Please ensure Javascript is enabled for purposes of website accessibility

© 2025 Balai Besar Wilayah Sungai Pemali - Juana.

Berita Terkini & Pengumuman

Berita Terkini & Pengumuman
Sering jadi Sumber Petaka, Sungai Lusi Harus Segera Dikeruk
Sering jadi Sumber Petaka, Sungai Lusi Harus Segera Dikeruk

Sungai Lusi yang mengalir melintasi beberapa daerah di Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Grobogan, dinilai sering menjadi penyebab musibah. Sungai itu saat musim hujan selalu meluap, hingga menyebabkan banjir dan menggenangi perkampungan.

Tak ayal, banyak warga yang harus mengungusi dan kehilangan berbagai macam harta benda. Bahkan tak jarang, musibah banjir juga memicu korban jiwa.

Kondisi ini terjadi lantaran Sungai Lusi di kawasan tersebut sudah dangkal, sehingga ketika curah hujan tinggi, sungai mudah meluap. Warga pun medesak pemerintah untuk segera melakukan normalisasi dengan mengeruk endapan lumpur di sungai tersebut.

Salah satunya, Fahmi, warga Kelurahan Purwodadi. Ia mendesak pemkab setempat agar segera melakukan upaya pengerukan, agar warga tak terus-terusan menjadi korban banjir.

?Pendangkalan di Sungai Lusi ini cukup parah. Ini terlihat saat kemarau kemarin, yang sedimentasinya sangat tinggi. Untuk itu, upaya normalisasi sudah mendesak dilakukan guna mencegah terjadinya banjir,? katanya, Jumat (12/2/2016).

Hal serupa juga dikatakan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Grobogan Agus Sulaksono. Dia menilai cepat naiknya elevasi sungai Lusi dalam beberapa hari terakhir tak hanya disebabkan banyaknya curah hujan semata.

Tetapi, faktor berkurangnya daya tampung sungai, juga jadi salah satu penyebabnya. Hal ini bisa disebabkan adanya pendangkalan sungai di beberapa titik.

?Upaya normalisasi sungai ini memang bisa meminimalkan terjadinya bencana banjir. Sebab, kalau dinormalisasi, maka daya tampung sungai bisa makin banyak,? ujarnya.

Meski demikian, Pemkab Grobogan mengaku tak bisa berbuat banyak. Karena menurut Kepala Dinas Pengairan Grobogan Subiyono, normalisasi Sungai Lusi merupakan kewenanganan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juwana.

?Sungai besar yang melintas antarkabupaten menjadi kewenangan BBWS. Kalau hanya sungai kecil di Grobogan, bisa kami tangani langsung. Beberapa sungai ini sebagian sudah kita normalisasi,? jelasnya.

12 Februari 2016 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Banjir Ancam Sungai Lusi Purwodadi, Saatnya Normalisasi
Banjir Ancam Sungai Lusi Purwodadi, Saatnya Normalisasi

Guna meminimalkan musibah banjir, Pemkab Grobogan diminta melakukan upaya yang lebih serius. Salah satunya adalah melakukan normalisasi sungai yang melintas di wilayah tersebut. Khususnya, Sungai Lusi yang menjadi ancaman banjir buat warga Kota Purwodadi. ?Ketika musim kemarau lalu, saya melihat kondisi sungai Lusi ini terlihat ada pendangkalan cukup parah. Untuk itu, upaya normalisasi sudah mendesak dilakukan guna mencegah terjadinya banjir,? kata Fahmi, warga Kelurahan Purwodadi yang tinggal tidak jauh dari tanggul sungai tersebut. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Grobogan Agus Sulaksono ketika dimintai tanggapannya menyatakan sependapat dengan masukan warga tersebut. Dia menilai cepat naiknya elevasi sungai Lusi dalam beberapa hari terakhir bisa jadi bukan disebabkan banyaknya curah hujan semata. Tetapi, faktor berkurangnya daya tampung sungai dirasa juga jadi salah satu penyebabnya. Hal ini bisa disebabkan adanya pendangkalan sungai di beberapa titik. ?Upaya normalisasi sungai ini memang bisa meminimalkan terjadinya bencana banjir. Sebab, kalau dinormalisasi maka daya tampung sungai bisa makin banyak,? katanya. Sementara itu, Kepala Dinas Pengairan Grobogan Subiyono ketika diminta tanggapannya menyatakan, meski setuju dengan pendapat warga namun upaya normalisasi sungai Lusi bukan menjadi kewenangannya. Tetapi menjadi kewenangan dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana. ?Sungai besar yang melintas antar kabupaten menjadi kewenangan BBWS. Kalau sungai kecil yang melintas di Grobogan saja bisa kita tangani langsung. Beberapa sungai ini sebagian sudah kita normalisasi,? jelasnya.

