Please ensure Javascript is enabled for purposes of website accessibility

© 2025 Balai Besar Wilayah Sungai Pemali - Juana.

Berita Terkini & Pengumuman

Berita Terkini & Pengumuman
Perbaikan Embung Keso Tanggung Jawab Rekanan
Perbaikan Embung Keso Tanggung Jawab Rekanan

  • Masih Masa Pemeliharaan

REMBANG - Kerusakan Em?bung Keso di Desa Tlogotunggal, Kecamatan Sumber, Kabupaten masih menjadi tanggung jawab rekanan. Kepala Bidang Pengairan Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Rembang Sinarman mengatakan, proyek itu kini masih dalam masa pemeliharaan oleh rekanan.

Sinarman menambahkan, em?bung yang dibangun tahun 2012 lalu merupakan bantuan Pemprov Jawa Tengah. ''Karena masih da?lam masa pemeliharaan, perbaikan kerusakan apapun merupakan tanggung jawab rekanan,'' jelasnya, Senin (8/4).

Sejak diberitakan adanya keru?sakan embung baru itu, DPU sudah menghubungi pelaksana proyek. Dalam waktu dekat perbaikan akan segera dilakukan.

?''Untuk perbaikan tanggul sudah kami sarankan menggunakan alat berat. Rekanan setuju mendatang?kan alat berat untuk memperbaiki tanggul yang longsor,'' katanya.

Talut

Dari pengecekan tim DPU diketahui, kerusakan embung bukan karena kesalahan konstruksi. Tim menemukan pasangan bangunan embung sudah dikerjakan dengan baik.? Jika talut yang ambrol dan tebing selatan longsor disebabkan kualitas yang buruk, lanjut Sinar?man, maka pasangan bangunan embung juga akan rusak.

''Kalau melihat longsornya, pasangan bangunan embung baik. Jika campuran pasangan bangunan jelek, maka pasangan bangunan pasti hancur. Jadi ckerusakan embung dipastikan karena struktur tanah terjadi penurunan,'' kata Sinarman.

Sinarman menolak anggapan tidak adanya pengawasan terhadap proyek dari provinsi maupun pusat di kabupaten itu. Menurut dia, se?mua pekerjaan, baik mengguna?kan dana pemkab, provinsi mau?pun pusat pasti diawasi sesuai struk?tur dalam aturan perpres yang berlaku.

Terkait upaya mengatasi dam?pak kekeringan di kabupaten itu, Balai Besar Wilayah Sungai (BB?WS) Pemali-Juwana tahun ini berencana membangun lima embung baru. Pekerjaan itu akan ditangani langsung oleh BBWS Pemali-Juwana.

08 April 2013 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Aksi Bersih Bersih Sungai Banjir Kanal Barat Dalam Peringatan HAD XXV 2017
Aksi Bersih Bersih Sungai Banjir Kanal Barat Dalam Peringatan HAD XXV 2017

Dalam rangka memperingati Hari Air Dunia ke-XXV tahun 2017, Direktorat Jenderal (Ditjen) Sumber Daya Air (SDA) melalui Balai Besar /Balai Wilayah Sungai (BBWS/BWS) secara serentak melakukan berbagai aksi nyata di 34 provinsi di Indonesia. Salah satunya adalah gerakan bersih sungai Banjir Kanal Barat yang dilaksanakan BBWS Pemali Juana.

?Kegiatan hari ini berupa aksi bersih sungai bersama komunitas peduli sungai, masyarakat sekitar, TNI dan tim dari BBWS maupun dari pemerintah kota yang dilakukan mulai dari Bendung Simongan sampai Jembatan Siliwangi Banjir Kanal Barat Kota Semarang. Selain itu juga penebaran 100.000 benih ikan untuk menjaga ekosistem di sekitar Banjir Kanal Barat.

Sesuai dengan tema Hari Air Dunia tahun ini yaitu ?Air dan Air Limbah?, lebih lanjut Kepala BBWS Pemali Juana Ruhban Ruzziyatno menerangkan bahwa sungai merupakan sumber kehidupan yang dalam perkembangannya menjadi salah satu badan air yang terkena pencemaran dari berbagai kegiatan rumah tangga, industri dan pertanian.

