Please ensure Javascript is enabled for purposes of website accessibility

© 2025 Balai Besar Wilayah Sungai Pemali - Juana.

Berita Terkini & Pengumuman

Berita Terkini & Pengumuman
Logung Skenario Kurangi Potensi Banjir
Logung Skenario Kurangi Potensi Banjir

Pembangunan waduk Logung sebagai upaya mengurangi potensi banjir di sejumlah wilayah Kota Kretek diupayakan dapat dimulai tahun ini. Sarana pengairan yang sudah dirintis sejak tahun 1970-an itu dianggap sebagai skenario terbaik untuk mereduksi genangan banjir saat penghujan sekaligus memasok air baku dan irigasi ketika kemarau. Kepala Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Serang Lusi Juwana (BPSDA Seluna), Novianto, mengemukakan hal tersebut, Jumat (27/6). Ditambahkannya, persiapan pembangunan waduk Logung di perbatasan Desa Tanjungrejo, Kecamatan Jekulo dan Desa Kandangmas, Kecamatan Dawe, saat ini masih terus dilakukan. "Salah satunya, persiapan tender Logung," ungkapnya. Bila sesuai dengan rencana awal, tender akan dilakukan pada bulan Juli mendatang. Selanjutnya, rangkaian proses akan dilakukan hingga waduk Logung dapat benar-benar terwujud dan dimanfaatkan. Terlepas dari pro dan kontra yang muncul selama ini, dia menilai pembangunan waduk Logung di perbatasan Desa Kandangmas, Kecamatan Dawe dan Desa Tanjungrejo, Kecamatan Jekulo diharapkan dapat dipandang sebagai salah satu skenario besar mengurangi potensi banjir akibat kiriman debit dari lereng Gunung Muria. Tidak hanya itu, sarana pengairan tersebut juga memberi manfaat lainnya berupa pengembangan usaha pertanian, perikanan, pariwisata dan juga menyuplai sumber air baku untuk publik. "Manfaat Logung untuk mereduksi potensi banjir sangat penting," jelasnya. Sebelumnya, Kadinas Pertanian Perikanan dan Kehutanan, Budi Santoso menyatakan beberapa area pertanian di Kecamatan Mejobo, Jekulo serta Undaan sejak beberapa tahun terakhir selalu menjadi langganan banjir ketika musim penghujan. Kondisi seperti itu tidak hanya mengganggu proses tanam tetapi juga sangat berpeluang untuk menggagalkannya. Sebaliknya, saat kemarau kawasan pertanian di lokasi tersebut seringkali kesulitan mendapatkan air. Lahan tidur di sebagian tempat juga akan dapat dihidupkan lagi. "Kami berharap agar Logung dapat mengatasi persoalan tersebut," ungkapnya.   Sumber : SuaraMerdeka.Com

27 Juni 2014 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Penataan DAS Diatur dalam Perda
Penataan DAS Diatur dalam Perda

Sebanyak 28 daerah aliran sungai (DAS) dari 192 DAS di Jawa Tengah telah beralih fungsi dari kondisi semula. Pemerintah provinsi (Pemprov) Jateng akan menata kembali sekitar DAS guna mencegah kerusakan di wilayah hulu. "Butuh penanganan serius. Karena itu area sungai perlu diatur dalam peraturan daerah (Perda), sebab tingkat gradasi di hulu sudah buruk," kata Pelaksana Tugas Sekda Jateng Sri Puryono. Penataan DAS menjadi langkah awal untuk melestarikan ekosistem. Sebelum terlanjur parah, Perda yang mengatur kewajiban pemerintah, masyarakat, dan pihak ketiga harus disusun. "Kami berharap pengaturan DAS bukan hanyakerja sama antar kabupaten tapi juga antar provinsi. Seperti DAS Bengawan Solo yang hilirnya sampai di Gresik, Jawa Timur. Mestinya Gresik memberikan kontribusi untuk Kabupaten Wonogiri sebagai daerah hulu," ujarnya. Dikatakan, DAS yang kritis diantaranya ada di Banyumas, hulu Bengawan Solo yang dampaknya sampai di Waduk Gajahmungkur, Dieng yang ujungnya di Waduk Sudirman Banjarnegara, dan daerah Muria. DAS kritis tersebut perlu direhabilitasi. "Rehabilitasi dapat dilakukan dengan upaya vegetatif yakni menanam pohon, dan perlu membuat bangunan bendungan seperti dam pengendali atau penahan tebing," tuturnya. Kalau bisa ditertibkan ada penataan das ada ekosistem, baku mutu, masyarakat yang ada disitu, sehingga semua bisa mendukung untuk mendayagunakan yang lebih baik kalau kemudian bicara banjir dan kekeringan sebagai alat kontrol das DAS dapat menjadi kontrol untuk mengatasi kekeringan dan banjir yang terjadi di daerah hilir. Tanpa penanganan serius akan terjadi kerusakan pada daerah hulu seperti cepatnya sedimentasi dan perubahan fungsi karena ditumpangi kegiatan ekonomi pertanian. Akibatnya saat hujan terjadi banjir, dan ketika kemarau terjadi kekeringan. Sumber : SuaraMerdeka.Com

