Please ensure Javascript is enabled for purposes of website accessibility

© 2025 Balai Besar Wilayah Sungai Pemali - Juana.

Berita Terkini & Pengumuman

Berita Terkini & Pengumuman
Air Waduk Tempuran Dipertahankan Minimal Kedalaman 2,5 Meter
Air Waduk Tempuran Dipertahankan Minimal Kedalaman 2,5 Meter

Keberadaan air di Waduk Tempuran di Kecamatan Blora dan Waduk Greneng di Kecamatan Tunjungan akan tetap dipertahankan saat musim kemarau. Itu dilakukan agar dua waduk terbesar di Blora itu tidak mengalami kerusakan. Air waduk dipertahankan minimal pada kedalaman 2,5 meter.

Koordinator Lapangan (Korlap) Waduk Tempuran dan Greneng Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Jateng Sutrisno mengemukakan volume air di kedua waduk terbesar di Blora itu harus tetap terjaga dengan baik. Bahkan menurutnya, dalam kondisi puncak musim kemarau, air di waduk tersebut harus tetap ada, meski pasokan air ke dalam waktu sangat minim. Kedalaman air di waduk itupun minimal 2,5 meter.

??Kalau sampai airnya kering, itu akan merusak badan waduk. Waduk menjadi pecah-pecah. Karena itu air di waduk harus dipertahankan terus,?? ujarnya Sabtu (9/8).

Berbeda dengan Waduk Greneng yang airnya hanya digunakan untuk irigasi pertanian, air di Waduk Tempuran dipakai pula sebagai air baku PDAM. Beberapa kali di tahun-tahun sebelumnya air di Waduk Tempuran sempat kering saat musim kemarau.

Menurut Sutrisno, keringnya air di Waduk Tempuran diupayakan jangan sampai terjadi lagi. Kerena itu penggunaan air harus diatur sedemikian rupa sehingga ketersediaan air waduk tetap terjaga. ??Penggunaan air harus seizin PSDA Jateng. Kami koordinasikan dengan para petani sebagai pengguna air dan pihak terkait lainnya,?? katanya.

Pengaturan itu dilakukan karena debit air di waduk Greneng dan Tempuran mulai berkurang seiring datangnya musim kemarau. Pasokan air ke kedua waduk tersebut sebagian besar berasal dari air hujan. Sedangkan sebagian lainnya memanfaatkan air dari beberapa sungai kecil yang bermuara di waduk.

Penurunan debit atapun volume air mulai terjadi 1 Juni. Hanya saja naik lagi seiring hujan yang mengguyur Blora beberapa kali pada bulan Juli. Namun kemudian berkurang lagi karena minimnya pasokan air dan hujan tak lagi turun.

 

Sumber : SuaraMerdeka.Com

09 Agustus 2014 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Embung Rp 2,3 Miliar Dibangun di Kragan Rembang
Embung Rp 2,3 Miliar Dibangun di Kragan Rembang

Embung senilai lebih dari Rp 2,3 miliar saat ini tengah dibangun di Desa Sumurpule Kecamatan Kragan Rembang. Pembangunan embung yang berdiri diatas tanah desa seluas 1,5 hektare itu dibiayai dari dana APBN Kementerian Pekerjaan Umum tahun anggaran 2014 dengan target pengerjaan 210 hari.

Kepala Desa Sumurpule, Maskhuri mengatakan, keberadaan embung di desanya diharapkan akan menjadi salah sau solusi petani saat musim kemarau datang. Sebab, selama ini, petani dihantui gagal panen ketika hujan lama tidak turun.

Maskhuri optimisitis, keberadaan embung di desanya akan membuat petani juga bisa bercocok-tanam meskipun kemerau panjang datang. Berdasarkan data desa, sedikitnya terdapat seratus petani yang memiliki lahan di sekitar lokasi calon embung.

"Saat musim tanam kemarin, sempat ada sejumlah petani yang gagal panen. Di desa kami memang keberadaan air cukup sulit saat hujan tak mengguyur," terang dia.

Menurut Maskhuri, air embung nanti akan mengandalkan tadah hujan saat musim penghujan. Selain itu, dua sungai yang terdapat di sekitar embung rencananya juga akan dialirkan disana.

"Soal sistem pengaturan pemanfaatan air embung akan kami bentuk kepengurusan supaya lebih mudah pengaturannya dan tidak terjadi tumpang tindih dengan urusan desa. Untuk pengurus tentu yang lebih tepat adalah petani pemanfaat," tandasnya.

