Please ensure Javascript is enabled for purposes of website accessibility

© 2025 Balai Besar Wilayah Sungai Pemali - Juana.

Berita Terkini & Pengumuman

Berita Terkini & Pengumuman
Dirjen SDA Mengimbau Masyarakat Untuk Senantiasa Menghemat Penggunaan Air
Dirjen SDA Mengimbau Masyarakat Untuk Senantiasa Menghemat Penggunaan Air

Dalam rangkaian kegiatan menyambut Hari Air Dunia yang jatuh pada tanggal 22 Maret 2014, Kementerian Pekerjaan Umum melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air kembali menggelar aksi pawai simpatik di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta (23/03). Aksi pawai simpatik yang melibatkan perwakilan dari perguruan tinggi, komunitas sungai, dan sekolah ini ditandai dengan aksi bagi-bagi bunga dan stiker kepada pengguna jalan. Direktur Jenderal Sumber Daya Air Mohamad Hasan selaku ketua penyelenggara kegiatan Hari Air Dunia 2014 mengatakan Indonesia merupakan negara dengan potensi cadangan air terbesar ke-5 di dunia. ?Kita memiliki potensi 3.9 triliun meter kubik hujan yang jatuh di bumi pertiwi per tahun, tetapi pemanfaatannya baru 20 persen. Karena itu pengelolaan air harus ditingkatkan dari hulu ke hilir, sampai dengan pemanfaatannya oleh masyarakat. Pengelolaan air tidak bisa hanya oleh satu pihak, tapi harus melibatkan pemerintah pusat, pemerintah daerah dan seluruh komponen masyarakat,? jelasnya. Mohamad Hasan dalam kesempatan itu mengimbau masyarakat untuk senantiasa menghemat penggunaan air, baik dalam segi pemanfaatan kuantitas maupun dalam segi pemeliharaan kualitasnya. ?Selain tidak boros dalam menggunakan air, saya mengajak masyarakat untuk ikut memelihara kebersihan lingkungan terutama di wadah-wadah air seperti sungai-sungai di perkotaan. Bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air akan menyelenggarakan puncak perayaan Hari Air Dunia tahun ini bulan Mei 2014 di Sungai Citarum. ?Pemilihan lokasi Sungai Citarum yang kerap disebut sebagai sungai terkotor di dunia ini terkait dengan komitmen kita untuk meningkatkan kualitas Sungai Citarum menjadi sungai yang bersih dalam beberapa tahun ke depan,? tutur Mohamad Hasan. Terkait dengan tema Hari Air Dunia 2014 ?Air dan Energi,? Mohamad Hasan menuturkan bahwa Indonesia memiliki sumber energi yang murah dan renewable yaitu air. ?Potensi sumber air kita dapat menghasilkan tenaga listrik hydropower sebesar 75 ribu megawatt. Sementara yang sudah dimanfaatkan baru sebesar 6 persen saja. Jadi saat ini kita sedang berkoordinasi dengan Bappneas untuk melakukan percepatan pembangunan dan pengembangan hydropower baik dalam skala besar berupa PLTA maupun microhydro supaya potensi air tersebut memberi dukungan pada ketahanan energi di Indonesia,? pungkasnya.

28 April 2014 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Bebas Genangan, Kota Semarang Jadi Kenangan
Bebas Genangan, Kota Semarang Jadi Kenangan

 

Pemandangan rob dan banjir berupa genangan air di beberapa wilayah ini hingga saat ini masih terus menjadi ?momok? warga Kota Semarang. Dimana saat hujan deras hanya beberapa jam saja, kawasan Kota Lama seperti Jalan Tawang, Jalan Ronggowarsito menuju Pelabuhan Tanjung Emas akan tertutup air banjir dan rob.

Serta kawasan Pasar Johar, Jalan Agus Salim, Bundaran Bubakan, Jalan Pattimura akan tergenang. Bahkan, di jalan-jalan protokol tak luput dari genangan. Rob atau banjir air laut adalah banjir yang diakibatkan oleh air laut pasang yang menggenangi daratan. Merupakan permasalahan yang terjadi di daerah yang lebih rendah dari muka air laut.

Di Semarang, rob ini telah terjadi cukup lama dan semakin parah karena terjadi penurunan muka tanah sedang muka air laut meninggi sebagai akibat pemanasan suhu bumi. Dan ditambah dengan penyedotan air tanah sehingga muka tanah turun.

Di wilayah Semarang Utara akibat rob parah dialami warga yang berada di daerah terkena dampak banjir dan rob. Seperti diungkapkan salah satu warga Sami Waskito (50). Rumah yang kini hanya tampak bagian atapnya karena kalah berlomba dengan lantai yang terus ditinggikan itu memaksa Waskito membungkuk saat memasukinya, menerobos lubang pintu yang masih tersisa. Lubang pintu rumahnya itu hanya menyisakan tinggi 60 centimeter, sampai-sampai daun pintu pun tak muat untuk dipasang. Suami Sutati ini mengakui rumahnya sudah "tenggelam" dua meter karena lantainya terus diuruk.