20 Juni 2014 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Pemantauan Elevasi Jatibarang Selesai Agustus
Pemantauan Elevasi Jatibarang Selesai Agustus

Pemantauan debit dan elevasi air di Waduk Jatibarang yang sampai saat ini terus dilakukan oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali - Juwana, diperkirakan akan selesai pada bulan Agustus 2014. Pemantauan ini menurut Dodhy Indrawirawan, Konsultan Supervisi Pembangunan Waduk Jatibarang, Jumat (13/6) untuk melihat karakter Waduk Jatibarang di kemudian hari, sehingga pihaknya akan melakukan evaluasi. Maka untuk saat ini BBWS Pemali - Juwana selaku pengangungjawab Waduk Jatibarang, Gunungpati, belum merekomendasi semua kegiatan perairan di waduk, terutama untuk kegiatan wisata air. Dia menyesalkan tindakan buru-buru warga yang ingin segera beraktvitas di waduk, seperti untuk kegiatan wisita air, karena semua wilayah waduk saat ini belum sepenuhnya terisi oleh air. Waduk Jatibarang berkapasitas 20,4 juta meter dibangun untuk menjadi sumber air baku bagi kota Semarang dan penanganan banjir. Diharapkan, waduk ini juga bisa mengalirkan air baku dengan kapasitas 1.050 meter kubik per detik. Sumber : SuaraMerdeka.Com

13 Juni 2014 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Ancaman Banjir dan Rob Makin Besar
Ancaman Banjir dan Rob Makin Besar

