21 Januari 2014 Selengkapnya
21 Januari 2014 Selengkapnya
PATI - Banjir akibat sejumlah alur sungai meluap, sejak Sabtu (18/1) malam lalu menggenangi sejumlah desa di beberapa kecamatan di Kabupaten Pati. Sedangkan alur Kali Juwana yang berhulu di Dam Pengendali Wilalung, Desa Kalirejo, Kecamatan Undaan, Kudus juga melimpas memasuki perkampungan warga.
Salah satu di antara pemukiman itu, adalah Dukuh Karangkedempel dan Biteng, Desa Banjarsari, Kecamatan Gabus. Ketinggian genangan berkisar 60 cm hingga semeter sejak Sabtu malam sekitar pukul 22.00 mulai mengurung 136 rumah warga di Dukuh Biteng.
Naiknya genangan air, kata Kepala Desa (Kades) setempat, Edy, terjadi hingga Minggu (19/1) kemarin, sekitar pukul 10.00. Bahkan sudah ada rumah warga yang kemasukan air. Karena itu, pihaknya langsung menghubungi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pati agar dikirim tenda pasukan untuk para pengungsi dari Biteng.
Sebab, fasilitas tempat pengungsian yang dibangun pemerintah melalui Dinas Ciptakarya Jateng beberapa tahun lalu, tidak cukup untuk menampung warga dukuh tersebut. Selain itu, kendaraan bermotor milik warga juga membutuhkan tempat tersendiri, karena tidak mungkin ditinggal dalam rumah yang mulai kemasukan air.
Harapannya, jika cuaca cerah atau hujan tidak turun secara terus menerus selama beberapa hari terakhir ini, air tentu akan bisa cepat surut. Akan tetapi yang menjadi masalah, untuk Dukuh Biteng selain harus menerima limpasan air Kali Juwana juga ditambah gelontoran air dari kawasan Pegunungan Kendeng utara yang juga membuang airnya ke Kali Juwana.
Akibatnya, saat kali pertama terjadi limpasan air pada Sabtu malam tidak hanya lingkungan permukiman dan akses jalan yang tergenang. ''Tetapi, sebagian areal persawahan petani seluas 45 dari 90 hektare yang terdapat tanaman padi mulai berbulir juga tergenang air,'' ujarnya.
Ketiga
Dandim 0718 Pati, Letkol Inf Heri Setiono mengatakan, sejak pukul 07.00 pihaknya sudah memantau langsung ke lapangan atas limpasnya alur Kali Juwana. Air limpasan sudah memasuki halaman rumah warga dengan ketinggian rata-rata sampai lutut orang dewasa, seperti di Desa Tluwah, Jepuro, dan Doropayung, Kecamatan Juwana.
Banjir juga kembali menggenangi permukiman warga, di Dukuh Cangkring, Desa Widorokandang, Kecamatan Kota Pati, untuk kali yang ketiga sejak Desember 2013. Banjir terjadi akibat meluapnya alur Kali Simo dan Kali Bapoh, sehingga hal sama juga dialami warga Desa Sinoman, kecamatan setempat.
Selain 170 rumah warga dukuh setempat, genangan air juga kembali terjadi di areal persawahan yang rata-rata terdapat tanaman padi muda. ''Karena itu, langkah mendesak adalah sebagaimana yang sudah diprogramkan Bupati Pati, kedua alur kali itu harus segera dinormalisasi.''
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pati, Sudjono mengatakan, pihaknya kini sudah menerjunkan tim SAR dan para relawan tanggap bencana. Sebab, banjir juga terjadi di Desa Puncel dan Alasdowo, Kecamatan Dukuhseti, serta Desa Langgenharjo, Kecamatan Margoyoso.
Tentang data areal persawahan dan tambak milik warga, kini masih didata . ''Sebagai antisipasi kondisi darurat, Pemkab Pati juga sudah mengalokasikan bantuan pangan ke beberapa desa, termasuk di Dukuh Biteng, Desa Banjarsari, Kecamatan Gabus.''