Seperti masyarakat umumnya, Waskito tentu berharap hidup layak di tempat tinggalnya yang dihuninya sejak tahun 1975 lalu di Jalan Cumi-Cumi II A RT 4/RW 4 Bandarharjo, Semarang Utara itu, tetapi karena keterbatasan ekonomi memaksa rumahnya "tenggelam". Meski demikian semangatnya untuk terus bekerja tak pernah padam untuk menghidupi keluarganya sebagai tukang reparasi barang-barang elektronik di lingkungannya.

Pekerjaan itu dilakoni bapak lima orang anak ini selepas ?pensiun? dari pekerjaanya yang dulu sebagai sopir mobil rental. ?Saya mengharapkan mendapatkan bantuan dari pemerintah untuk bisa membangun rumah saya yang hampir tenggelam. Saya hanya selama ini bisa ?menguruk? atau meninggikan lantai dengan tanah,? katanya.

Nelwan akademisi Undip mengatakan, penyebab banjir dan rob di Kota Semarang ini adalah penurunan tanah. Untuk itu, agar tak lagi turun tanah, maka penyebab penurunan tanah adalah menipisnya air dalam tanah. Harus ada pengisian kembali atau yang bisa disebut ground water recharge.

?Pengisian ulang air tanah, mudah dilakukan yakni dengan mengalirkan air ke dalam tanah. Air hujan misalnya, bisa ditampung di suatu tempat lalu dimasukkan ke tanah. Tidak semua air dialirkan melalui saluran dan sungai. Sebagian diantaranya lebih baik diisikan ke dalam tanah,? jelas Nelwan akademisi Undip.

Menurut Nelwan, lapangan Simpanglima sekarang telah berubah menjadi taman, dulunya adalah sawah untuk meresap air hujan, karena asal mula Semarang dari dataran lumpur, yang kemudian hari berkembang pesat menjadi lingkungan maju dan menampakkan diri sebagai kota yang penting. Di masa lalu, ada seorang dari kesultanan Demak bernama Pangeran Made Pandan bersama putranya Raden Pandan Arang, meninggalkan Demak menuju daerah Barat.

Di suatu tempat yang kemudian bernama Pulau Tirang, ia membuka hutan dan mendirikan Pesantren dan menyiarkan agama Islam. Dari waktu ke waktu daerah itu semakin subur, dari sela-sela kesuburan itu muncullah pohon asam yang arang atau bahasa Jawa ?Asem Arang?, sehingga memberikan nama daerah itu menjadi Semarang.

Bagi sastrawan terkemuka Indonesia Pramudya Ananta Toer saat menginjakkan kakinya di Kota Semarang, mengatakan, terhadap Kota Semarang khususnya di Stasiun Tawang yang berada di Kawasan Kota Lama bahwa kolam raksasa atau dikenal Polder Tawang yang dulunya adalah lapangan bola yang ditumbuhi banyak pohon asem di sekelilingnya.

Namun seiring perkembangannya tempat ini disulap menjadi polder untuk menampung air yang menggenangi kawasan Kota Lama setiap musim hujan tiba. Tak hanya di lokasi itu, di ujung jalan Cendrawasih itu sepanjang kiri kanan, adalah Jalan Letnan Jenderal Suprapto yang dulu bernama Heerenstraat atau gentlemantreet. Sejajar dengan jalan itu, di sebelah Selatan adalah Jalan Kepodang yang dulu bernama Hoogendorpstraat yang seluruhnya jalanan di Kota Lama telah dipasangi paving block agar awet, juga merupakan kawasan langganan banjir.

Kawasan Kota Lama adalah aset kota yang berharga, mempunyai ciri khusus dan layak jual dalam koridor turisme. Destinasi ini menjadi magnet pariwisata di Kota Atlas. Kotalama juga disebut sebagai kawasan ?Little Holland?. Betapa sejak dulu Kota Semarang sudah dikenal dengan genangan adalah ?momok? bagi warga dan pelancong yang berlibur di Kota Atlas ini.

Kota Semarang sebagai ibukota Provinsi Jawa Tengah, berada pada posisi berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Kabupaten Demak di timur, Kabupaten Semarang di Selatan dan Kabupaten Kendal di barat. Dengan luas kota 37.366.838 hektare atau 373,67 km2.

Di mana Kota Semarang terdapat 16 Kecamatan dan 117 kelurahan serta dibagi menjadi dua wilayah Barat atau disebut kota bawah dan wilayah Selatan atau disebut kota atas, yang meliputi Candi, Mijen, Gunungpati dan Banyumanik. Sedangkan daerah yang sering terkena terjangan banjir dan rob adalah terletak di kota bawah yaitu Mangkang, Ngaliyan dan Semarang Utara. Sehingga masalah genangan baik banjir dan rob terus tak terpisahkan di Kota Semarang yang sudah muncul sejak tahun 80-an.

Solusi tangani banjir dan Rob

Polder atau rumah pompa total di Kota Semarang yang saat ini ada sekitar 40 titik masih dimaksimalkan. Misalnya, Polder Tawang, Polder Kalibanger, Polder Sugiyono, dan Polder Mberok. Saat ini pembangunan Polder Kalibangger telah mencapai 50 persen rampung.

Paramesthi Iswari perwakilan Belanda proyek Polder Kalibanger/ Representative Hoogheemraadschap van Schieland en de Krimpenerwaard (HHSK), mengatakan total anggaran untuk Polder Rp 84 miliar terdiri atas dari Pemerintah Kota Semarang dan Provinsi serta Pusat.