SEMARANG-Terus meningginya elevasi Kali Banger dan Kali Tenggang sejak dua pekan ini dikhawatirkan warga akan membuat kawasan pemukiman terendam banjir. Pasalnya talut di tepi jalan Kampung Cilosari, Penjaringan maupun Sedompyong hanya setinggi 30 sentimeter saja. Dari pantauan Suara Merdeka, Rabu (11/6) pagi, aliran air di Kali Banger nampak tenang. Jembatan yang menghubungkan Kampung Cilosari dan Penjaringan pun nyaris terendam dan dipenuhi dengan sampah. Warga yang hendak melintasi jembatan itu pun harus ekstra hati-hati agar tidak terpeleset. ?Sudah dua pekan ini permukaan airnya tinggi. Posisi tertinggi bisa melebihi talut. Ketika posisi itu, air langsung masuk ke jalan dan pemukiman warga. Kita berharap, Pemerintah Kota Semarang meninggikan talut itu,? ujar warga Kampung Penjaringan, Parnyo (46). Selain peninggian bapak dua anak itu juga berharap proyek polder Kali Banger segera diselesaikan dan tidak ditunda-tunda lagi dengan alasan yang dibuatbuat. Selain Kali Banger, warga di Kampung Tenggang pun berharap, normalisasi sungai yang berhenti 10 tahun lebih segera diselesaikan. Apalagi, rob yang menjadi masalah tak hanya bagi warga di sebagian wilayah Kecamatan Semarang Timur, Gayamsari dan Semarang Utara tetapi juga yang melintas di Jalan Kaligawe. Kondisi tersebut harus segera ditangani dengan tepat dengan memfungsikan sistem drainase Kali Banger dan Kali Tenggang. Sebagaimana diketahui, sejumlah lokasi seperti Kaligawe, Gayamsari dan Kemijen (Kecamatan Semarang Timur), beberapa minggu terakhir dilanda rob dengan ketinggian mencapai 20 centimeter. Rob juga menggenangi Jalan Raya Kaligawe, yang berdampak terganggunya arus lalu lintas di jalur padat kendaraan tersebut. Selain karena posisi wilayah yang rendah, Kali Banger yang diharapkan menjadi penampung air luapan dari laut, tidak dapat berfungsi maksimal. Normalisasi ?Pemerintah harus segera mengatasi permasalahan rob. Masak tidak malu kalau Kota Semarang dinilai oleh warga luar sebagai Kota Rob dan Banjir,? imbuh Nur Amin (50) warga Kelurahan Kemijen, kemarin. Hal senada juga disampaikan Ruwandi (40) warga yang seharihari bekerja di sebuah bengkel yang ada di Kampung Tenggang. Ketika Kali Tenggang meluap, ia pun tidak dapat membuka usahanya karena air masuk hingga ruang untuk menyimpan peralatan bengkel. ?Normalisasi saya dengar sudah ada sejak belum membuka bengkel disini. Tetapi, realisasinya sampai hari ini hanya meninggikan jembatan saja. Di wilayah cekungan Jalan Raya Kaligawe yang terendam akhirnya,? ujarnya. Terpisah, Kepala Satker Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman (PPLP) Jawa Tengah Suharsono Adi Broto mengungkapkan ada tiga pekerjaan pembangunan Polder Banger yang dilakukan. Yakni menutup Kali Banger, membangun rumah pompa, dan kolam retensi. Untuk pembangunan kolam retensi sendiri, pihaknya mengaku masih menghadapi sejumlah kendala. ?Kami masih terkendala adanya penghuni liar dan bangunan liar di lahan yang disewa dari PT Kereta Api Indonesia, adanya pipa milik PT Pertamina yang melintas di kawasan yang hendak dibangun kolam retensi, serta rencana PT KAI yang akan merevitalisasi kawasan pergudangan di sekitar lokasi kolam retensi,? katanya. Sumber : SuaraMerdeka.Com

12 Juni 2014 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Cegah Banjir, Tepi Sungai Meduri Dipasang Bronjong dan Parapet
Cegah Banjir, Tepi Sungai Meduri Dipasang Bronjong dan Parapet

Untuk mencegah banjir, sepanjang aliran Sungai Meduri di Kelurahan Pasirsari, Kecamatan Pekalongan Barat akan dipasang bronjong. Selain dipasang bronjong, juga akan dibangun parapet (dinding sungai) untuk mengantisipasi agar aliran sungai tidak meluap ke permukiman warga. Kepala Bidang (Kabid) Pengairan Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Pekalongan Slamet Miftahuddin menjelaskan, nantinya akan dipasang bronjong sepanjang 32 meter di pinggir aliran Sungai Meduri yang melewati permukiman warga di Kelurahan Pasirsari. Sementara itu, untuk mengantisipasi laju air sungai agar tidak meluap ke permukiman warga, nantinya juga akan dibangun parapet sepanjang 99 meter. "Parapet untuk meninggikan bibir sungai agar aliran sungai tidak meluap ke permukiman warga," terang dia, Minggu (8/6). Pembangunan parapet dan pemasangan bronjong di sepanjang aliran Sungai Meduri merupakan salah satu upaya penanganan pascabanjir yang terjadi awal tahun ini. Menurut Slamet Miftahuddin, anggaran pada DPU Kota Pekalongan tahun ini diprioritaskan untuk penanganan pascabanjir. Di antaranya pemasangan bronjong dan pembangunan parapet tersebut. Selain pemasangan bronjong dan pembangunan parapet, tahun ini Pemkot Pekalongan juga mendapat bantuan dana dari Balai Besar Wilayah Pemali Juana Kementerian Pekerjaan Umum sebesar Rp 6,5 miliar. Dana tersebut, kata dia, akan digunakan untuk normalisasi saluran pitingan serta pembuatan tanggul di sepanjang aliran Sungai tersebut.   Sumber : SuaraMerdeka.Com