Bupati Pati, Haryanto juga meminta warga yang terkena musibah banjir untuk meningkatkan kesabarannya, karena upaya yang dilakukan pihaknya tetap berkelanjutan, seperti menormalisasi alur Kali Juwana maupun Kali Tus atau Juwana (JU) II. Tahun ini juga tengah dipersiapkan normalisasi lanjutan, termasuk menormalisasi Kali Simo.
Akan tetapi, Allah SWT berkehendak lain, karena melalui kekuatan alam Pati tetap diberi banjir. ''Hal tersebut harus menyadarkan kita, manusia harus selalu ramah kepada alam, dan tak bisa berlaku semena-mena yang mengarah pada perusakan,'' tandasnya.
20 Januari 2014 Selengkapnya
Usai melantik bupati dan wakil bupati Enthus Susmono-Dra Hj Umi Azizah, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo meninjau waduk Cacaban di Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Tegal.
Di sana, Ganjar sempat berbincang dengan warga sekitar perihal mata pencaharian masyarakat di sekitar waduk. Ganjar meminta, waduk yang pertama kali dibangun setelah era kemerdekaan oleh Presiden RI Ir Soekarno itu, harus dirawat. "Masyarakat dan semua pihak harus ikut merawat waduk Cacaban ini," pinta Ganjar.
Menurut Ganjar, air waduk itu telah memberi manfaat bagi banyak orang, seperti irigasi, pengendali banjir, dan untuk kelancaran industri pabrik gula. "Waduk ini manfaatnya besar sekali ketika musim kemarau. Sebab, airnya bisa untuk irigasi pertanian," cetusnya.
Ganjar juga meminta kepada bupati Enthus Susmono untuk ikut merawat infrastruktur. Termasuk upaya penegakan hukum jika ada pihak-pihak yang secara sengaja merusak infrastruktur.
Kepala Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Jateng, Prasetyo Budi Yuwono mengemukakan, saat ini, volume waduk Cacaban mencukupi untuk kebutuhan air para petani. Meski demikian, saat ini, tengah dilakukan perbaikan pipa pengatur air. "Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana sedang melakukan perbaikan pipa tersebut. Pipa didatangkan dari Jerman,"ujarnya.
Dalam kesempatan itu, turut pula Sekda Haron Bagas Prakosa, Kepala Bappeda, Suharmanto, Kepala DPU Ir Sudaryono MT serta sejumlah pejabat di lingkungan pemprov maupun pemkab.
09 Januari 2014 Selengkapnya
09 Januari 2014 Selengkapnya
Atas rusaknya tanggul penahan ombak di wilayah pantai Tambak Mulyo Kelurahan Tanjung Mas, membuat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang segera melakukan koordinasi dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali-Juana.
Koordinasi dengan BBWS itu terkait kemungkinan ada proyek penahan gelombang di wilayah itu ternyata tidak ada. "Tapi oleh BBWS kami akan dibantu material berupa bronjong untuk bisa dipakai sebagai penahan ombak," kata Bambang Rudi Hartono SH SPH MH, Kabid Kedaruratan dan Logisitik BPBD Kota Semarang, Selasa (24/12).
Bronjong itu, menurut dia, sepanjang 75 meter dan harus diisi batu. "Kami sudah menawarkan apakah para warga sendiri yang akan mengisi batu, tapi mereka menolak karena ketiadaan biaya, maka bronjong itu belum bisa dipasang," sambung Bambang Rudi.
Kelak bronjong yang sudah diisi oleh batu-batuan ini menurut dia bisa ditempatkan di atas talud lama yang kini kondisinya sudah rusak akibat empasan ombak gelombang pasang. Adalah pihak Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) dan Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Kota Semarang yang berwenang untuk menganggarkan pada tahun anggaran 2014.