?Untuk itu, aksi bersih sungai ini dilakukan sebagai langkah-langkah peningkatan kesadaran kepada masyarakat bahwa sungai harus dikelola dengan baik agar dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk air bersih sesuai dengan peraturan yang berlaku.?

Dalam acara yang juga dihadiri oleh pemerintah daerah, dinas, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat setempat dan komunitas peduli sungai, Kepala BBWS Pemali Juana Ruhban Ruzziyatno mengharapkan terjalin koordinasi dan kerja sama dengan semua pihak tersebut untuk mengawasi, melindungi serta menjaga kualitas air sungai dengan meningkatkan sinergitas seluruh pihak.

Terutama dengan hadirnya komunitas-komunitas peduli sungai dalam acara yang berlangsung di bantaran Kanal Banjir Barat ini, Kepala BBWS Pemali Juana berharap komunitas dapat menjadi motor penggerak di wilayahnya dalam hal menjaga kualitas air sungai dan meningkatkan kepedulian masyarakat akan kondisi sungai di sekitar tempat tinggalnya.

?Aksi bersih sungai diharapkan dapat menjadi agenda rutin bersama dengan masyarakat di sekitar sungai,? sebut Kepala BBWS Pemali Juana Ruhban Ruzziyatno.

Pada kesempatan yang sama, Panitia HAD tahun 2017 di BBWS Pemali Juana,  menjelaskan bahwa rangkaian acara Hari Air Dunia di BBWS Pemali Juana telah dimulai sejak tanggal 20 Maret, diantaranya yaitu Lomba Fotografi Hari Air Dunia, Bersih Bersih Sungai Banjir Kanal Barat, Penanaman Pohon di Waduk Diponegoro, Field Trip di Rawa Pening, talkshow serta diskusi panel dan pengumuman pemenang lomba Fotografi.

 

23 Maret 2013 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Sambutan Menteri Pekerjaan Umum Pada Upacara 17 Agustus 2013
Sambutan Menteri Pekerjaan Umum Pada Upacara 17 Agustus 2013

[embed]http://www.pu.go.id/images/uploads/banner/announce20130816143658.pdf[/embed]

16 Maret 2013 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Warga dan Pekerja Selamatan
Warga dan Pekerja Selamatan

TIUPAN angin berhembus cukup kencang. Puluhan kera ekor panjang (Macaca fascicularis) berlarian dan berebut makanan. Kera-kera itu tak peduli dengan sekumpulan orang-orang yang berkumpul dan duduk di atas tikar di lahan parkir kawasan wisata Gua Kreo, Kampung Talunkacang, Kelurahan Kandri, Kecamatan Gunungpati, Jumat (2/3) sore.

Beragam makanan, seperti ingkung ayam, jajan pasar, nasi ikan asin, nasi urap dan sayuran dikelilingi oleh sekitar 20-an orang. Sesekali kera-kera yang usil itu mencoba mendekati makanan, namun berhasil dihalau. Setelah petugas MC membuka acara, kera-kera itupun ikut terdiam di beberapa sudut parkiran dan duduk di ranting-ranting pohon. Setelah Project Officer PT Waskita Karya Heddy Tri Harmawan, Camat Gunungpati Bambang Surono, dan Kabid Pelaksana Jaringan Sumber Air (PJSA) Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juwana (BBWSPJ) Bambang Astoto memberikan sambutan, ulama setempat Jumianto pun membacakan doa. Setelah itu, warga bersama para pekerja menyantap makanan yang telah disediakan sebelumnya. Beberapa kera pun terlihat mendekat, karena dari salah satu warga melempar makanan ke arah parkiran. Ya, itulah suasana kawasan wisata Goa Kreo sore itu. Warga dan para pekerja proyek Waduk Jatibarang sengaja berkumpul untuk menggelar selamatan. Tri Harmawan, sebagai salah satu pelaksana proyek Waduk Jatibarang menuturkan, selamatan itu dilakukan bersama warga sebagai bentuk doa dan harapan kepada Tuhan agar proyek pembangunan Waduk Jatibarang segera selesai dan tidak mengalami kendala. Ditutup ''Selamatan ini secara khusus juga untuk mengawali pembongkaran jembatan yang menghubungkan Talunkacang dengan Gua Kreo. Jembatan itu akan kita ganti dengan yang lebih baik, dengan panjang sekitar 64 meter dan lebar tiga meter. Karena akan dibongkar, para wisatawan yang akan berkunjung ke Goa Kreo pun untuk sementara waktu tidak diperkenankan memasuki kawasan itu hingga jembatan yang baru terpasang dan dibuka untuk pejalan kaki. ''Proyek ini kita mulai pada 20 Februari sampai September 2013, tapi khusus untuk jembatan, akan selesai 9-10 bulan saja,'' ujar Tri