08 Juni 2014 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Pemkab Blora Berencana Kembangkan Waduk Greneng Sebagai Objek Wisata Unggulan
Pemkab Blora Berencana Kembangkan Waduk Greneng Sebagai Objek Wisata Unggulan

Mendengar kata Greneng, sudah bisa dipastikan tertuju pada nama salah satu waduk terbesar di Kabupaten Blora. Terletak di Dukuh Greneng, Desa Tunjungan, Kecamatan Tunjungan, Blora. Waduk ini menyimpan banyak potensi yang bisa dikembangkan menjadi objek wisata menarik.

Waduk seluas kurang lebih 64 hertare ini juga tergolong waduk tua, dibangun pada masa kependudukan kolonial Belanda pada tahun 1919. Lingkungan sekitar waduk yang masih asri, dikelilingi hutan jati dan diapit perbukitan Gunung Kertajaya dan Gunung Gedek, menjadikan waduk ini menjadi lebih menarik untuk lokasi melepas penat setelah lelah beraktifitas di akhir pekan. Tahun 2013 lalu waduk ini mendapatkan perbaikan sejumlah fasilitas dari Kementerian Pekerjaan Umum melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juwana berupa perbaikan dam, penambahan pagar pengaman, perbaikan saluran irigasi, pemasangan lampu penerangan dan peningkatan akses jalan menuju waduk. Kepala Dinas Perhubungan Pariwisata Kebudayaan Komunikasi dan Informatika (DPPKKI) Kabupaten Blora, Slamet Pamudji menyatakan bahwa Waduk Greneng mempunyai potensi yang besar untuk dijadikan objek wisata unggulan apabila digarap secara serius. Bahkan warga sekitar juga mendukung pengelolaan Waduk Greneng jika akan dijadikan objek wisata unggulan Blora.

?Sebenarnya pemkab sudah ada upaya untuk mengelola Waduk Greneng menjadi obyek wisata unggulan. Hanya saja, karena keterbatasan sumber daya manusia dan dana, sehingga belum tergarap secara serius,? kata Slamet Pamudji.
 
Keadaan air waduk yang tenang, dengan udara yang segar dan pemandangan yang hijau, sudah cukup menjadikan modal pengembangan waduk ini menjadi wisata yang menarik.
?
?Untuk tempat wisata yang memiliki fasilitas mumpuni, sudah layak kiranya jika waduk itu disulap sebagai obyek wisata unggulan. Selain itu, warga sekitar juga membuat pondok-pondok yang menjajakan ikan hasil tangkapannya, dan menjadi wisata kuliner,? jelasnya.
 
Saat ini Waduk Greneng ramai digunakan sebagai spot memancing khususnya saat akhir pekan. Warga sekitar juga menyediakan perahu untuk berkeliling waduk bagi para pengunjung. Terkadang para pemancing juga menyewa perahu untuk menyeberang dan berkeliling mencari lokasi memancing yang nyaman.
Tidak hanya itu, berbagai komunitas pecinta olahraga dan hobby juga sering mengadakan acara kumpul bareng di kawasan waduk ini. Seperti komunitas motor trail serta komunitas sepeda offroad yang sering mengadakan gowes bersama ke Waduk Greneng. Beberapa sekolah terkadang juga menggelar acara kemah pramuka di kawasan waduk ini.
?
Begitu juga para komunitas fotografi yang ada di Blora. Bisa dikatakan sangat sering mereka mengadakan hunting bersama, memotret keindahan alam Blora di sekitar Waduk Greneng. Dengan begitu mereka bisa saling bertukar ilmu, disisi lain juga ikut mendokumentasikan sisi keindahan alam Bumi Samin ini.
 