12 Februari 2016 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Sungai Wulan Siaga Satu
Sungai Wulan Siaga Satu

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Demak menetapkan status siaga satu pada Sungai Wulan di tiga kecamatan yakni Karanganyar, Mijen dan Wedung. Warga yang berdomisili di tiga kecamatan itu diminta waspada terhadap kemungkinan terjadinya banjir. Kepala Pelaksana BPBD Demak, Anjar Gunadi menyampaikan, status siaga satu ini ditetapkan setelah melihat tinggi muka air Sungai Wulan terutama di Mijen yang sudah mengkhawatirkan. Hingga petang kemarin, tinggi muka air di sungai tersebut naik hingga 535 cm. ?Wilayah di sepanjang Sungai Wulan siaga satu. Kami terus memantau perkembangannya terutama debit air di Bendungan Wilalung, Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus,? ujarnya, Kamis (11/2). Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Demak, Mahfud menambahkan, hujan deras selama dua hari terakhir membuat Sungai Lusi melimpas ke areal persawahan warga di Desa Sidomulyo Kecamatan Dempet. Sedikitnya 160 hektare sawah tergenang air dengan ketinggian hingga 80 sentimeter. Sebagian besar sawah memang sudah dipanen. Namun masih ada 15% atau sekitar 25 hektare yang gagal dipanen. Kerugian diperkirakan sekitar Rp 800 juta, sebab hasil panen satu bahu rata-rata bisa mencapai Rp 20 juta. Meski begitu, kondisi pemukiman desa tersebut masih aman dari banjir. Tinjau Lokasi Sementara itu, rombongan Muspika Mijen terdiri atas Camat Agung Widodo, Danramil Kapten Arm Sukartiyo, Kapolsek AKPI Nyoman Yasa dan Sekcam Afiv Taufik meninjau Sungai Wulan di Desa Pasir yang tengah berlangsung proyek penguatan tanggul. Proyek kedaruratan itu dilakukan oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana melalui rekanan, CV Sekawan Megah Perkasa dari Semarang. Menurut Agung, sudah dua hari terakhir, ketinggian debit air di Bendung Wilalung mencapai 800 meter kubik. Air dari bendung itu dibutuhkan waktu 14 jam mengalir sampai ke Sungai Wulan wilayah Demak. Dengan debit sebesar itu cukup mengkhawatirkan mengingat Demak merupakan muara akhir pembuangan air dari berbagai sungai. ?Hingga sore ini (kemarin), tinggi muka air Sungai Wulan di Mijen sudah mencapai 535 sentimeter,? imbuhnya. Dari hasil pantauan, tanggul Sungai Wulan di perbatasan antara Desa Pasir dan Desa Ngelo Kulon mengalami ambles sepanjang sekitar 150 meter. Padahal penguatan tanggul tersebut baru beberapa bulan dikerjakan secara permanen oleh BBWS. Beberapa titik pada tanggul itu juga ada yang jebol namun sudah mendapatkan penanganan. Bagyo, pelaksana dari CV Sekawan Megah Perkasa mengatakan, pihaknya ditunjuk BBWS untuk mengerjakan pemasangan tiang pancang dari bambu sebanyak tiga lapis. Upaya kedaruratan ini mengantisipasi agar air dari Sungai Wulan tidak melimpas ke badan jalan maupun pemukiman warga. Tiang pancang dari bambu akan dipasang tiga lapis sepanjang 100 meter dengan diberi sasak anyaman bambu dan karung berisi tanah. ?Kami sudah menyediakan 7.000 karung di mana 2.000 di antaranya sudah didrop di lokasi,? tukasnya.

12 Februari 2016 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Pintu Air di Bendung Wilalung Kudus Banjir Sampah
Pintu Air di Bendung Wilalung Kudus Banjir Sampah

Pintu air nomor 10 dan 11 di Bendung Wilalung, yang berada di Desa Kalirejo, Kecamatan Undaan, Kudus, tampak dipenuhi sampah, Rabu (10/2).

