung Rowo yang ambrol. ??Kami sedang berusaha untuk mengatasi kendala kebocoran Waduk Gunung Rowo. Sementara ini, kami belum bisa mencari lubang yang menjadi pusat kebocoran mengingat arusnya sangat deras. Kami sepakat menunggu debit air waduk surut dengan menutup seluruh aliran air yang mengarah ke area waduk,? imbuh Kepala Bidang Pelaksanaan Jaringan Sumber Air (PJSA) Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana Bambang Astoto.

05 Maret 2015 Selengkapnya