Tidak sulit untuk datang mengunjungi Waduk Greneng, jalannya sekarang sudah bagus. Dari Kota Blora bisa ditempuh dengan roda empat maupun roda dua melalui jalan Blora-Purwodadi km 4, sesampainya di perempatan Dukuh Maguan Desa Tamanrejo belok ke kanan arah Tunjungan sejauh kurang lebih 7 km. Sesampainya di Pasar Tunjungan nanti belok ke kiri sekitar 1,5 km langsung menuju kawasan Waduk Greneng.
 

03 Juni 2014 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Normalisasi Juwana Reduksi Banjir 30 Persen
Normalisasi Juwana Reduksi Banjir 30 Persen

Normalisasi Juwana diharapkan dapat mereduksi potensi banjir hingga 30 persen. Hal itu dimungkinkan karena daya tampung sungai tersebut juga ditingkatkan. Kepala Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Serang Lusi Juwana (BPSDA Seluna) Novianto melalui Koordinator Banjir dan Pengamanan Pantai (Abdul Rochim), mengemukakan hal itu kepada Suara Merdeka, Senin (2/6). Ditambahkannya, saat ini proses normalisasi Juwana masih terus dilakukan. "Tahun ini panjang alur sungai yang dinormalisasi mencapai 27 kilometer," katanya. Pengerukan dimulai dari Sukolilo (Pati) hingga ke Bangunan Pengendali Banjir Wilalung Lama (BPBWL) di Desa Kalirejo, Kecamatan Undaan. Total yang sudah dinormalisasi mencapai 14 kilometer. Saat sekarang, normalisasi sudah mencapai Desa Karangrowo, Kecamatan Undaan. Selanjutnya, kegiatan akan dilanjutkan ke Glagahwaru, Kutuk hingga Kalirejo. "Sisanya akan diupayakan selesai sebelum akhir tahun ini," ujarnya. Kendala Upaya normalisasi tahun ini diakuinya banyak menemui banyak kendala. Salah satunya, banyaknya bangunan permanen yang masih berada di bantaran sungai. Tidak hanya itu, sebelum proses normalisasi dimulai harus dilakukan negosiasi dengan "pemilik" lahan terlebih dahulu. Padahal, sesuai ketentuan lahan tersebut milik pengairan. "Semua pihak diharapkan dapat menyadari ketentuan soal bantaran sungai karena memang untuk kepentingan bersama," jelasnya. Disinggung soal upaya mengurangi beban sungai Wulan, dia menyatakan sudah memungkinkan bila kegiatan tersebut sudah dapat dituntaskan. Seandainya Wulan tidak kuat lagi menampung debit, sebagian dapat diarahkan ke sungai Juwana dengan menyesuaikan kondisi lapangan. Saat ini, kapasitas tampung Wulan mencapai 1.100 meter kubik per detik. Sedangkan kapastitas tampung Juwana setelah dinormalisasi diyakini dapat mencapai 350 meter kubik per detik.   Sumber : SuaraMerdeka.Com

03 Juni 2014 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Pemkot Didesak Tebar Benih Ikan di Waduk Kreo
Pemkot Didesak Tebar Benih Ikan di Waduk Kreo

Seiring dengan semakin meningginya permukaan air di Waduk Kreo atau Bendung Jatibarang, khususnya di zona wisata air seljuar sekitar 120 hektare, kelompok sadar wisata (pordarwis) Kelurahan Kandri, Gunungpati mendesak pemerintah kota untuk mulai menebar benih ikan.

Karena sejak pengisian air di waduk sejak lehih dari seminggu lalu, air semakin terlihat menenggelamkan permukaan bukit. Bahkan warga pun terlhat memanfaatkannya dengan memancing ikan.

"Ikan-ikan itu merupakan bawaan dari arus Kali Kreo. Sehungga kami meminta agar dinas terkait seprti Dinas Kelautan dan Perikanan menebar benih ikan, agar bisa berguna untuk kehidupan waduk ini di kemudian hari," kata Eko Supriyanto, Sekretaris Pokdarwis Kandri, Sabtu (17/5).