24 Desember 2013 Selengkapnya
Sekitar 230 hektare tanaman padi dan cabe di Desa Tajemsari, Curug dan Curug Kecamatan Tegowanu, Grobogan, terancam busuk karena terendam banjir setinggi 1,5 hingga 2 meter akibat tanggul Kali Buangan I (KB-I) di Dusun Plosorejo Desa Tajemsari jebol. Hingga Rabu (18/12/2013) malam, air belum juga surut. Pihak Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana telah berusaha memperbaiki tanggul yang jebol tersebut dengan alat backhoe (bego). ?Tanggul jebol terjadi Selasa (17/12/2013) malam. Jika dua hari ke depan air belum juga surut, dikhawatirkan tanaman padi yang ada terancam busuk dan mati,? kata Camat Tegowanu Tatang Wahyu SH kepada KRjogja.com. Selain tanaman padi dan cabe, sekitar 75 rumah penduduk juga tergenang setinggi 40 cm. Karena posisi sungai lebih tinggi, arus sungai sulit terkendali masuk areal tanaman padi dan pemukiman penduduk. ?Derasnya arus sungai dari arah hulu juga terus menggerus tanggul. Akibatnya, titik tanggul yang jebol melebar hingga sekitar 25 meter,? terangnya. Jebolnya tanggul ini juga memutus jalur alternatif antara Desa Curug dan Tajemsari. Akibatnya, akses ekonomi antara dua desa terganggu. Puluhan siswa asal Dusun Plosorejo yang menempuh pendidikan di SMPN 2 Curug terpaksa tidak masuk sekolah. Kepala Desa Tajemsari Pujianto mengatakan pada Selasa malam warga sudah diperingatkan agar bersiap melakukan evakuasi jika debit air Sungai KB-I? bertambah. Alasannya, tanggul Sungai KB-I di desanya sering jebol jika elevasinya melebihi batas ambang.
19 Desember 2013 Selengkapnya
Proyek pembangunan Waduk Jatibarang yang sudah mencapai 98 persen masih terkendala penggantian rugi lahan di bawah beberapa tower yang terdampak genangan. Dari 61 bidang tanah, masih terdapat tujuh bidang belum mencapai kesepakatan harga. Satuan kerja pembangunan Waduk Jatibarang menargetkan sebelum 20 Desember masalah itu terselesaikan. Kepala Satker Pembangunan Waduk Jatibarang, dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali-Juana, Anang Muchlis berujar, permasalahan itu mencuat ketika jumlah tower tegangan tinggi di dalam area genangan waduk melebihi dari perhitungans semula. Awalnya, hanya ada tujuh tower ternyata ada 12 tower di lapangan. "Semua tower sudah kami bangun lagi, sekarang beberapa sudah mulai penyambungan kabel. Kira-kira dua minggu lagi selesai," katanya saat ditemui di kantornya, Rabu (18/12/2013). Ia berujar, setelah masalah itu beres. Tahap selanjutnya adalah ujicoba atau penggenangan awal. Pihaknya sudah mendapat sertifikasi dari Komisi Keamanan Bendungan Kementerian Pekerjaan Umum untuk melakukan pengisian air genangan di waduk. Rencananya, penggenangan tersebut dilakukan pada pertengahan Januari 2014. Konsultan Supervisi Pembangunan Waduk Jatibarang, Dodhy Indrawirawan, menambahkan ada beberapa tahap penggenangan. Pada pertengahan Januari, penggenangan akan dilakukan setingggi saluran air intake atau 150 meter. "Kami memperkirakan untuk lama penggenangan sampai sebulan, kami menggantungkan proses pengisian waduk dari air hujan terlebih dulu," ucapnya. Setelah itu, pihaknya akan mulai melakukan ujicoba lagi dengan memenuhi Waduk Jatibarang hingga air penuh. Jika lancar, maka waduk akan penuh dalam waktu dua bulan hingga tiga bulan. "Itu juga tergantung hujan," katanya. Dodhy menambahkan, setelah Waduk Jatibarang penuh air, nantinya akan kembali dikosongkan. Pihaknya akan mengecek apakah ada wilayah tanggul yang longsor atau tidak. "Kalau operasionalnya mungkin baru bisa Januari 2015. Setahun ini kan masa pemeliharaan," jelasnya.