Iswari menambahkan, pompa Kalibanger nantinya ada empat buah dan satu cadangan, per pompa memiliki kapasitas 1,5 meterkubik/detik sehingga mampu memompa air total 6 meterkubik/detik. Ruang lingkup polder Kalibanger 530 hektare mencakup 10 kelurahan di Kecamatan Semarang Timur, akan menurunkan ketinggian air mencapai 2 meter dari wilayah Banger dari ketinggian muka air saat ini.

Pemerintah Kota Semarang, cukup kewalahan menangani banjir, sampai mendapatkan bantuan dari Jepang, yang dimulai pada 2009 lalu sampai saat ini untuk membangun megaproyek, sebagai antisipasi banjir dan rob dengan melakukan Normalisasi Kali Banjirkanal Barat dan Timur, satu paket dengan Waduk Jatibarang. Selain itu melakukan normalisasi Kali Asin, dan Kali Baru.

Normalisasi Kali Banjirkanal Barat sepanjang 9,2 km dimulai dari Tugu Suharto hingga muara didanai Jepang. Pembangunan ?ini bisa meningkatkan debit air yang semula 300-400 m3/detik menjadi 740m3/detik dari yang seharusnya 970m3/detik. Dengan anggaran Rp 250 miliar berasal dari Japan International Corporation Agency (JICA).

Menteri PU Joko Kirmanto mengatakan, adapun total luas lahan ada sekitar 384 hektare, yang akan digunakan sebagai tempat pembangunan waduk Jatibarang. Ditambahkannya, total anggaran yang dianggarkan guna pembangunan waduk tersebut mencapai Rp 1,6 triliun. Anggaran itu didapat dari hasil pinjaman pemerintah ke JICA Jepang. Selain dana pinjaman dari JICA, pemerintah juga telah menyediakan dana pendamping yang didapat dari APBN.

Sementara itu Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali-Juana Ir. Isprasetya Basuki dalam kesempatan yang sama mengatakan, target pembendungan waduk diharapkan dapat selesai Oktober 2013, sehingga Januari 2014 diharapkan Waduk Jatibarang sudah dapat difungsikan. Pembangunan waduk menjadi salah satu upaya penanganan banjir di daerah Semarang dan sekitarnya. Waduk ini memiliki daya tampung sebesar 2,6 juta m3/detik dan dapat mengurangi debit banjir hingga 170 m3/detik.

Beberapa waktu lalu, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo juga merencanakan akan membangun tembok pengusir rob atau Giant Sea Wall. Pemerintah Provinsi akan mendukung pemerintah kota semarang dalam upaya mengatasi rob dan banjir yang menjadi beban ?politis? Kota Semarang selama ini.

Tak hanya pemerintah para akademisi juga ?urun? solusi untuk mengatasi rob dan banjir di Kota Semarang seperti dari Ikataan Alumni Teknik Sipil (Ikateksi) mengusulkan pembangunan sabuk pantai dibangun di Teluk Semarang terbentang dari Kabupaten Kendal (Kali Bodri/Korowelang)- Kota Semarang-Kabupaten Demak(Kali Wulan) dengan panjang pantai 40,64 km dengan garis pantai 82,45 km, sabuk pantai bisa dibangun sepanjang 71,523 km dengan perkiraan biaya sekitar Rp 7,152 triliun. Sedangkan jika disepakati perkembangan sabuk pantai multifungsi sebagai jalan tol, maka panjangnya 33,29 km dengan perkiraan biaya sebesar Rp 9,501 triliun.

MR Priyanto Ketua Ikatan Alumni Teknik Sipil (Ikapeksi) Undip menuturkan, pemilihan sabuk pantai multifungsi sendiri diyakini lebih ramah lingkungan dan bermanfaat untuk mengurangi kemacetan lalulintas di Kota Semarang. Struktur sabuk pantai yang menggunakan tiang pancang, disamping bisa dimanfaatkan menjadi jalur kendaraan, misalnya jalan tol, hal ini juga bisa mencegah abrasi, banjir dan rob, terutama penurunan tanah.

Apalagi sabuk pantai multifungsi sudah masuk dalam Perda RT-RW Kota Semarang untuk mengatasi banjir dan rob. Jika menggunakan Giant Sea Wall, selain harus mereklamasi pantai dengan pengerukan tanggul, konsep ini juga harus mengupayakan pembebasan tanah warga.

14 April 2014 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Sabuk Pantai Dapat Lampu Hijau
Sabuk Pantai Dapat Lampu Hijau