Pokdarwis di desa wisata itu kini sedang berkonsentrasi pada persiapan peluncuran perahu wisata untuk kegiatan wisata air di dermaga Waduk Kreo. "Rencananya kami akan mulai bisa beroperasi pada libutan lebaran tahun ini," kata Eko Supriyanto.

17 Mei 2014 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Warga Antusias Saksikan Event Festival Banjir Kanal Barat 2014
Warga Antusias Saksikan Event Festival Banjir Kanal Barat 2014

Warga Kota Semarang sangat antusias menyaksikan event Festival? Banjir Kanal Barat 2014, dengan tema "Perahu Lampion Warak" yang diselenggarakan oleh Disbudpar Kota Semarang, Sabtu (17/5) malam di Jalan Bojong Salaman Raya Banjirkanal Barat. Hal ini terlihat dari berbondong-bondongnya warga masyarakat Semarang yang sejak pagi hingga menjelang malam telah datang ke lokasi. Seperti di tepian talut Banjir Kanal Barat warga sambil duduk dimulai dari Jalan Kokrosono, Jalan Madukoro, Jalan Basudewo hingga Jalan Bojong Salaman Raya Bendungan Pleret. Salah satu warga, Ony mengatakan, dia akan menonton pagelaran festival ini berupa lampion dan perahu hias yang diadakan di Banjir Kanal Barat, karena selain dekat dengan rumahnya yang berada di Jalan Banowati, juga sangat senang jika di Kota Semarang bisa diselenggarakan kegiatan seperti ini yang akan meramaikan Kota Semarang. Apalagi untuk memeriahkan Hari Ulang Tahun yang ke-467 Kota Semarang dengan rangkaian acara tersebut. Menurutnya banyak anak-anak, orangtua yang penasaran ingin melihat acara hingga Minggu dinihari besok. "Saya juga akan mengajak keluarga saya untuk menyaksikan festival perahu hias dan lampion karena sekaligus untuk mengisi waktu liburan di akhir pekan," katanya, Sabtu (17/5). Dari pantauan, Sabtu (17/5) petang, sejumlah perahu warak hias dari para peserta telah diturunkan di kedua sisi jembatan penghubung Banjir Kanal Barat untuk dihias hingga selesai. Terlihat beberapa pekerja sedang memasang replika warak yang akan menjadikan indah perahu peserta yang mengikuti festival. Para peserta perahu hias ini akan berpartisipasi di acara tersebut. Rencananya festival Banjir Kanal Barat akan dibuka langsung secara simbolis dengan pelepasan lampion oleh Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi, dan dihadiri sejumlah pejabat baik Muspida Pemerintah Kota, dan Provinsi Jawa Tengah dan tokoh masyarakat. Tak hanya itu, sebelum arak-arakan perahu hias dimulai, warga akan dihibur oleh live musik, dan Pagelaran Wayang Girli Dalang Ki Sigit Aryanto dengan lakon Wahyu Makutarama hingga Minggu dinihari dan festival kuliner serta beberapa stan dari sponsor.   Sumber : SuaraMerdeka.Com

17 Mei 2014 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Wamen PU Buka Pameran Hari Air Dunia VII 2014
Wamen PU Buka Pameran Hari Air Dunia VII 2014

Wakil Menteri Pekerjaan Umum (PU) Hermanto Dardak hari ini, Kamis (8/5) resmi membuka Pameran Hari Air Dunia XXII Tahun 2014 di Jakarta. Pembukaan Pameran Hari Air Dunia XXII Tahun 2014 (8/5), Jakarta. Pameran HAD dengan tema Air dan Energi akan dilaksanakan selama tiga hari sejak tanggal 8 ? 10 Mei 2014.

Dalam sambutannya mewakili Menteri PU, Hermanto mengatakan tema tahun ini merupakan wujud ekspresi global, bentuk keprihatinan bahwa kondisi ini telah membuat ketersediaan air ?semakin menipis dan langka.