19 Desember 2013 Selengkapnya
Jumadi (70), warga Desa Tanggungharjo, Kecamatan Tanggungharjo, Grobogan, Rabu (18/12/2013) tertimbun batu ketika tengah menambang di Pegunungan Kendeng Selatan desa setempat. Hingga saat ini, korban belum berhasil dievakuasi Tim SAR BPBD Grobogan karena alat backhoe yang didatangkan ke lokasi tidak berani mendekat. Menurut keterangan beberapa warga, musibah runtuhnya tebing Pegunungan Kendeng Selatan tersebut terjadi sekitar pukul 07.30 WIB. Pagi itu, korban bersama Kasto (35), anaknya, tengah asyik bekerja menaikkan batu kapur ke atas truk. Tiba-tiba terdengar suara gemuruh dari atas. Ternyata tebing yang ditambang menyerupai goa berdiamater sekitar 20 meter tersebut ambrol. Korban yang berdiri persis di bawah mulut rongga tidak berhasil menyelamatkan diri. Kakek itu terkubur hidup-hidup dan tertutup ratusan bongkahan batu kapur. Kasto bersama kernet truk Monyong (35) dan sopir truk Parjuni (50), langsung menyelamatkan diri. Kejadian itu langsung dilaporkan ke perangkat desa dan dilanjutkan ke Muspika serta ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat. Untuk mengevakuasi korban, BPBD setempat mengerahkan puluhan anggota SAR, dibantu SAR BPBD Jateng, anggota Polres dan Kopdin 0717 Purwodadi. ?Karena banyak material batu kapur yang menimbun korban, serta tebing yang ada rawan ambrol, upaya evakuasi tidak bisa dilakukan secara manual. Kami langsung minta bantuan PT Semen Grobogan untuk mendatangkan backhoe,? ujar Kepala BPBD Grobogan Ir Agus Sulaksono MM. Setelah dilakukan pengerukan selama dua jam, operator backhoe tidak berani meneruskan karena takut tebing di atas ambrol dan akan mengubur alat berat tersebut. Sehingga pengerukan dan proses evakuasi terpaksa dihentikan. ?Panjang arm (lengan) backohoe yang didatangkan hanya empat meter. Jika backhoe dipaksakan mendekat, khawatir tebing ambrol lagi akibat kena getaran mesin dan akan mengenai backhoe. Untuk itu perlu backhoe yang lengannya delapan meter,? jelas Agus. Rencana, BPBD setempat, Kamis (19/12/2013) pagi akan melanjutkan evakusi dengan mendatangkan backohoe berlengan delapam meter dari bantuan sebuah perusahaan dan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana.
18 Desember 2013 Selengkapnya
Debit air tinggi dan arus deras melebihi normal; inilah kondisi Sungai Banjir Kanal Barat (BKB) Sabtu (14/12) sore. Tapi menurut warga Kelurahan Ngemplak Simongan, salah satu wilayah terdekat dengan BKB, kondisi? itu masih cukup aman. Indikasi aman itu terlihat pada ukuran ketinggian air yang terdapat di pintu air Pleret. ?Ya, memang kalau di atas (Ungaran, Red) hujan, maka airnya akan terbawa sampai sini, tapi ini masih wajar-wajar saja meskipun arusnya sangat? deras,? kata Muhari (42), warga setempat, Sabtu (14/12). Sampai pikul 17.26 WIB, permukaan air memang masih terus meninggi, bahkan sudah melebihi angka 50 dan hampir menyentuh angka 100. Jika permukaan air menutup warna hijau, dan mulai menyentuh warna kuning, tampaknya perlu diwaspadai, kata? warga. Sejak normalisasi BKB rampung hampir setahun lalu, kondisi sungai sangat berbeda. ?Sekarang pascanormalisasi, luas sungai dilebarkan sehingga air yang tertampung bisa lebih banyak,? kata Konsultan Supervisi Pembangunan Waduk Jatibarang, Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali ? Juana, Dodhy Indrawirawan, Sabtu (14/12). Menurut dia, kondisi seperti itu tidak perlu dikhawatirkan.