SEMARANG - Sabuk pantai yang diusulkan Ikatan Alumni Teknik Sipil (Ikateksi) Undip dapat lampu hijau dari Direktur Sungai dan Pantai, Ditjen SDA, Pitoyo Subandrio. Hal itu disampaikan Pitoyo saat pertemuan di Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana, Kamis (13/3). Pada forum yang dihadiri oleh anggota Ikateksi Undip seperti Prof Suripin, Dr Nelwan, Dr Safrudin, dan Ir Sumbogo Pranoto MT serta Kepala BBWS Pemali Juana, Iman Santosa, dan jajarannya, Pitoyo memberi apresiasi pada usulan untuk menangani rob dan banjir di Kota Semarang itu. ?Yang utama, faktor sosial lingkungan dari proyek itu nanti harus diperhatikan. Karena itu, kajian lebih dalam dan komprehensif harus dilakukan,? ujar Pityoyo usai paparan tim Ikateksi. Lebih lanjut, dia mengungkapkan, pihaknya siap mendukung pelaksanaan studi perencanaan sabuk pantai. Dia meminta para ahli dari Undip untuk terlibat langsung dalam studi tersebut. Pitoyo meminta Ikateksi terus menjalin komunikasi dengan BBWS Pemali Juana. Dianggarkan APBN Soal dana untuk pekerjaan itu, Pitoyo mengungkapkan, kebutuhan tersebut bisa dianggarkan dalam APBN. Bahkan dia mengungkapkan, sebenarnya pemerintah pusat memiliki cukup dana untuk menjalankan beberapa proyek penanganan rob dan banjir. Hanya, dukungan dari pemerintah daerah sering kurang. Dia melihat, untuk mengatasi banjir dan rob di Semarang, sabuk pantai harus dijalankan. Proyek yang lain bisa menunggu setelah sabuk pantai jadi. Daerah yang rawan seperti Tambaklorok, menurutnya, bisa didahulukan. Selain mengatasi rob dan banjir, sabuk pantai dinilai bisa mengatasi abrasi, mengurangi penurunan tanah, dan juga mengatasi kemacetan kota jika infrastruktur itu juga dimanfaatkan untuk jalan. Prof Suripin, pada kesempatan tersebut menjelaskan, studi sabuk pantai yang menyeluruh harus dilakukan dari Kaliwungu, Kabupaten Kendal hingga Sayung, Kabupaten Demak. Hal itu mengingat cekungan pantai Kota Semarang juga terpengaruh oleh kondisi lingkungan di sana.

14 Maret 2014 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Tangani Banjir Kali Juwana, PU Bangun Waduk Logung
Tangani Banjir Kali Juwana, PU Bangun Waduk Logung

Kementerian Pekerjaan Umum (PU) segera memulai konstruksi waduk Logung di Kudus, Jawa Tengah (Jateng) pada tahun ini. Waduk ini nantinya dapat mengurangi 10 persen debit air banjir yang masuk ke wilayah sungai Juwana. "Kita bangun waduk Logung, tahun ini bisa dimulai sudah kita anggarkan. Ini akan dapat mengurangi air yang masuk ke sungai Juwana," jelas Wakil Menteri PU, Hermanto Dardak dalam paparannya kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Pekalongan, Jateng pada Selasa (4/2). Dalam ekposenya tersebut, Hermanto Dardak menyampaikan upaya-upaya penanganan tanggap darurat dan upaya mitigasi khususnya yang menjadi tugas Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali-Juwana di Jateng. Turut mendampingi Kepala BBWS Pemali-Juwana, Imam Santoso. Kepala Satuan Non Vertikal Tertentu (SNVT) Pelaksanaan Jaringan Sumber Air BBWS Pemali-Juwana, Budi Priyanto menambahkan, tahap saat ini pembangunan waduk Logung sedang menunggu persetujuan Rancangan Anggaran Biaya (RAB) dari Direktur Jenderal Sumber Daya Air. Persetujuan RAB belum diberikan karena masih difinalisasi aspek geologis pondasi waduk Logung. Biaya pembangunan sendiri diestimasi berkisar Rp500-700 miliar. Proses konstruksi ditargetkan sudah berlangsung sejak Oktober ini. "Masih dilihat dari struktur geologisnya, bila hasilnya pondasi memerlukan treatment, butuh perkuatan maka biaya akan tinggi. Tapi semahal-mahal biaya pembangunan akibat pondasi nilainya tidak lebih dari Rp700 miliar," terang Budi. Dia menambahkan, setelah disetujui RAB akan dilanjutkan proses lelang. Pengerjaan akan berlangsung selama empat tahun anggaran. Pada tahun ini alokasi dana baru sebatas keperluan uang muka pembangunan waduk berkapasitas 20 juta meter kubik tersebut. Normalisasi Kali Sementara itu, Hermanto Dardak juga menuturkan, untuk menangani banjir akibat luapan beberapa sungai di Jateng, Kementerian telah menormalisasi Kali Juwana, Kali Wulan, Kali Pemali dan Kali Comal. " Kali Garang juga sudah kita normalisasi, sekarang kapasitasnya sudah dua kali Kanal Banjir Timur yaitu 740 meter kubik, " jelas Wakil Menteri PU. Hermanto Dardak juga mengatakan, waduk Jatibarang di Kabupaten Semarang siap beroperasi pada Juli. Pada April direncanakan mulai tahapan pengisian waduk. Dengan adanya Jatibarang dapat mereduksi 230 meter kubik debit banjir.

06 Februari 2014 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Pembenahan Saluran Banjir Undaan Mendesak
Pembenahan Saluran Banjir Undaan Mendesak

KUDUS- Keberadaan saluran banjir di Kecamatan Undaan yang dapat mengurangi genangan melalui Sungai Wulan dinilai sudah sangat mendesak.

Selain dapat menyelamatkan hunian sejumlah desa dari banjir, potensi kerusakan sawah petani dapat dikurangi, terutama saat musim penghujan. Kepala Desa Undaan Lor, Kecamatan Undaan, Edy Pranoto mengemukakan hal itu kepada Suara Merdeka, kemarin.