Sampah-sampah yang terbawa arus air tersebut, mayoritas berupa pohon pisang dan batang tanaman jagung, serta plastik dan bekas kemasan air mineral.

Menurut warga setempat, Agung, sampah-sampah tersebut mulai menumpuk di pintu Bendung Wilalung, yang aliran airnya mengarah ke Sungai Wulan itu, pada Selasa (9/2) kemarin. "Dan hari ini semakin bertambah, mungkin kiriman dari banjir di daerah Grobogan," ucapnya.

Saking tebalnya sampah yang ada, bahkan kuat menopang tubuh Agung. Dia bisa berdiri di atas tumpukan sampah, tak bergeming, maupun goyang.

"Ini tebal, kuat, saya seperti tidak berdiri di atas tumpukan sampah di atas sungai," kata warga Kalirejo itu.

Selain sampah yang menumpuk, air di Bendung Wilalung juga tampak penuh. Debit air terpantau di angka 795 meter kubik per detik.

10 Februari 2016 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Pompa Banger Diuji cobakan
Pompa Banger Diuji cobakan

Setelah dikerjakan selama empat bulan, kelima pompa polder Banger diujicobakan untuk menyedot air yang ada dikolam retensi dari saluran Banger, Senin(31/11). Kelima pompa tersebut masing-masing mempunyai kapasitas sedot 2.000 liter air detiknya. Sehingga total mampu menyedot air 10 ribu liter/detiknya. Dari pengamatan dilapangan, lima mesin pompa bersama-sama dihidupkan, hasilnya kurang dari satu menit, kolam retensi surut.

Kontraktor penanggung jawab, Satya mengakui pompa Banger sangat fleksibel pemakainnya. Karena mempunyai sifat pompa hidrolis. Artinya pemompaan air bisa disesuaikan dengan debit air yang ada dipenampungan atau kolam retensi. Pompa bisa diatur dari 750 sampai 2.000 liter per detiknya.?Total ada lima pompa baru, dua pompa bertenaga listrik dan tiga memakai tenaga mesin (engine) solar,? jelasnya.

Ujicoba kelima pompa tersebut dimaksudkan agar semua perfomance pompa mampu untuk melakukan penyedotan serta menyempurnakan bila ada yang kurang sesuai. Satya menambahkan pihaknya siap menyerahkan proyek pompa Banger kepada Pemkot dalam hal ini Dinas PSDA Kota Semarang.

Untuk memaksimalkan kinerja pompa tersebut Satya mengharapkan adanya pengerukan yang dilakukan oleh Dinas PSDA di sekitar jembatan besi Cilosari Dalam sampai kolam retensi. Hal ini agar air dari Kali Banger dapat memenuhi kolam retensi selanjutnya dipompa dan dibuang ke aliran Banjirkanal Timur.

30 Desember 2015 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Penandatanganan Mou Antara Kejati Jateng Dengan Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juana
Penandatanganan Mou Antara Kejati Jateng Dengan Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juana

Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah bekerja sama di Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara dengan Balai Besar Wilayah Sungai Pemali-Juana, Acara MoU tersebut bertempat di ruang O.R Kajati Jateng dan ditandatangani oleh Kajati Jawa Tengah Bp. HARTADI., SH.MM dan, Ir. Ni Made Sumiarsih,M.Eng. selaku Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Pemali-Juana. MoU ini juga dihadiri oleh Wakil Kepala Kejati Jawa Tengah, Asisten dan Koordinator pada Kejati Jawa Tengah, dan para Kasi serta para Jaksa Pengacara Negara pada Asisten Bidang Datun pada Kejati Jawa Tengah (2/12).

Dalam sambutannya Kajati Jateng menjelaskan bahwa Balai Besar Wilayah Sungai Pemali-Juana merupakan unit pelaksana teknis di lingkungan Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang mempunyai tugas dan wewenang dalam pengelolaan sumber daya air wilayah sungai Pemali-Juana, yang dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya, sangat mungkin menghadapi permasalahan hukum perdata dan tata usaha negara, menghadapi hal tersebut sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 16 tahun 2004 tentang Kejaksaan RI. Pasal 30 (2) Kejaksaan sebagai pengacara negara dapat mewakili Pemerintah/Lembaga Negara, BUMN maupun BUMD baik di dalam maupun di luar pengadilan berdasarkan surat kuasa khusus.