Ia juga memastikan, meskipun berdiri diatas tanah desa berupa bengkok eks Sekdes, namun sejauh ini tidak ada kendala apapun. Sebab penggunaan tanah tersebut menurutnya sudah melalui musyawarah desa.

"Terkait status lahan yang bekas bengkok eks Sekdes, hal itu tidak menjadi masalah. Warga mendukung dan hal itu juga sudah dibuatkan aturan melalui Perdes," tegas dia.

08 Agustus 2014 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Pantura Timur Lumpuh
Pantura Timur Lumpuh

KUDUS - Bencana alam banjir dan tanah longsor melanda wilayah Kudus, Jepara, dan Pati. Jalur pantura di Kudus putus total karena terendam hingga satu meter.

Jalur Jepara - Kudus, Jepara - (Demak) Semarang, dan Pati - Grobogan, semalam juga terputus karena tergenang air dengan ketinggian hingga 1,5 meter.

Sementara tanah longsor di Rahtawu, Kecamatan Gebog, Kudus, kembali terjadi dengan tingkat yang jauh lebih besar. Akibat longsoran, akses ke Rahtawu terputus total.

Dua rumah warga Dukuh Semliro, Rahtawu, yakni Kedi dan Sumi, hilang karena hanyut ditelan longsoran. Empat rumah lainnya di dukuh yang sama mengalami rusak berat.

Sementara itu rumah Sumirah di Dukuh Sanggrahan, Desa Sukolilo, Kecamatan Sukolilo, Pati, roboh diterjang banjir. Semalam, tim SAR dibantu para relawan masih melakukan evakuasi para korban banjir di Kudus.

Dilaporkan, hingga pukul 21.00 kemarin, sudah ada 900 jiwa korban banjir di Kudus yang diungsikan ke tempat aman. Begitu pula di Jepara dan Pati, evakuasi masih terus dilangsungkan.

Kudus Meluas

Menurut pantauan Suara Merdeka, jalur pantura di Kudus yang terputus total terdapat di dekat terminal induk bus Jatiwetan serta mulai Desa Ngembalrejo ? perempatan Krang (Km 6 - Km 12). Genangan di ruas Ngembalrejo yang tertinggi dalam kisaran satu meter.

Banjir juga semakin meluas di sejumlah desa di Kecamatan Jati, Undaan, Mejobo, yang pada kemarin sore hingga pukul 17.00 masih aman. Sungai Gelis yang masuk di Desa Jatikulon, Kecamatan Jati, meluap dan limpas, sehingga merendam rumah penduduk.

Ada pun bencana tanah longsor yang menutup total satusatunya ruas jalan akses ke Rahtawu, terjadi semalam pukul 20.00. Kendaraan roda dua pun tidak bisa lewat. ?Jalan tertutup material longsoran sepanjang sekitar 30 meter dan ketinggiannya dari dua meter hingga tiga meter,? kata Sutrisno Kr, mantan kades Ratawu.

Dua rumah warga di Dukuh Semliro, yakni milik Kedi dan Sumi yang dihuni 11 jiwa hilang tak berbekas. Empat rumah milik warga lainnya rusak berat, dan jembatan Kedung Gong yang terdapat sekitar 1,5 Km dari balai desa juga putus, sehingga Semliro terisolasi dari Rahtawu.

Tanggul Jebol

Dari Jepara dilaporkan, ketinggi air di jalan raya depan Kantor Kecamatan Mayong mencapai 1,5 meter, sehingga tidak ada kendaraan yang berani melintas. ?Tanggul Sungai Mayong jebol di beberapa titik. Sejak sore Kantor Kecamatan terendam air, dan semakin malam semakin tinggi,? uajr Camat Mayong, Agus Bambang Lelono dihubungi Selasa (21/1) malam.

Jebolnya tanggul sungai yang membelah antara Kecamatan Mayong-dan Kecamatan Nalumsari itu menggenangi bangunan dan rumah warga di sejumlah desa. ?Yang paling parah, di Desa Paren. Sekarang ini ketinggian air sudah mencapai 3,5 meter mencapai atap rumah,? ujar Bambang.

Air juga menggenangi jalan raya di Desa Pelang, Mayong. Kendaraan pun tidak bisa melintas. Warga juga mengabarkan, ketinggian air di jalur penghubung Kecamatan MayongKecamatan Welahan di Ketileng, mencapai setinggi dada orang dewasa.