15 Desember 2013 Selengkapnya
Debit air tinggi dan arus deras melebihi normal; inilah kondisi Sungai Banjir Kanal Barat (BKB) Sabtu (14/12) sore. Tapi menurut warga Kelurahaj Ngemplak Simongan, salah satu wilayah terdekat dengan BKB, kondisi? itu masih cukup aman. Indikasi aman itu terlihat pada ukuran ketinggian air yang terdapat di pintu air Pleret. "Ya, memang kalau di atas (Ungaran, Red) hujan, maka airnya akan terbawa sampai sini, tapi ini masih wajar-wajar saja meskipun arusnya sangat? deras," kata Muhari (42), warga setempat, Sabtu (14/12). Sampai pikul 17.26 WIB, permukaan air memang masih terus meninggi, bahkan sudah melebihi angka 50 dan hampir menyentuh angka 100. Jika permukaan air menutup warna hijau, dan mulai menyentuh warna kuning, tampaknya perlu diwaspadai, kata? warga. Sejak normalisasi BKB rampung hampir setahun lalu, kondisi sungai sangat berbeda. "Sekarang pascanormalisasi, luas sungai dilebarkan sehingga air yang tertampung bisa lebih banyak," kata Konsultan Supervisi Pembangunan Waduk Jatibarang, Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali - Juana, Dodhy Indrawirawan, Sabtu (14/12). Menurut dia, kondisi seperti itu tidak perlu dikhawatirkan.
14 Desember 2013 Selengkapnya
Sedikitnya lima waduk besar di Jawa Tengah akan diperbaiki. Perbaikan dilakukan oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana, Direktorat Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum. "Tujuannya untuk meningkatkan pelayanan irigasi. Khususnya bagi area pertanian di lingkungan waduk," kata Kasi Pelaksanaan Operasional dan Pemeliharaan BBWS Pemali Juana, Suroto, kemarin. Suroto menguraikan, lima waduk besar yang akan diperbaiki adalah Waduk Sangeh, Simo, dan Nglangon di Kabupaten Grobogan, Waduk Nggreneng di Blora, dan Waduk Cacaban di Kabupaten Tegal. Lima waduk tersebut kini dalam proses pelaksanaan fisik dengan fokus pekerjaan yang beragam. "Untuk Waduk di Cacaban, perbaikan fokus pada plunger pipa hidromekanikal. Pipa itu gunanya untuk mengatur pasokan air ke irigasi pertanian," terangnya. Selain lima waduk tersebut, juga ada sejumlah waduk lain yang menjadi perhatian pihak BBWS Pemali Juana. Di antaranya, waduk Penjalin di Kabupaten Brebes. Suroto menjelaskan, total biaya yang dibutuhkan untuk perbaikan waduk-waduk tersebut mencapai puluhan miliar rupiah. "Di waduk Penjalin dan beberapa waduk lainnya, kami masih menyusun detail engineering design (DED) serta rancangan untuk upaya pengelolaan lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan (UPL-UKL)," urainya. Adapun memasuki musim penghujan, volume air di waduk Cacaban terus meningkat dan mencukupi untuk kebutuhan irigasi di sekitar 7.000 hektare lahan pertanian. Kepala Balai Pengelolaan Sumber Daya Air (BPSDA) Pemali Comal, Eko Yunianto mengemukakan, dari data yang masuk beberapa hari lalu, volume dan elevasi air waduk jauh di atas angka rencana. Dari perencanaan, elevasi diperkirakan setinggi 67,27 meter di atas permukaan laut (dpl), sedangkan di lapangan, elevasi mencapai 71,38 meter dpl. "Untuk volume air, perencanaan 5,98 juta meter kubik, namun realisasi di lapangan, volume air waduk mencapai 17,4 juta meter kubik. Itu artinya kebutuhan air untuk pasokan irigasi cukup aman," tandasnya.