Ditambahkannya, seharusnya di Undaan terdapat sejumlah sarana pengairan seperti itu. ??Tetapi hingga saat ini hanya satu, yakni di depan balai desa.

Saluran itu biasa disebut saluran banjir Juwana 31B ,??katanya. Saluran banjir dapat digunakan untuk mengurangi genangan pada sawah dan permukiman di sejumlah desa, seperti Undaan Lor, Undaan Tengah, Wates, Larikrejo, Karangrowo, dan Ngemplak. Ditegaskannya, itu bukan untuk kepentingan warga Desa Undaan Lor saja.

Beberapa desa di sekitarnya yang lahan sawahnya terendam, juga dapat memanfaatkan sarana itu untuk mengurangi genangan. ??Saat genangan di sebelah timur tinggi, sebagian debit dialirkan ke Sungai Wulan,??tandasnya.

Perbaikan

Tentu saja, itu dapat dilakukan bila debit Sungai Wulan tidak terlalu besar. Bila debit Wulan besar, pintu air di tempat itu akan ditutup. Persoalannya, kondisi saluran banjir saat ini dianggap tidak lagi ideal.

Penyebabnya, karena saluran sangat dangkal, baik karena sedimentasi maupun sampah. Idealnya, untuk membersihkan saluran sepanjang 450 meter menuju ke Sungai Wulan itu harus menggunakan peralatan berat.

Selain itu, akan lebih baik bila sisi kiri dan kanan saluran ditambahkan penguat permanen. Khusus untuk pintu airnya, diharapkan dapat ditinggikan paling tidak sama dengan tanggulnya. Usulan itu sudah beberapa kali disampaikan kepada pihak terkait. Hingga saat ini, pihaknya masih terus menunggu realisasinya.

05 Februari 2014 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
SBY Datang, Jalur Pekalongan Mulus
SBY Datang, Jalur Pekalongan Mulus

PEKALONGAN - Kondisi jalan di sejumlah ruas di Kota Pekalongan dan sekitarnya, Selasa (4/2), mulai mulus. Hal itu terkait kedatangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan rombongan ke kota batik itu. Begitu tiba di Stasiun Pekalongan, Presiden beserta Ibu Negara Ani Yudhoyono langsung meninjau perbaikan jalan yang rusak di Jalan Mayjen S Parman. Meski cuaca tak mendukung, Presiden menyimak paparan Wakil Menteri Pekerjaan Umum Hermanto Dardak.

Presiden meminta proses perbaikan jalur pantura harus cepat selesai. ?Semoga perbaikan dilaksanakan tepat waktu, tidak membawa dampak yang makin buruk bagi masyarakat,? kata Presiden. Saat Presiden datang, proses penyelesaian masih berlangsung. Hermanto menjelaskan, curah hujan dengan intensitas tinggi sejak 17 Januari lalu telah membuat kerusakan di jalur pantura. Dari total panjang jalur di pantura 410 kilometer, sekitar 30 persen atau 130 kilometer mengalami kerusakan seperti ambles atau longsor. Presiden SBY dijadwalkan mengikuti rangkaian kegiatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Gedung Kanzuz Sholawat Habib Luthfiy bin Yahya.

Perbaikan Jalan

Dari pantauan jalan rusak, sekitar 50 lubang ada di jalur pantura Wiradesa, Kabupaten Pekalongan, ditambal oleh tim Bina Marga. Pengawas Lapangan Bina Marga, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) 06 Tegal Pemalang dan Pekalongan, Saudara Simarmata mengatakan, penambalan jalur Pantura baru difokuskan untuk wilayah Wiradesa Pekalongan.

Pengerjaannya dilaksanakan selama dua hari dengan menambal sekitar 50 lubang. Di Pemalang, hasil pantauan Suara Merdeka, jalur Pantura khususnya untuk lingkar utara kerusakannya semakin parah. Lubang yang berada di tengah semakin banyak dan lebar. Untuk malam hari jalur tersebut sangat berbahaya untuk pengendara sepeda motor.

Begitu juga di jalur pantura alas roban semakin dikeluhkan pengguna kendaraan. Karena akibat hujan selama dua minggu dengan intensitas yang tinggi itu, mengakibatkan jalan penuh lubang. Akibatnya jarak tempuh Gringsing-Batang yang biasa 60 menit kini menjadi 120 menit. Semula untuk jarak Jakarta-Surabaya biasa ditempuh dua malam satu hari.

Sepanjang Gringsing-Batang kondisi jalan parah setidaknya ada enam titik. Mulai dari jalan raya Gringsing, Alas Roban-Subah, Clapar-Jrakahpayung-Simbang, Tulis, tikungan sebelah utara Lapangan golf Primatex, Kandeman, sebelah utara Satlantas dalam kota.