02 Desember 2015 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Rp 151 M untuk Kampung Bahari
Rp 151 M untuk Kampung Bahari

Rencana program pembangunan Kampung Bahari Tambaklorok, di Kelurahan Tanjungmas Semarang dimulai. Pemerintah pusat, melalui Kementerian Pekerjaan Umum mengucurkan anggaran sekitar Rp 151 miliar di tahap awal ini, yang akan difungsikan untuk membangun drainase sepanjang 700 meter, perkuatan tebing sungai dengan pancang sepanjang 1.700 meter, dan pemasangan parafet beton sepanjang 1.700 meter. Kurangi Dampak Rob Kabid Pelaksana Jaringan Sumber Air (PJSA) pada Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Wilayah Pemali Juwana, Bambang Astoto mengatakan, pihaknya juga telah melakukan sosialisasi dalam rencana pembangunan ini. ?Setelah ditandatangani kontrak kerja pada 23 Oktober 2015, kami melakukan sosialisasi. Sosialisasi dilakukan karena akan ada kegiatan pembangunan selama 716 hari kerja, yang akan berakhir 7 Oktober 2016,? katanya saat sosialisasi di Kelurahan Tanjungmas, Jumat (7/11). Pembangunan drainase dan sabuk pantai ini, disiapkan untuk mengurangi dampak sedimen, banjir dan rob di wilayah Tambaklorok.

Nantinya keberadaan sabuk pantai itu sendiri diharapkan bisa melindungi sekitar 2.000 keluarga dari ancaman rob. ?Selain itu, di tahap awal ini juga ada kegiatan normalisasi alur pelayaran, pembenahan kawasan kumuh akibat rob, dan jangka panjangnya menyiapan Tambaklorok sebagai daerah wisata laut,? katanya. Dalam kesempatan tersebut, Kabid Perencanaan Bappeda Kota Semarang, M Farchan mengatakan, pembangunan Kampung Bahari di Tambaklorok merupakan langkah awal sebelum menuju penanganan normalisasi Banjirkanal Timur. Sebab, jika pelaksanaan Kampung Bahari tersebut dapat berhasil, maka akan menjadi contoh dalam pelaksanaan pembangunan Banjirkanal Timur. Ditambahkan, warga juga menyambut baik pelaksanaan program pengembangan drainase Tambaklorok tersebut. Drainase ini diharapkan bisa mengurangi dampak sedimen banjir dan rob di wilayah Tambaklorok. Sementara Bambang Dahlan, Ketua LPMK Tanjungmas mengatakan, pada prinsipnya warga mendukung program ini. ?Diharapkan Tambaklorok sebagai potensi maritim Kota Semarang bisa diangkat dan mengangkat harkat hidup warga sekitar,? tegasnya. Camat Semarang Utara, Djaka Sukawijana mengatakan, beberapa hal yang perlu dibenahi dalam rencana menjadikan Kampung Bahari Tambaklorok di antaranya sisi fisik, sosial budaya dan perekonomian. ?Kepentingan mayoritas warga yang merupakan nelayan juga harus jadi prioritas penanganan dalam rencana program Kampung Bahari Tambaklorok,? tegasnya.

Sebagai informasi, Kawasan Tambaklorok, Kelurahan Tanjungmas, Kecamatan Semarang Utara akan dikonsep menjadi kampung bahari. Perencanaan pengelolaan kawasan Tambaklorok dilaksanakan setelah Pemerintah Kota Semarang memperoleh kepastian hak pengelolaan kawasan tersebut. Sebelumnya, kawasan itu memang ada persoalan status ganda, antara HPLPTPelabuhan Indonesia III Persero dan sertifikat Hak Milik atas nama warga Tambaklorok. Dan, persoalan itu selama ini menjadi masalah dalam pengelolaan kawasan. Mulai 14 Januari 2015, PT Pelindo telah menyetujui pelepasan Hak Pengelolaan Lahan (HPL) dengan nomor surat PJ.06/19/TMS-2015. Nantinya kawasan tersebut akan resmi menjadi milik warga, dan pengembangan serta pengelolaannya bisa dilakukan oleh pemerintah. Pendekatan konsep peremajaan kawasan yang dikonsep oleh Pemerintah Kota Semarang, juga sejalan dengan program nasional Penataan Kawasan Perumahan dan Permukiman Kumuh di pemerintah pusat. Selain itu program ini diharapkan juga bisa mendukung program Pengembangan Maritim di pemerintah pusat, sehingga nantinya kawasan Tambaklorok menjadi kawasan bahari.