Jalur transportasi Jepara-Semarang melalu Welahan-Mijen juga terputus, akibat jebolnya tanggul Sungai Wulan. Banyak kendaraan yang terjebak banjir, termasuk truk kontainer. ?Sejak jam enam hingga jam sembilan ini, air masih tinggi,? ujar guru SD Karanganyar, Welahan, Suparjo, ?yang juga anggota Radio Komunikasi Antar Penduduk (RAPI) Jepara. Walau secara umum warga masih memilih bertahan di desanya, namun ada juga yang memilih mengungsi. ?Air semakin tinggi, kami mengungsi. Apalagi kami punya anak kecil,? ujar Sulis, warga Desa Gilangelo, Welahan, jepara.

Jakarta Meluas

Sementara itu hujan deras yang mengguyur di wilayah DKI Jakarta menyebabkan banjir meluas ke berbagai wilayah Ibu Kota. Di lokasi yang sudah terkena banjir, di lima wilayah Jakarta (Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Pusat, Barat dan Utarared) ketinggian airnya meningkat drastis. Seperti di Kampung Pulo Jakarta Timur yang beberapa hari lalu ketinggian air mencapai 1,5 meter, kini bahkan mencapai tiga meter. Warga yang semula bisa bertahan di lantai dua rumah mereka, kini juga minta dievakuasi setelah air semakin tinggi. Di Jalan TB Simatupang, Kampung Rawajati, Jakarta Selatan juga meningkat dari satu meter hingga 1,5 hingga dua meter. Sementara itu daerah yang sebelumnya tidak terendam air, kemarin mengalami hal tersebut.

Jalan-jalan protokol seperti Jalan MT Haryono, Jalan DI Panjaitan hingga sebagian Jalan Gatot Subroto, kemarin terdapat genangan air setinggi 20- 30 cm.

Akibat banjir ini, Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Taufik Yudi Mulyanto telah meliburkan 115 sekolah di lima wilayah DKI, yang terkena banjir. Hal yang sama juga dilakukan oleh Dinas Kesehatan yang terpaksa menutup 17 Puskesmas. Penutupan tersebut menurut Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Dien Emmawat, tidak berarti tidak ada petugas. ?Para petugas kami berada ke posko pengungsian terdekat karena ini kan hari kerja, dan banyak sekali warga yang membutuhkan pertolongan,? kata Dien.

Gubernur DKI Joko Widodo menegaskan kali ini tidak ada toleransi lagi kepada warga yang tinggal di bantaran sungai Ciliwung dan sungai sekitarnya yang dari tahun ke tahun selalu menjadi korban banjir.

?Keadaan sudah parah seperti ini, ya kita sudah tidak ada kompromi lagi. Pemukiman yang ada di kanan-kiri sungai harus tidak ada lagi. Kita tidak bisa membiarkan kondisi seperti ini terjadi tiap tahun, dan korbannya warga yang tinggal di bantaran sungai yang itu membahayakan jiwa mereka,? kata Jokowi

Berdasarkan informasi, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mulai tanggal 14 hingga 21 Januari 2014 tercatat sebanyak 134.662 jiwa warga DKI yang menjadi korban langsung. 12 orang di antaranya meninggal dunia. Para korban berasal dari 34 Kecamatan, 10 Kelurahan, 444 RW, 1.227 RT, serta 38.672 Kepala Keluarga di lima wilayah DKI Jakarta.

Dampak banjir yang menggenangi wilayah DKI pada tahun lalu dinilai masih lebih besar dibandingkan kondisi serupa pada saat ini. Penilaian itu dilakukan berdasarkan jumlah warga terdampak. ?Dibandingkan banjir pada Januari 2013, banjir Januari 2014 hingga kini lebih kecil luas dan dampaknya. Pada Januari 2013 banjir menyebabkan 83.930 jiwa mengungsi di 307 titik,? kata Jubir BNPB, Sutopo Purwo Nugroho.

Hingga saat ini, tambahnya, banjir masih menggenangi beberapa wilayah di Jakarta. Kendati demikian semua sungai mengalami penurunan debit sehingga banjir mulai surut.