05 Februari 2014 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Banjir Kanal Timur Meluap
Banjir Kanal Timur Meluap

Sejumlah wilayah di Kota Semarang kembali tergenang banjir dengan ketinggian permukaan air antara 30 hingga 80 centimeter akibat hujan sejak Senin (3/2) hingga Selasa (4/2) pagi. Bahkan, Sungai Banjir Kanal Timur sempat meluap pada sekitar pukul 03.00 hingga 04.00 WIB sehingga air pun menggenangi rumah warga yang berada di sekitar sungai tersebut, termasuk jalan menuju Rusunawa di Pasar Waru Semarang. Namun, dari pantauan, luapan sungai Banjir Kanal Timur tidak sampai masuk ke rusunawa yang terdiri tujuh blok tersebut, hanya jalan menuju rusunawa yang terendam air luapan sungai itu. Sekarang, banjir akibat luapan sungai Banjir Kanal Timur sudah surut, tetapi lokasi rusunawa justru menjadi tempat pengungsian warga yang rumahnya tergenang banjir, kemudian di sekitar jembatan tersebut juga menjadi lokasi pengugsian penduduk. Daerah-daerah di Semarang yang tergenang banjir selain di kompleks rusunawa tersebut seperti Bubakan, Patimura, Jalan Dr Cipto, jalan Soekarno-Hatta, Barito, kawasan Stadion Citarum, Telogosari, dan Genuk. Tetapi, Rumah Sakit Panti Wiloso di Citarum terbebas dari banjir. Hanya, jalan arteri Soekarno Hatta sempat ditutup warga karena ketinggian air mencapai 80 centimeter. Warga dan petugas keamanan berjaga-jaga di jalan tersebut dan memerintahkan pengguna jalan untuk berbalik arah karena jalan menuju Citarum tergenang banjir. Memang ada beberapa pengguna jalan yang naik sepeda motor nekat menerobos banjir, tetapi ternyata motor yang mereka tumpangi macet sehingga harus? mendorongnya untuk mencari tempat yang tinggi. Kepala Paguyuban Rusunawa Blok C Pasar Waru Semarang Yanto, 55, membenarkan bahwa Sungai Banjir Kanal Timur meluap pada Selasa pagi antara pukul 03.00 hingga 04.00 WIB sehingga banyak penduduk yang rumahnya tergenang air mengungsi ke Rusunawa itu. Kini banjir sungai itu sudah surut, tetapi warga masih mengungsi ke Rusunawa dan di jembatan sungai Banjir Kanal Timur.

04 Februari 2014 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Banjir di Jawa Tengah Tutup Akses Jalan Nasional
Banjir di Jawa Tengah Tutup Akses Jalan Nasional

Semarang:Banjir di Jawa Tengah telah menutup akses jalan nasional, tepatnya di jalan pantai utara yang menghubungkan Kabupaten Kudus dan Pati. Akses jalan itu tertutup genangan air di kawasan Jekulo Kabupaten Kudus sehingga menghambat kendaraan yang lewat.

"Selain di situ, akses Jepara ke Demak di Welahan juga macet total," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jawa Tengah, Sarwa Permana, Selasa, 21 Januari 2014.

Banjir yang mengganggu fasilitas publik itu terus meluas hingga membuat ribuan warga di kawasan Jepara, Kudus, dan Pati dievakuasi. Di Kudus, warga yang mengungsi hingga 1.900 jiwa.

Menurut Sarwa, banjir di Jepara akibat tanggul Sungai Wulan yang jebol sepanjang 10 meter. Kodisi itu menyebabkan kawasan Kecamatan Tahunan dan Pecangaan terendam. Selain banjir, luapan air juga memutus akses jalan antara Kabupaten Jepara dan Demak. Sedangkan di Kabupaten Kudus titik banjir di Kecamatan Jekulo memutuskan akses jalan nasional yang menghubungkan Kabupaten Pati.

Ia menduga meluasnya banjir di kawasan pantai utara itu akibat kondisi tanggul sungai yang kritis. Kondisi itu membuat Badan Penanggulangan Bencana Daerah segera berkoordinasi dengan dinas pengelolaan sumber daya air dan mineral. "Harus ada penanganan darurat sebelum terus meluas dan menimpa perkampungan," katanya.

Luasan banjir yang terus melanda di Jawa Tengah itu membuat Badan Search And Rescue Nasional wilayah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta terus memobilitas relawan untuk mengevakuasi korban. Sejumlah relawan yang sebelumnya ditempatkan di Kabupaten Batang dan Pekalongan mulai Senin dan Selasa kemarin dikirim di Jepara, Kudus, dan Pati.

22 Januari 2014 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Banjir Kian Tinggi dan Meluas
Banjir Kian Tinggi dan Meluas

PATI - Genangan air yang me?ngakibatkan banjir kian bertambah tinggi dan meluas. Hal itu seiring dengan tingginya curah hujan yang terus mengguyur hingga kemarin. Selain itu juga diakibatkan diberlakukannya sistem buka tutup Dam Pengendali Wilalung, di Desa Kali?rejo, Kecamatan Undaan, Kudus. Jumlah wilayah yang terkena ge?nang?an juga tak jauh berbeda, ter?utama di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Juwana.

Koordinator Tanggap Bencana dan Tim SAR BPBD Kabupaten Pati, Tiknya, mengatakan, hingga Senin (20/1), genangan air akibat me?luapnya alur Kali Tus atau Ju?wana (JU) II sudah limpas dan me?masuki halaman rumah warga di Dukuh Kasiyan Tempel, Desa Ka?siyan, Kecamatan Sukolilo. Ke?tinggian air rata-rata mencapai 40 centimeter.