Sumber : SuaraMerdeka.Com

09 November 2015 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Pembangunan Kampung Bahari Langkah Awal Normalisasi BKT
Pembangunan Kampung Bahari Langkah Awal Normalisasi BKT

Pembangunan Kampung Bahari di Tambaklorok merupakan langkah awal sebelum menuju penanganan normalisasi Banjir Kanal Timur. Sebab, jika pelaksanaan Kampung Bahari tersebut dapat berhasil maka akan menular dan menjadi contoh dalam pelaksanaan pembangunan Banjir Kanal Timur. Hal tersebut disampaikan Kabid Perencanaan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Semarang M Farchan, di acara Forum Konsultasi Publik dalam Rangka Pengembangan Drainase Tambaklorok Kota Semarang bertempat di Kelurahan Tanjungmas, Minggu (8/11).

M Farchan juga menambahkan, warga juga menyambut baik pelaksanaan program pengembangan Drainase Tambaklorok tersebut. Drainase ini bisa mengurangi dampak sedimen banjir dan rob di wilayah Tambaklorok. Dan melindungi sebanyak 2000 kepala keluarga (kk), yang mendiami wilayah yang akan dikembangkan menjadi daerah wisata laut. ?Adapun anggarannya dari Kementerian PU Pusat sebesar Rp 151 miliar, yaitu untuk konstruksi dan supervisi sebesar Rp 6 miliar,? ungkapnya.

Sementara itu, pelaksana proyek, Bambang Astoto menjelaskan, penadatanganan kontrak dilakukan pada 23 Oktober 2015 lalu, dengan lama pekerjaan selama 716 hari kerja, yaitu sampai 7 Oktober 2017. Yakni melakukan normalisasi Banjir Kanal Timur lama, sepanjang 700 meter sampai muara. ?Adapun bentuk pengerjaan, pengerukan alur sepanjang 700 meter, dengan kedalaman 3 meter, ke bawah dari titik awal sekarang, agar perahu nelayan bisa leluasa bergerak dan tidak kandas saat akan melaut. Kemudian memperkuat tebing sungai dengan tiang pancang sepanjang 1.700 meter,? katanya.

Hadir juga dalam acara itu, perwakilan PSDA-ESDM Kota Semarang, BBWS Pemali-Juana dan Camat Semarang Utara Djaka Sukawijana, serta pemerintah setempat.

Sumber : SuaraMerdeka.Com

08 November 2015 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
DAS Jatijajar Berwarna Hitam dan Berbau
DAS Jatijajar Berwarna Hitam dan Berbau

Daerah Aliran Sungai (DAS) Jatijajar yang mengalir di tengah pemukiman Desa Jatijajar, Bergas saat ini kondisinya berwarna hitam pekat. Warga setempat menduga, perubahan warna air tersebut disebabkan oleh limbah dari sejumlah perusahaan. Kondisi air yang berwarna dan berbau tersebut dikeluhkan warga, mengingat mereka tidak bisa digunakan untuk mencuci termasuk mengganggu sektor pertanian. Samsul Anwar (36) salah satu warga Desa Jatijajar mengatakan, dugaan pencemaran tersebut oleh masyarakat sudah dilaporkan ke Organisasi Pelestari Sungai Indonesia (Opsi). ?Kami berharap aliran sungai bisa kembali normal, tidak berwarna dan berbau,? katanya, Minggu (1/11). Nurkholis (45) warga RT 2 RW V Desa Jatijajar menambahkan, dari pengamatannya kondisi sungai yang tidak sehat itu sudah berlangsung setahun terakhir. Selain berwarna dan berbau, terkadang menurut dia, air yang mengalir juga berbuih. ?Jika tidak kuat, kulit yang terkena air sungai bisa gatal bahkan iritasi,? ucapnya.