?Air dan Energi ini tentang bagaimana fungsi air dalam menghasilkan energi terbarukan, seperti pembangkit listrik tenaga air. Kita juga sudah melakukan pemanfaatan energi dari air. Saat ini pemanfaatan energi di seluruh Indonesia ?baru 4.000 Mw dari air dengan hydropower. Paling tidak sekitar 75.000 MW menjadi potensi energi terbarukan. Energi bersih akan menjadi sasaran pemerintah kita agar masyarakat bisa merasakan tenaga listrik dr air ini,?jelasnya.

Lebih lanjut dikatakannya, energi terbarukan lain adalah energi biofood dari nabati dan biofuel. Konsekuensinya, energi tersebut akan meningkatkan kebutuhan akan air. Untuk itu perlu adanya upaya yang integratif dan berkelanjutan dalam pengelolaan sumber daya air.

Adapun penyebab utama peningkatan kebutuhan adalah pertumbuhan ekonomi negara-negara ekonomi baru dan pertumbuhan populasi serta ekonomi. Hal lain yakni ?perubahan gaya hidup dan pola konsumsi merupakan faktor dominan terciptanya krisis pemenuhan air dan energi di masa mendatang serta perubahan iklim.

Upaya alternatif untuk mengantisipasi kelangkaan air dalam kaitannya dengan upaya produksi tanaman penghasil bahan bakar nabati dengan merelokasi sebagian perkebunan/pertanian dari kawasan hulu ke hilir dengan disertai analisis kesesuaian lahan.

Di tahun 2014, PBB mendesak perusahaan penghasil energi berperan aktif dalam pengendalian pemanfaatan air dalam berbagai kegiatan. Mulai dari proses pendinginan pada pembangkit listrik menggunakan batu bara hingga pemanfaatan air irigasi untuk perkebunana yang dikembangkan sebagai penghasil bahan bakar nabati (BBN).

Sebagai ilustrasi, Indonesia mempunyai lahan Sawit dengan luas mencapai 9 juta ha yang berpotensi memproduksi biodiesel 5,6 juta kilo liter per tahun. Luas lahan perkebunan kelapa mencapai 3,8 juta ha memiliki potensi biofuel sebanyak 450 ribu kilo liter. Lahan tebu seluas 430 ribu ha memiliki potensi 411 ribu kilo liter biofuel. Total lahan sagu 1,2 juta ha dengan potensi biofuel sebanyak 750.000 kilo liter.

?Sebetulnya dari hydropower saja bisa memenuhi kebutuhan 75.000 MW potensi energi terbarukan, dibandingkan dengan sekarang 4000 MW secara nasional. Ini tentunya tantangan bagaimana memanajemen penataan ruang mana yang boleh dibangun , mana yang tidak boleh dibangun, itu yang paling efisien dan tertib untuk dilaksanakan,?ujar Hermanto.

 

09 Mei 2014 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
BBWS Pemali Juana Ramaikan Pameran Hari Air Dunia 2014
BBWS Pemali Juana Ramaikan Pameran Hari Air Dunia 2014

Pameran Hari Air Dunia (HAD) di Kantor Kementerian Pekerjaan Umum (PU) mulai hari ini, Kamis (08/05/2014), dibuka secara resmi oleh Wakil Menteri PU, Hermanto Dardak, di Jakarta. Pameran diikuti oleh Seluruh BWS / BBWS ,Jasa Konstruksi dan juga komunitas dan lembaga swadaya masyarakat yang perduli dengan air.   [gallery columns="4" link="file" ids="686,687,688,689,690,691,692,693,694,695,696,697,698,645,646"]

09 Mei 2014 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Ditemani Ganjar, Menteri PU resmikan waduk Jatibarang Semarang
Ditemani Ganjar, Menteri PU resmikan waduk Jatibarang Semarang