Hal sama juga terjadi di Ke?camatan Gabus, sebanyak lima de?sa juga sudah tergenang akibat meluapnya alur Kali Juwana (JU) I. Ketinggian air antara 60-100 centimeter terjadi di Desa Kosekan, Tanjang, Babalan, Banjarsari, dan Mintobasuki.

Adapun di Kecamatan Jakenan, limpasan alur kali yang sama sudah memasuki permukiman warga di Desa Ngastorejo, Karangrowo, dan Glonggong. Genangan khusus desa yang disebut terakhir, adalah akibat tingginya curah hujan di kawasan Pegunungan Kendeng utara, sehingga gelontoran air dari Kali Kedunglo pun meningkat.

Ketinggian air yang menggenangi desa kawasan hilir, di Glonggong, mencapai 50 centimeter. Ketinggian tersebut diperkirakan akan terus bertambah. Di Kecamatan Kota Pati, banjir untuk kali ketiga dalam satu bulan terakhir terjadi di Dukuh Cangkring, Desa Widorokandang, dan Sino?man dengan ketinggian air rata-rata mencapai 80-100 centimeter.

Untuk Kecamatan Juwana, me?limpasnya luapan air Kali Ju?wana juga terjadi di Desa Doro?payung yang sepanjang tepi alur kali itu banyak dihuni warga. "Ka?rena ketinggian air rata-rata sudah mencapai 160 cm, maka sebanyak 100 warga terpaksa harus diungsi?kan di balai desa setempat," ujarnya.

Mengungsi

Di sisi lain, kata Tiknya, banjir aki?bat tingginya curah hujan di ka?wasan sisi timur dan utara Lereng Muria juga menggenangi sejumlah desa di wilayah Kecamatan Du?ku?hseti, Pati. Yakni, Puncel, Kem?bang, Dukuhseti, Alasdowo, Dum?pil, dan Ngagel, dengan ketinggian air rata-rata mencapai 60 centimeter.

Akibatnya, 100 lebih warga di Desa Ngagel harus mengungsi di rumah tetangga yang masih aman dari genangan. Di wilayah itu ketinggian air mencapai 120 centimeter. Mereka yang mengungsi ada?lah warga RT 1-6, RW 4. Bantuan logistik berupa bahan makanan sangat diperlukan. Warga sudah meninggalkan rumah sejak Ming?gu (19/1) dini hari.

Selain itu, banjir juga terjadi di Desa Margomulyo, Kecamatan Tayu dengan ketinggian air mencapai 45 centimeter. Adapun di Desa Langgenharjo, Kecamatan Margo?yoso, untuk kali kedua banjir terjadi di permukiman warga dengan ke?tinggian air mencapai 60 centimeter.

21 Januari 2014 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Jalur Putus, Bantuan Logistik Terjebak di Welahan
Jalur Putus, Bantuan Logistik Terjebak di Welahan

SEMARANG - Jalur Semarang-Jepara melalui Welahan, Selasa (21/1) siang lumpuh total menyusul banjir yang terimbas dari parahnya banjir di Jepara dimana permukaan air sudah mencapai leher orang dewasa. Sehingga memutus semua bantuan logistik korban banjir Jepara. Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPB) Jateng Sarwa Pramana yang mengawal logistik mengaku terjebak di Welahan. "Kondisi akses ke Jepara airnya sudah meluap, sehingga saya minta Dishub Provinsi untuk menutup akses ke Walahan mulai dari Trengguli Demak," katanya, saat dihubungi melalui telepon. Bebarapa sungai yang berada di wilayah Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali-Juwana meluap sehingga untuk kesekian kalinya memutus semua komunikasi antara Semarang ke Jepara, maupun Kudus ke Jepara. Karena semuanya lumpuh, menurut Sarwa, sangat diharapkan kerja sama antarstakeholder yakni Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Provinsi dan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali-Juwana untuk segera bertindak. "Saya betul-betul memohon dengan sangat agar para stakeholder bertindak segera mungkin, karena kondisi sudah sangat parah," katanya.

21 Januari 2014 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Pati Kembali Dilanda Banjir
Pati Kembali Dilanda Banjir

PATI - Banjir akibat sejumlah alur sungai meluap, sejak Sabtu (18/1) malam lalu menggenangi sejumlah desa di beberapa kecamatan di Kabupaten Pati. Sedangkan alur Kali Juwana yang berhulu di Dam Pengendali Wilalung, Desa Kalirejo, Kecamatan Undaan, Kudus juga melimpas memasuki perkampungan warga.

Salah satu di antara pemukiman itu, adalah Dukuh Karangkedempel dan Biteng, Desa Banjarsari, Kecamatan Gabus. Ketinggian genangan berkisar 60 cm hingga semeter sejak Sabtu malam sekitar pukul 22.00 mulai mengurung 136 rumah warga di Dukuh Biteng.

Naiknya genangan air, kata Kepala Desa (Kades) setempat, Edy, terjadi hingga Minggu (19/1) kemarin, sekitar pukul 10.00. Bahkan sudah ada rumah warga yang kemasukan air. Karena itu, pihaknya langsung menghubungi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pati agar dikirim tenda pasukan untuk para pengungsi dari Biteng.