03 Maret 2013 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Pembukaan Lahan Percepat Sedimentasi
Pembukaan Lahan Percepat Sedimentasi

Pengalihan fungsi lahan konservasi di Semarang atas mempercepat pengurangan usia Waduk Jatibarang. Tanpa adanya daya dukung penataan ruang hijau, maka mega proyek yang didanai dari pinjaman Jepang sekitar Rp 1,6 triliun itu hanya akan membuat pendek umur waduk.

?Pembukaan lahan di Semarang atas untuk permukiman secara terus menerus bisa meningkatkan laju sedimentasi dan mengurangi umur waduk,? ujar Kabid Pelaksana Jaringan Sumber Air (PJSA) Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juwana (BBWSPJ) Bambang Astoto, kemarin.

Menurutnya, Waduk Jatibarang didesain untuk membendung air mencapai 20 juta m3 yang dihasilkan dari Kali Kreo. Pasalnya, volume air bah dari Kali Kreo ini memberi kontribusi besar terhadap peningkatan debit air di Kaligarang.

Waduk itu terdiri atas tiga paket kegiatan. Paket A adalah normalisasi Banjirkanal Barat dan Rehabilitasi Dam Simongan. Paket B meliputi Pembangunan Dam Simongan.

Kedua paket tersebut, lanjutnya, dikerjakan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air melalui BBWS Pemali Juwana. Sedangkan Paket C meliputi drainase kota yang meliputi Kali Semarang dan Kali Asin.

Disinggung desain awal kontruksi Waduk Jatibarang dirancang untuk bisa bertahan hingga berapa tahun, Bambang tidak bisa memastikan. Pembangunan Waduk Jatibarang ini memecah laju debit air dari tiga sungai yakni, Kreo, Kripik dan Garang.

Jika di lokasi itu tanpa adanya waduk, laju debit air bisa mencapai 270 m3/detik. Sedangkan dengan adanya waduk laju debit air bisa ditekan menjadi 100 m3/detik. Adapun aliran air dari ketiga sungai itu, bermuara di Banjirkanal Barat. Laju debit air di Banjirkanal Barat jika tanpa waduk bisa mencapai 970 m3/detik.

?Dengan adanya Bendungan Simongan laju debit air bisa berkurang menjadi 740 m3/detik,? katanya.

10 Februari 2013 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Bahaya Banjir DAS Kali Garang Dipetakan
Bahaya Banjir DAS Kali Garang Dipetakan

Banjir bandang pada 1990 masih membekas di benak warga Kota Semarang, khususnya mereka yang tinggal di sepanjang Sungai Banjirkanal Barat. Kerugian besar baik harta dan jiwa mendasari perlunya dibangun sistem peringatan dini.

Hal itu terungkap dalam persiapan Sosialisasi Kesiapsiagaan Banjir Bandang Daerah Aliran Sungai (DAS) Garang, Kamis (9/2), di Hotel Pandanaran. Kegiatan yang diadakan Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juwana (BBWSPJ) ini menghadirkan pemateri Kabid Pelaksana Jaringan Sumber Air (PJSA) BBWSPJ Bambang Astoto, Peneliti Puslitbang Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum Wanny K Adidarma, dan Kasi Kesiapsiagaan BPBD Kota Purwadi Ignasius.