13 Desember 2013 Selengkapnya
Semarang (4/12) ? 500 bibit pohon telah ditanam di Waduk Jatibarang pada Minggu (1/12). Penanaman tersebut dilakukan oleh Komunitas Hijau Nunggak Semi dan Wahana Pecinta Lingkungan Hidup (Wapalhi) Politeknik Negeri Semarang (Polines). Kegiatan yang mengusung tema ?2000 Bibit untuk Bumiku? ini bertujuan untuk merehabiltasi lahan kritis di sekitar lereng waduk yang rawan akan tanah longsor, serta memperindah waduk yang kedepannya akan menjadi objek pariwisata di Kota Semarang. Selain itu, kegiatan ini termasuk dalam serangkaian perayaan 30 tahun usia Wapalhi. ?Hari ini kita sudah menanam 500 bibit pohon dari 10 jenis tanaman buah. Sisanya akan ditanam pada acara Green Festival Taman Sampangan pada Sabtu (7/12) hingga Minggu (8/12) mendatang. Itu juga termasuk rangkaian kegiatan kita bersama teman-teman komunitas pecinta alam yang lain,? jelas Adhiansyah selaku ketua panitia. Acara penanaman pohon ini diikuti oleh 150 partisipan dari berbagai komunitas mahasiswa pecinta alam (mapala) di sekitar Semarang dan Jawa Tengah. Acara ini dihadiri pula oleh Presiden Mahasiswa Polines, Jamil Abdul Rozaq dan beberapa perwakilan dari Resimen Mahasiswa (Menwa) serta Korps Suka Rela (KSR) Polines. ?Acara ini seru banget, saya bisa menambah teman-teman baru dari mapala Unnes, Unissula dan teman-teman dari Polines sendiri. Kita juga bisa melatih kerjasama walaupun kita dari berbagai komunitas?, tutur Ahmad Yusuf, salah satu anggota Wapalhi. ?Ini merupakan salah satu bentuk pengabdian kita untuk lingkungan hidup serta bentuk kecintaan kita terhadap alam?, tambahnya. Dilihat dari partisipan yang jumlahnya cukup banyak, menanam 500 bibit pohon dianggap terlalu sedikit bagi sebagian partisipan. ?Kita menanam 500 bibit, sedangkan pesertanya ada 150 orang, dimana tiap orangnya hanya menanam sekitar 3 pohon, kan sayang. Sebenarnya saya rasa kita bisa menanam lebih banyak pohon lagi. Semoga next time masih bisa?, tutur Nining, anggota Komunitas Hijau Nunggak Semi. Kegiatan ini diharapkan bisa dilakukan di lokasi lain yang dirasa masih butuh penghijauan. Diharapkan kegiatan ini juga bisa dijadikan sebagai kegiatan rutin untuk meningkatkan rasa kepedulian manusia terhadap lingkungan. Selain itu, diharapkan manusia lebih bisa menjaga dan merawat lingkungan, bukan hanya menanam lalu dibiarkan begitu saja. Manusia juga harus bisa memelihara, sehingga apa yang telah ditanam tidak? sia-sia. ?Pohon yang kita tanam ini akan terus kita kontrol dan diberi perawatan supaya apa yang kita tanam tidak sia-sia. Pengontrolan dan perawatan akan dilakukan oleh kami bekerjasama dengan BBWS Pemali Juana Waduk Jatibarang,? tutur Adhiansyah.
04 Desember 2013 Selengkapnya