Sebab, fasilitas tempat pengungsian yang dibangun pemerintah melalui Dinas Ciptakarya Jateng beberapa tahun lalu, tidak cukup untuk menampung warga dukuh tersebut. Selain itu, kendaraan bermotor milik warga juga membutuhkan tempat tersendiri, karena tidak mungkin ditinggal dalam rumah yang mulai kemasukan air.

Harapannya, jika cuaca cerah atau hujan tidak turun secara terus menerus selama beberapa hari terakhir ini, air tentu akan bisa cepat surut. Akan tetapi yang menjadi masalah, untuk Dukuh Biteng selain harus menerima limpasan air Kali Juwana juga ditambah gelontoran air dari kawasan Pegunungan Kendeng utara yang juga membuang airnya ke Kali Juwana.

Akibatnya, saat kali pertama terjadi limpasan air pada Sabtu malam tidak hanya lingkungan permukiman dan akses jalan yang tergenang. ''Tetapi, sebagian areal persawahan petani seluas 45 dari 90 hektare yang terdapat tanaman padi mulai berbulir juga tergenang air,'' ujarnya.

Ketiga

Dandim 0718 Pati, Letkol Inf Heri Setiono mengatakan, sejak pukul 07.00 pihaknya sudah memantau langsung ke lapangan atas limpasnya alur Kali Juwana. Air limpasan sudah memasuki halaman rumah warga dengan ketinggian rata-rata sampai lutut orang dewasa, seperti di Desa Tluwah, Jepuro, dan Doropayung, Kecamatan Juwana.

Banjir juga kembali menggenangi permukiman warga, di Dukuh Cangkring, Desa Widorokandang, Kecamatan Kota Pati, untuk kali yang ketiga sejak Desember 2013. Banjir terjadi akibat meluapnya alur Kali Simo dan Kali Bapoh, sehingga hal sama juga dialami warga Desa Sinoman, kecamatan setempat.

Selain 170 rumah warga dukuh setempat, genangan air juga kembali terjadi di areal persawahan yang rata-rata terdapat tanaman padi muda. ''Karena itu, langkah mendesak adalah sebagaimana yang sudah diprogramkan Bupati Pati, kedua alur kali itu harus segera dinormalisasi.''

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pati, Sudjono mengatakan, pihaknya kini sudah menerjunkan tim SAR dan para relawan tanggap bencana. Sebab, banjir juga terjadi di Desa Puncel dan Alasdowo, Kecamatan Dukuhseti, serta Desa Langgenharjo, Kecamatan Margoyoso.

Tentang data areal persawahan dan tambak milik warga, kini masih didata . ''Sebagai antisipasi kondisi darurat, Pemkab Pati juga sudah mengalokasikan bantuan pangan ke beberapa desa, termasuk di Dukuh Biteng, Desa Banjarsari, Kecamatan Gabus.''

Bupati Pati, Haryanto juga meminta warga yang terkena musibah banjir untuk meningkatkan kesabarannya, karena upaya yang dilakukan pihaknya tetap berkelanjutan, seperti menormalisasi alur Kali Juwana maupun Kali Tus atau Juwana (JU) II. Tahun ini juga tengah dipersiapkan normalisasi lanjutan, termasuk menormalisasi Kali Simo.

Akan tetapi, Allah SWT berkehendak lain, karena melalui kekuatan alam Pati tetap diberi banjir. ''Hal tersebut harus menyadarkan kita, manusia harus selalu ramah kepada alam, dan tak bisa berlaku semena-mena yang mengarah pada perusakan,'' tandasnya.

20 Januari 2014 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Waduk Cacaban Harus Selalu Dirawat
Waduk Cacaban Harus Selalu Dirawat

Usai melantik bupati dan wakil bupati Enthus Susmono-Dra Hj Umi Azizah, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo meninjau waduk Cacaban di Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Tegal.

Di sana, Ganjar sempat berbincang dengan warga sekitar perihal mata pencaharian masyarakat di sekitar waduk. Ganjar meminta, waduk yang pertama kali dibangun setelah era kemerdekaan oleh Presiden RI Ir Soekarno itu, harus dirawat. "Masyarakat dan semua pihak harus ikut merawat waduk Cacaban ini," pinta Ganjar.

Menurut Ganjar, air waduk itu telah memberi manfaat bagi banyak orang, seperti irigasi, pengendali banjir, dan untuk kelancaran industri pabrik gula. "Waduk ini manfaatnya besar sekali ketika musim kemarau. Sebab, airnya bisa untuk irigasi pertanian," cetusnya.

Ganjar juga meminta kepada bupati Enthus Susmono untuk ikut merawat infrastruktur. Termasuk upaya penegakan hukum jika ada pihak-pihak yang secara sengaja merusak infrastruktur.

Kepala Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Jateng, Prasetyo Budi Yuwono mengemukakan, saat ini, volume waduk Cacaban mencukupi untuk kebutuhan air para petani. Meski demikian, saat ini, tengah dilakukan perbaikan pipa pengatur air. "Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana sedang melakukan perbaikan pipa tersebut. Pipa didatangkan dari Jerman,"ujarnya.

Dalam kesempatan itu, turut pula Sekda Haron Bagas Prakosa, Kepala Bappeda, Suharmanto, Kepala DPU Ir Sudaryono MT serta sejumlah pejabat di lingkungan pemprov maupun pemkab.

09 Januari 2014 Selengkapnya