Wanny mengungkapkan, melalui sistem peringatan dini bisa diketahui waktu yang tersedia untuk melakukan evakuasi. Dengan begitu, makin panjang waktu yang tersedia untuk evakuasi maka makin kecil resiko bencana.

"Kami pasang alat telemetri di 12 pos hujan dan enam pos duga air Posko BBWS. Alat ini mampu membaca, menyimpan dan mengirimkan data hidrologi seperti curah hujan dan muka air di Sungai Garang, Sungai Kripik dan Kreo serta Tugu Suharto dan Bendung Simongan," ujarnya.

Berdasar kejadian banjir 1990, waktu perjalanan terpendek adalah dari Jl Pramuka ke Tugu Suharto sekitar 30 menit. Hal itu berarti evakuasi yang bisa dilakukan hanya dalam tempo tersebut. Jika sistem tersebut sudah berjalan, data-data hidrologi yang terekam akan diubah menjadi ramalan banjir di masa yang akan datang. Laju perjalanan banjir bisa diprediksi, sehingga bisa diketahui berapa lama waktu yang tersedia bagi masyarakat untuk melakukan evakuasi.

"Data yang kami sampaikan kepada masyarakat sudah matang. Melalui data ini mereka bisa mengetahui mana saja jalur evakuasi. Jika mau pergi ke titik-titik evakuasi, kendaraan apa saja yang digunakan," tukasnya.

Sementara itu, Purwadi menambahkan terjadi perubahan paradigma dalam penanggulangan bencana. Semula hanya sebatas pada tanggap darurat, namun dengan adanya UU No 24/2007 berkembang pada pengurangan resiko bencana. Di Semarang sendiri, bencana alam yang terjadi antara lain banjir, longsor, rob, angin puting beliung, dan kekeringan.

Lebih lanjut, Bambang Astoto mengungkapkan, dalam pengendalian banjir ditekankan konsep 3E yakni edukasi, ekologi dan ekonomi. Diperlukan penguatan partisipasi masyarakat untuk pencegahan bencana.

09 Februari 2013 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Wisata Monumen Bersejarah
Wisata Monumen Bersejarah

 

PROYEK normalisasi Banjirkanal Barat usai sudah. Banyak cerita seputar pekerjaan yang didanai dengan pinjaman dari Jepang itu. Mulai dari pelestarian tempat bersejarah hingga alotnya pembebasan lahan dan temuan-temuan baru lainnya di lapangan.

Satu tempat bersejarah yang dilestarikan adalah Monumen Ketenangan Hati. Tempat yang dikenal sebagai Japanese Memorial Park itu dibangun untuk mengenang para tentara Jepang yang tewas pada Pertempuran Lima Hari di Semarang. Sesuai prasasti peresmian monumen, tempat seluas sekitar 5 x 5 meter persegi itu diresmikan Wali Kota Sutrisno Suharto pada tahun 1998. Meski demikian, sepertinya masih banyak warga Semarang yang tak mengetahui tempat itu.

Selain itu, Balai Besar Wilayah Sungai Pemali-Juwana juga membangun sebuah museum kecil yang akan dibuka untuk umum. Ruangan itu dibangun di sebelah barat Bendungan Simongan dan akan diisi dengan riwayat bendungan itu lengkap dengan beberapa bukti. Saat rehabilitasi bendungan, struktur bangunan yang diganti dengan baru disimpan untuk dipajang di sana.

Satu lagi tempat bersejarah yang dikukuhkan yakni Tugu Suharto. Seperti yang diketahui, tempat itu sering digunakan oleh sebagian masyarakat untuk melakukan ritual tradisi jelang 1 Sura. Saat ini, lingkungan di sekitar lokasi tersebut diperbaiki sehingga terlihat lebih nyaman.