02 November 2015 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Empat Pabrik Diduga Cemari Sungai Jatijajar, Irigasi Pertanian Terganggu
Empat Pabrik Diduga Cemari Sungai Jatijajar, Irigasi Pertanian Terganggu

Empat perusahaan di Ungaran diduga mencemari sebuah sungai di Desa Jatijajar, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang. Satu di antara perusahaan yang diduga mencemari sungai Jatijajar adalah perusahaan yang memproduksi minuman berkarbonasi dengan merek terkenal. Akibat pencemaran, sungai yang dulu bisa dimanfaatkan untuk mencuci dan mengairi lahan pertanian, saat ini tidak bisa digunakan. Sebab, kini air sungai berubah berwarna hitam keruh dan bau. "Sudah setahun sungainya begini. Airnya hitam dan bau, terkadang putih berbuih. Kulit bisa gatal jika terkena air sungai," kata Nurkholis (45), salah seorang warga Desa Jatijajar, Minggu (1/11/2015). Padahal sebelum tercemar limbah, sungai Jatijajar sering dimanfaatkan warga untuk mencuci karpet saat menjelang Ramadhan dan mencuci jeroan hewan kurban. Air sungai juga dimanfaatkan untuk mengaliri lahan pertanian warga. "Namun sejak tercemar limbah pabrik, air sungai sudah tak bisa dimanfaatkan lagi. Petani kulitnya gatal jika terkena air sungai, bahkan belum lama ini banyak ikan di sungai mati," ucap warga Jatijajar lainnya, Samsul Anwar (36). Dugaan pencemaran limbah di sungai tersebut sudah dilaporkan ke Organisasi Pelestari Sungai Indonesia (OPSI) Kabupaten Semarang. Samsul berharap OPSI ikut mengawasi dan melakukan upaya agar air sungai bersih kembali. "Kami ingin kondisi sungainya bersih seperti dulu lagi," ujar Samsul. Sementara itu Humas OPSI Kabupaten Semarang, M Amin mengatakan, pihaknya sudah mengecek ke sungai Jatijajar dan membenarkan laporan warga. Dari kondisi fisik air sungai, diduga kuat air sungai tercemar limbah pabrik di sekitar aliran sungai tersebut. "Guna memastikan limbah yang mencemari sungai dari perusahaan mana perlu ada penelusuran," ujar Amin. "Sebab ada beberapa perusahaan yang pembuangan limbahnya dialirkan ke Sungai Jatijajar. Ada juga perusahaan yang membuang kotoran ternak ke sungai," kata dia. Dugaan pencemaran limbah pabrik di Sungai Jatijajar tersebut juga sudah dilaporkan ke Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Semarang. Pihak BLH sudah menggelar mediasi dengan mendatangkan sejumlah perusahaan yang diduga membuang limbahnya ke aliran Sungai Jatijajar. "Saat audiensi dan pantauan lapangan bersama, hanya satu pabrik yang tidak mau datang," ujar Amin. Anggota OPSI lainnya, Suwardi, memdesak Pemkab Semarang bersikap tegas dalam menyelesaikan masalah pencemaran limbah. Selama ini, menururt Suwardi, masalah pencemaran limbah penyelesaiannya tidak pernah tuntas. "Kita minta pemkab serius menangani pencemaran limbah di Sungai Jatijajar. Sehingga ke depan tidak ada lagi pabrik yang berani mencemari sungai," tuturnya.

01 November 2015 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Normalisasi Sungai Beringin Terancam Molor
Normalisasi Sungai Beringin Terancam Molor

SEMARANG ? Normalisasi Sungai Beringin yang saat ini dalam tahap pembebasan lahan terancam molor. Ketua LSM Biota Foundation Abdul Aziz mengatakan, normalisasi yang saat ini dalam pembebasan lahan terancam molor karena adanya permasalahan di Dinas PSDA dan ESDM Kota Semarang. Padahal normalisasi tinggal menyisakan tujuh pemilik lahan.

Dia menegaskan, harus ada pengerukan dari hulu hingga hilir pada Sungai Plumbon dan Beringin. Aziz menerangkan, saat ini kondisi kedua sungai tersebut terus menyempit. ??Harapannya 2015 pembebasan lahan selesai dan 2016 dimulai pengerjaan fisik.

Namun karena ada masalah di Dinas PSDA dan ESDM Kota Semarang proyek itu pasti bakal molor. Padahal sampai saat ini tinggal menyisakan tujuh orang yang belum bebas lahannya,??ujarnya.

Menghadapi musim hujan ini beberapa masyarakat meninggikan tanggul, namun hal itu belum cukup untuk mengantisipasi banjir. Dia mengatakan, untuk pembebasan lahan pada proyek normalisasi juga terancam molor.

Sungai Beringin termasuk dalam wilayah drainase Semarang Barat dengan subsistem drainase wilayah Tugu. Sistem drainase Kali Beringin memiliki luas DAS 32,5 km2 dengan panjang sungai utama 15,5 km. Kali Beringin berawal di Kecamatan Mijen dan bermuara di Laut Jawa di bagian utara Kecamatan Tugu.