Menteri Pekerjaan Umum (PU) Djoko Kirmanto dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Senin (5/5) melakukan peresmian dengan secara simbolis melakukan pengisian awal atau 'impounding' Waduk Jatibarang di Desa Kandri, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang, Jawa Tengah. Pengisian awal waduk yang dikerjakan mulai 15 Oktober 2009 sampai 31 Juni 2014 senilai kontrak Rp 655 miliar ini, sekaligus memperingati Hari Air Dunia dengan melakukan pembagian setangkai bunga mawar kepada ratusan tamu undangan yang hadir saat acara. "Biaya pembangunan normalisasi Banjir Kanal Barat/ Kali Garang adalah sekitar Rp 316 miliar. Serta rehabilitasi Bendungan Simongan adalah sekitar Rp 38 miliar. Waktu pelaksanaan selama 1.670 hari oleh konsultan CTI Engineering International Co.Ltd in Asociation." Ungkap Ketua Pelaksanaan Pengerjaan Proyek Bendungan yang juga kepala BBWS Pemali Juwana Imam Santosa, Senin (5/5) siang. Dia melanjutkan, "Daerah tangkapan seluas 54 km persegi, luas genangan 189 hektar, elevasi puncak 157 meter. Muka air maksimum 155.30 meter dan muka air minimum 136 meter. Kapasitas tampungan total 20,4 juta meter kubik," Hadir dalam peresmian Mantan Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo, Walikota Semarang Hendi Hendrar Prihadi, Anggota Komisi V Nusirwan. Waduk yang berada dekat di obyek wisata Goa Kreo Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang ini merupakan waduk berjenis panoramik dan ekosistemik kawanan kera ekor panjang. "Kami mengusulkan bendungan sebagai bendungan panoramik ekositemik. Sebab bendungan terlihat suasana alam dan adanya komunitas kera ekor panjang yang akan mewarnai suasana disekitar waduk," jelasnya. Waduk ini dapat mengendalikan banjir dengan kapasitas debit air 2,7 juta meter kubik. Potensi baku 1050 liter per detik dan bisa berpotensi untuk menghasilkan PLTMH sebesar 1,5 mw. Tipe bendungan adalah urugan batu berzona dengan inti tegak. Tinggi di atas pondasi 157 meter, panjang puncak 200 meter, lebar 10 meter. "Waduk ini bermanfaat mengendalikan banjir Kota Semarang, mengembangkan potensi sumber untuk memenuhi kebutuhan air baku PDAM, mengurangi kerusakan akibat banjir di sepanjang sungai Kaligarang dan sungai Kanal Banjir Barat, memperbaiki kualitas lingkungan sepanjang sungai Kaligarang dan Kanal Banjir Barat dan meningkatkan fungsi konservasi di DAS Kali Garang," tuturnya. Proses sebelum pembangunan Waduk Jatibarang ini dimulai dilakukan pengalihan aliran sungai kreo sehingga lokasi bendungan terbebas sungai. Metode pengalihan dengan membuat Terowongan Pengelak (Diversion Tunnel) sepanjang 421 meter dengan diameter 5,6 meter konstruksi dimulai pada tahun 2010 selesai 2011. "Usai terowongan selesai, maka dibuatkan Bendung Pengelak (coffer dam) sehingga aliran sungai dapat masuk ke dalam terowongan. Usai bendungan terbebas air, pembangunan bendungan dan bangunan selengkap lainnya dapat dimulai dilakukan pelaksanaan mulai bulan Agustus 2011 dan selesai Desember 2013. Kemudiam setelah seluruh bendungan beserta bangunan pelengkap lainnya selesai dilaksanakan, maka untuk mengisi bendungan diperlukan penutupan terowongan pengelak," jelasnya. Pengisian awal waduk adalah suatu proses yang sangat menentukan dalam pembangunan sebuah bendungan karena merupakan tahap penguji perilaku bendungan apakah sesuai dengan apa yang telah direncanakan dengan melakukan pemantauan berbagai macam instrument geoteknik yang telah dipasang pada tubuh bendungan dan sekitarnya. "Oleh karena itu dalam kegiatan ini, sejak awal harus melibatkan para ahli yang berkemampuan untuk melakukan pengamatan dan pemantauan instrumen terpasang tersebut serta melakukan evaluasi tentang keamanannya. Pengisian waduk pada saat musim kemarau diperkirakan memerlukan waktu kurang lebih 7 bulan untuk mencapai elevasi muka air normal yaitu pada elvevasi 149,3 meter kubik," terangnya.

05 Mei 2014 Selengkapnya