Tentu saja, ada beberapa persoalan yang sempat menghambat proyek senilai Rp 250 miliar itu. Yang cukup alot penyelesaiannya adalah pembebasan lahan di Kelurahan Ngemplak Simongan, Kecamatan Semarang Barat. Warga RT 3 RW 8 kelurahan tersebut sempat menolak tali asih yang diberikan. Mereka menilai jumlah uang tersebut terlalu sedikit sehingga tak cukup untuk mencari hunian baru.

Hingga batas akhir pengosongan lahan, beberapa warga bertahan. Namun, dengan pendekatan persuasif puluhan aparat, akhirnya mereka bersedia merelakan tempat tinggalnya selama belasan tahun terakhir, digusur. Atas semua jerih payah dan pengorbanan mereka, tantangan untuk menjaga kelestarian Banjirkanal Barat tentu harus menjadi tanggung jawab bersama.

23 Januari 2013 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Proyek Jatibarang Terganggu Hujan
Proyek Jatibarang Terganggu Hujan

 

SEMARANG - Musim hujan berdampak pada penimbunan bendung utama Waduk Jatibarang. Pasalnya, pekerjaan di tubuh bendungan ini membutuhkan ketelitian dan tidak boleh bocor.

Karena itu, saat penghujan harus dihentikan.Kepala Satuan Kerja Non-Vertikal Tertentu Pembangunan Waduk Jatibarang, M Mazid mengatakan, saat terjadi hujan penimbunan harus berhenti.

??Bila musim kemarau, pekerjaan penimbunan bisa dilembur selama 20 jam, tapi karena sekarang masuk penghujan, target pekerjaan di bendung utama ini relatif kecil.

Namun begitu, pekerjaan ini diharapkan rampung sesuai target sehingga proses penggenangan pada musim hujan 2013 sekitar November-Desember bisa dilakukan dan tidak mundur,?? kata Mazid.Dia mengungkapkan, tubuh bendungan tersebut nantinya memiliki tinggi 74 meter dengan panjang 200 meter dan lebar atas 10 meter.

Ketinggian tubuh bendungan tersebut turun 3 meter dari rencana awal setinggi 77 meter karena pada saat dilakukan penggalian telah mendapatkan pondasi yang bagus.

??Di dalam tubuh bendungan nantinya dilengkapi dengan konstruksi galeri dengan 300 anak tangga di bagian kanan dan kiri untuk keperluan inspeksi atau memantau tingkat keamanan seperti mendeteksi perilaku tubuh bendungan,?? katanya.

Sementara pekerjaan fisik lain seperti kompleks perkantoran yang digunakan untuk operasional bendungan lengkap dengan beberapa fasilitas seperti mushala, lapangan tenis dan voli, gudang alat, serta rumah pekerja sebanyak empat unit.

Proyek itu dijadikan satu paket dengan pembangunan jembatan penyeberangan Goa Kreo. Pekerjaan tersebut telah mencapai progres 83 persen dan diharapkan bisa selesai sekitar Maret tahun ini. Adapun pekerjaan spillway untuk limpasan air telah mencapai progres 85 persen dan masuk dalam tahap penyelesaian.

Menurut dia, pembangunan Waduk Jatibarang ini juga dilengkapi dengan fasilitas publik seperti taman bermain anak-anak, tempat kuliner dan cinderamata yang didesain dan ditata di daerah sabuk hijau.

??Di kawasan sabuk hijau sudah ada penataan bangunan-bangunan yang sedari awal telah didesain untuk mengontrol tingkat pertumbuhan bangunan. Ada juga sebuah fasilitas yang memungkinkan pengunjung bisa berinteraksi dengan monyet ekor panjang tanpa membahayakan pengunjung,?? katanya.

Terkait relokasi tujuh tower Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 KVA lama yang terdapat di wilayah genangan, hingga kemarin sudah sampai pada tahap negosiasi dengan masyarakat. ??Tujuh tower ini akan direlokasi di luar genangan dan menjadi dua belas titik tower karena jarak jangkauan menjadi lebih panjang.

??Secara teknis, kami sudah tidak ada permasalahan dengan pihak PLN dalam relokasi tower tersebut. Kami masih melakukan negosiasi dengan masyarakat terkait lahan tempat relokasi tower,?? katanya.