Gufron (30) warga Mangkang Wetan mengatakan, Setiap kali musim penghujan, dia bersama keluarganya yang tinggal tidak jauh dari sungai itu terpaksa harus selalu membuat gundukan tanah yang dicampur pasir di depan pintu rumahnya agar luapan sungai tidak masuk ke rumah.

??Normalisasi yang dijanjikan juga sampai saat ini belum dilakukan. Padahal, beberapa saat lagi memasuki musim penghujan. Tentu, kami tidak ingin kejadian awal 2014 lalu, banjir yang membawa korban terulang lagi,?? paparnya.

Harus Mengungsi

Akan tetapi, upaya itu ternyata hanya beberapa saat. Luapan air sungai berulangkali membuat dia dan seluruh anggota keluarganya harus mengungsi ke rumah tetangga yang telah ditinggikan. ??Karena sering tergenang banjir, sampai saat ini kami sudah pindah rumah kontrakan sampai tiga kali,?? ujarnya.

Rowi, warga RT2 RW7 Kelurahan Mangkang Wetan, Kecamatan Tugu menerangkan, sampah di Sungai Beringin memprihatinkan. Menurutnya, sungai tersebut kurang mendapatkan perhatian meski saat ini pembebasan lahan untuk normalisasi terus berlangsung.

Lurah Mangkang Kulon Abdul Malik mengutarakan, sepanjang aliran Sungai Plumbon terjadi pendangkalan lantaran tidak ada normalisasi. Warga juga kurang memiliki kesadaran untuk menjaga kebersihan. ??Harapan kami, Sungai Plumbon segera dinormalisasi karena setiap musim hujan warga selalu was-was,?? tandasnya.

31 Oktober 2015 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Kunjungan Kerja Menteri PUPR Ke Sungai Jragung
Kunjungan Kerja Menteri PUPR Ke Sungai Jragung

 

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono yang di dampingi Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juana Made Sumiarsih dan Kepala Dinas SDA Jawa Tengah Prasetyo Budiono melakukan kunjungan lapangan meninjau Sungai Jragung di Desa Rejosari, Kabupaten Demak Sabtu, 26 September 2015.

Kesempatan tersebut dilakukan setelah Menteri PUPR menyaksikan Penandatanganan kerjasama? MoU (Memorandum of Understanding) antara pihak UNTAG Semarang dengan 23 Perusahaan jasa kontruksi untuk bidang Jasa kontruksi yang ditandatangani dari pihak Universitas oleh Rektor UNTAG Semarang sedangkan dari pihak jasa kontnruksi oleh perwakilan ke-23 perusahaan Kontruksi.

Sungai Jragung saat ini sedang dinormalisasi untuk ruas Tajemsari hingga Guntur karena mengalami sedimentasi. Hal ini menyebabkan berkurangnya kapasitas Sungai Jragung menjadi sangat berkurang sehingga menyebabkan banjir yang terjadi hampir setiap tahun.? Pekerjaan Normalisasi sungai tersebut dirancang untuk debit banjir 10 tahunan dengan besar 200 m3/ detik. Wilayah DAS Jragung sendiri memiliki luas 1.180 km2 dengan sungai utama dan memiliki anak sungai yaitu Kali Cabean, Kali Jragung lama, KB.1 dan KB 15. Sedangkan untuk panjang sungai Jragung yakni 21.44 km dan kapasitas sungai 100 m3/detik. Di bagian hulunya terdapat dam pengendali banjir yang dinamai Dam Ploso sebagai pengatur air banjir antara Kali Cabean dan Kali Jragung Lama.

Namun kondisi saat ini Dam Ploso tidak berfungsi dengan baik menyebabkan air banjir tidak dapat masuk ke Kali Jragung Lama. Selain normalisasi saat ini sedang dilakukan kajian menyeluruh sistim Sungai Jragung untuk mengatasi masalah banjir dan sedimentasi. Upaya mengatasi kekeringan juga sedang dilakukan yaitu dengan perencanaan Bendungan Jragung di Kedungjati Kecamatan Pringapus dimana telah sampai pada penyusunan detail desain.

Dengan upaya-upaya tersebut diharapkan masalah banjir, kekeringan dan sedimentasi di Sungai Jragung dapat segera diatasi. (ddg)

30 September 2015 Selengkapnya