14 Januari 2013 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
250 Bendungan Tanpa Rencana Darurat
250 Bendungan Tanpa Rencana Darurat

 

PATI - Tidak hanya bendungan atau Waduk Gembong, Kabupaten Pati, yang membutuhkan antisipasi jika terjadi bencana. Ratusan bendungan lain di Indonesia juga membutuhkan rencana tindak darurat (RTD) ketika tempat penampungan air itu bermasalah.

?Umumnya, bendungan yang membutuhkan RTD tergolong tua atau letaknya sangat dekat dengan permukiman warga atau bahkan di tengah kota.

?Paling tidak ada 250 bendungan di Indonesia yang harus dibuatkan RTD. Nah, Bendungan Gembong termasuk yang sudah kami buatkan RTD,? ujar petugas dari Satker Direktorat Sungai dan Pantai Ditjen Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum, Sudarto, di Pati, Kamis (27/12).

Dia menjelaskan, Waduk Gembong merupakan bagian dari 34 bendungan lain yang tahun ini dilengkapi RTD. Adapun tahun depan ada 32 bendungan yang juga akan dilengkapi RTD, yang merupakan antisipasi bencana akibat kegagalan bendungan.

?Hasil kajian kami, kebetulan yang direkomendasi untuk dibuatkan RTD ada 64 bendungan. Itu dilaksanakan bertahap dalam dua tahun,? jelasnya.

Perawatan Rutin

Dalam kesempatan sosialisasi RTD Bendungan Gembong, Sudarto berharap masyarakat tidak merasa ketakutan. Karena RTD disusun bukan karena waduk akan jebol sehingga menimbulkan banjir.

Sejauh ini pihaknya sebagai pemilik bendungan melakukan perawatan rutin. Itu dilaksanakan bersama Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juwana sebagai pengelola bendungan.

Inspeksi rutin dilakukan setiap tahun. Adapun untuk inspeksi besar biasanya dilaksanakan setiap lima tahun. Hasil dari inspeksi akan ditindaklanjuti dengan perbaikan.

Mengenai usulan masyarakat agar bendungan di Pati lain, yakni Waduk Gunungrowo di Desa Sitiluhur, Kecamatan Gembong juga dilengkapi RTD, Sudarto menyatakan akan mengakomodasi. Dia mengakui, Bendungan Gunungrowo yang berjarak tidak jauh dari Bendungan Gembong juga perlu diantisipasi dampak bahayanya. Sebab, bendungan itu umurnya tidak jauh berbeda dengan Ben?dungan Gembong.

Di kawasan BBWS Pemali Juwana, sudah delapan bendungan yang dilengkapi RTD, yakni Bendungan Gembong (Pati), Greneng dan Tempuran (Blora), Sanggeh, Simo, dan Nglanggon (Grobogan), serta Grawan dan Panohan di Rembang.

29 Desember 2012 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
TPA Jatibarang Terancam Overload
TPA Jatibarang Terancam Overload

 

SEMARANG - Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jatibarang Kota Semarang dalam waktu dua sampai tiga tahun ke depan, diprediksi akan penuh oleh sampah.

Tempat itu diperkirakan tak akan muat lagi menampung sampah-sampah yang terkumpul dari seluruh Kota Semarang. Sebab sekitar 800 ton sampah tiap hari dibuang ke tempat tersebut.

Guna memperpanjang usia TPA itu, Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) akan segera membangun sejumlah tempat pengelolaan sampah terpadu (TPST).

?Dewan telah menyetujui anggaran yang kami ajukan untuk pembangunan dua TPST, guna mengurangi laju sampah ke TPA Jatibarang. Rencananya, dua TPST itu akan kami bangun di wilayah Tambak Aji dan Kaligawe,? ungkap Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Muthohar.

Dia mengatakan, untuk pembangunan dua tempat sampah terpadu itu, DPRD telah menyetujui anggaran Rp 400 juta. Anggaran tersebut telah dimasukkan dalam APBD murni 2013. ?Jadi, tahun depan pembangunannya sudah bisa dilakukan. Nantinya TPST dikelola dengan swadaya warga,? ujarnya.

Menurut dia, nanti akan dibentuk beberapa kelompok dari masyarkat sekitar dengan kegiatan mengelola sampah. Harapannya sampah dari warga yang dibuang ke TPST, dapat dikelola menjadi kompos atau barang berguna lain. Jika ini berhasil, rencananya akan dibangun TPST di tempat lain. ?Di TPA Jatibarang saat ini juga sudah ada pengelolaan sampah oleh pihak swasta. Setiap hari 250 ton sampah dikelola menjadi kompos, sehingga bisa memperpanjang usia TPA,? ujarnya.

Muthohar menambahkan, jika tidak dilakukan pengelolaan sampah di TPA Jatibarang dan tidak dibangun TPST, dalam waktu dua sampai tiga tahun ke depan TPA sudah penuh oleh sampah. ?Setiap tahun, dari proses pengomposan sampah yang dilakukan oleh pihak swasta di Jatibarang, mampu memberikan masukan pendapatan ke daerah hingga Rp 280 juta per tahun,? tegasnya.

Tambah Alat Berat

Selain berencana membangun TPST, dalam pengelolaan sampah DKP Kota Semarang juga akan menambah dua alat berat baru untuk mendukung aktivitas pengerukan sampah di TPA Jatibarang. Penambahan dua alat berat tersebut dianggarkan hingga mencapai Rp 5 miliar pada APBD murni 2013. ??Penambahan alat baru ini dilakukan karena saat ini kondisi enam alat berat yang beroperasi sudah sering rusak. Jadi, fungsinya sudah tidak maksimal. Apalagi pada musim hujan, sampah yang menumpuk menjadi sangat sulit didorong dengan alat lama,?? kata Muthohar.

Kerusakan enam alat berat lama yang sudah ada, membuat pekerjaan perataan dan pengerukan sampah di TPA kurang maksimal. Apalagi topografi di TPA Jatibarang berbukit-bukit. Enam alat berat yang ada telah berusia lebih dari 18 tahun dan sudah tidak kuat lagi untuk mendorong tumpukan sampah. ??Dibutuhkan alat yang mumpuni agar sampah di TPA tidak semakin menumpuk di satu tempat saja. Dengan kondisi alat berat yang sudah uzur dan sering rusak, membuat kami harus mengeluarkan dana yang besar untuk perbaikan dan menyewa alat berat serupa ke pihak ketiga,?? tandasnya.

Sementara itu, anggota Komisi C DPRD Kota Semarang, Ari Purbono mengatakan, kalangan Dewan sangat mendukung pembangunan TPST guna memecah penumpukan sampah di TPA Jatibarang. Pengelolaan sampah memang harus menjadi perhatian serius. Tidak hanya menangani yang di bagian hulu, tapi juga di bagian hilir.

?Kami mendukung penanganan sampah yang ditangani dari bagian hulu sampai hilir. Tidak hanya urusan mengangkut sampah, tapi juga pengolaan sampahnya,? ujarnya.

03 Desember 2012 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Tingkatkan Kesadaran Masyarakat dengan Resik-resik Kali
Tingkatkan Kesadaran Masyarakat dengan Resik-resik Kali

 

Dalam rangka menyambut Hari Bhakti Pekerjaan Umum (PU) ke-67 pada 3 Desember mendatang, Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana menggelar kegiatan jalan sehat yang diikuti dengan resik-resik kali Banjir Kanal Barat mulai dari Jembatan Siliwangi hingga Jembatan Lemah Gempal, Jumat (30/11).

Kegiatan yang diikuti oleh seluruh staf dan karyawan BBWS Pemali Juana, konsultan dan kontraktor proyek normalisasi Sungai Banjir Kanal Barat tersebut sekaligus untuk meningkatkan kesadaran serta memberikan contoh kepada masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan sungai.

Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juana Ir. Isprasetya Basuki MSc mengatakan, beberapa minggu menjelang selesainya proyek Normalisasi Sungai Banjir Kanal Barat, masyarakat sudah banyak yang memanfaatkan bantaran sungai yang sudah tertata bagus sebagai tempat santai dan bercengkrama.

Namun begitu, kesadaran mereka untuk ikut memiliki dan memelihara kebersihan lingkungan sungai masih kurang. Hal itu bisa terlihat dengan banyaknya sampah plastik, botol air minum kemasan dan bungkus rokok yang dibuang sembarangan di bantaran maupun di sungai.

"Kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan masih kurang meskipun kami sudah menyediakan tempat sampah di sepanjang bantaran sungai. Karena itu, kami ingin mengubah persepsi masyarakat bahwa keberadaan sungai sekarang tidak hanya sebagai tempat mengalirkan sungai tetapi juga sebagai tempat rekreasi. Sebab kalau sungai ini bisa dijaga kelestariannya, niscaya manfaat yang kami harapkan bisa dinikmati bersama," kata Isprasetya didampingi Kepala Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu (SNVT) Pembangunan Waduk Jatibarang, Ir M Mazid.

Selain jalan sehat dan resik-resik kali, bersamaan dengan hari Menanam Pohon Nasional pada 28 November lalu, BBWS juga melakukan kegiatan penanaman pohon di halaman Kantor Sampangan yang memiliki luas 1,8 hektare.

"Ada sekitar 50 pohon durian dari berbagai jenis seperti durian montong, petruk, matahari dan sunan yang akan ditanam di halaman Kantor Sampangan. Yang belum kami dapatkan adalah bibit pohon durian asli Gunung Pati, durian kanjeng," katanya.

[nggallery id=2]

30 November 2012 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Daya Tampung Dua Waduk Tinggal Separo
Daya Tampung Dua Waduk Tinggal Separo

PATI-Sedimentasi yang terjadi di dua waduk di Pati? cukup mengkhawatirkan. Itu berpengaruh besar pada daya tampung waduk yang kini hanya tersisa tinggal separo dari total kapasitas. "Tampungan Waduk Gunungrowo dan Gembong di Pati semakin kecil. Daya tampung itu berkurang lebih dari separo," ujar Kasi Pelaksanaan Operasi dan Pemeliharaan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juwana, Drs Suroto MSi, beberapa waktu lalu. Kondisi tersebut tidak luput dari perhatian pemerintah, sehingga dalam waktu dekat akan dilakukan pengerukan, dan sekaligus penataan infrastruktur lain yang fungsinya semakin menurun. Upaya pembenahan tersebut bakal dilakukan tahun ini dan 2013. Itu untuk menjaga keamanan bendungan atau waduk. "Penataan ini bertujuan jangan sampai kejadian jebolnya Situ Gintung terjadi di Jawa Tengah. Makanya ada sembilan bendungan di Jawa Tengah yang akan ditata, termasuk Waduk Gunungrowo dan Gembong," tandasnya. Koordinator Petugas Penjaga Waduk Pati Suwono mengatakan, pembenahan tempat penampungan dan pengendali air itu sudah saatnya dibenahi secara menyeluruh. Itu agar fungsinya bisa kembali seperti semula dan aman bagi masyarakat sekitar. Bukan sebatas untuk mencukupi kebutuhan irigasi petani di Kecamatang Gembong, Tlogowungu, Wedarijaksa, Trangkil, Juwana, Pati, dan Margorejo, keberadaan dua waduk juga dimanfaatkan untuk suplai air baku.? Warga sekitar waduk, pun mendapat berkah dari penampungan air yang dibangun pada zaman penjajahan Belanda. Mereka dapat mencari nafkah dengan mencari ikan di waduk. Menurut Suwono, saat ini air yang tersisa di Waduk Gunungrowo hanya tinggal 500 ribu meter kubik. Adapun Waduk Gembong tersisa sekitar 700 ribu meter kubik. "Penyaluran air terakhir terjadi pada September lalu untuk petani. Setelah itu kami tutup hingga nanti pada musim tanam tahun depan (April)," katanya.(H49-23)

08 November 2012 Selengkapnya