22 Juli 2014 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Rawan Erosi, Tanggul Sungai Jragung Dibronjong
Rawan Erosi, Tanggul Sungai Jragung Dibronjong

Tanggul Sungai Jragung yang jebol mendapat penanganan. Tanggul sepanjang 400 meter itu diperbaiki dengan membangun bronjong di titik longsor. Kepala Desa Jragung, Edi Susanto mengatakan, titik tanggul yang jebol ini berada di Dukuh Krajan dan Dukuh Gablok. Gerusan arus sungai menyebabkan tanggul tersebut berulang kali diterjang erosi. ??19 KK warga Dukuh Krajan yang berada di bantaran sungai sudah pindah, karena rumahnya rusak terkena erosi sungai,?? katanya, Minggu (13/7). Sedangkan di Dukuh Gablok, lanjutnya, ada dua rumah yang terdampak erosi. Bronjong sepanjang 400 meter itu untuk menahan tanggul agar tidak terjadi longsor susulan. Proyek pembangunan bronjong ini di bawah tanggung jawab Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS)? Pemali Juwana. Adapun anggarannya sebesar Rp 4,6 miliar untuk bantaran sungai di dekat pemukiman Dukuh Krajan 1,2 dan Dukuh Gablok. Proyek fisik itu sudah berlangsung Mei lalu dan ditargetkan selesai pada Juli. Menurutnya, bantaran Sungai Jragung itu rawan erosi. Terlebih saat arus sungai deras. Pembangunan bronjong sendiri, bertujuan mengalihkan arus sungai agar luasan kerusakan akibat erosi itu tidak meluas. Terpisah, Wakil Ketua Komisi C Nurullah Yasin mengatakan, kondisi infrastruktur warga desa yang bermukim di sepanjang aliran Sungai Jragung terbilang masih minim. Tidak hanya Dukuh Krajan, tapi juga Desa Pungkruk. Nurullah bersama sejumlah anggota Komisi C pernah meninjau lokasi Dusun Pungkruk dan menyaksikan sendiri, bagaimana perjuangan keras warga menyeberangi sungai lantaran belum adanya jembatan. ??Kami sangat prihatin dengan kondisi warga setempat yang bertaruh nyawa ketika banjir. Kedalaman sungai bisa mencapai empat meter,?? imbuhnya.

14 Juli 2014 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Warga Kaligawe Berharap Pemerintah Selesaikan Permasalahan Rob
Warga Kaligawe Berharap Pemerintah Selesaikan Permasalahan Rob

Banjir rob kembali menggenangi sepanjang ruas jalan Kaligawe Semarang, tepatnya di dekat Pom bensin kaligawe hingga depan pusat oleh-oleh Kampoeng Semarang, tinggi genangan rob mencapai 15-20 sentimeter atau setinggi betis orang dewasa. Dari pantauan, Senin (30/6) siang, genangan rob mulai melanda kawasan ini, air keluar dari lubang-lubang saluran, sehingga keluar mengalr ke badan jalan. Pengendara motor dan mobil yang melintas terpaksa melambatkan laju kendaraannya, beberapa pengendara sepeda motor terpaksa menuntun kendaraannya yang mati, mereka nampak kesulitan menghidupkan kembali motornya di pinggir jalan. Menurut warga, meskipun hujan sudah jarang mengguyur, tetap kawasan tersebut tergenang banjir hampir setiap hari, "Hampir setiap hari, terutama saat siang hari, kemarin tidak, tapi hari-hari sebelumnya kalau siang banjir terus, ini juga banjir," kata Halim, warga setempat. Padatnya volume kendaraan juga membuat arus lalu lintas di sepanjang jalan tersebut tersendat, sehingga antrean kendaraan mengular hingga ratusan meter sampai perlintasan kereta api. Warga berharap, pemerintah kota segera menyelesaikan persoalan banjir rob di kaligawe karena mereka sudah bosan dengan rutintas yang selalu diwarnai dengan genangan air.   Sumber : SuaraMerdeka.Com

01 Juli 2014 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Logung Skenario Kurangi Potensi Banjir
Logung Skenario Kurangi Potensi Banjir

Pembangunan waduk Logung sebagai upaya mengurangi potensi banjir di sejumlah wilayah Kota Kretek diupayakan dapat dimulai tahun ini. Sarana pengairan yang sudah dirintis sejak tahun 1970-an itu dianggap sebagai skenario terbaik untuk mereduksi genangan banjir saat penghujan sekaligus memasok air baku dan irigasi ketika kemarau. Kepala Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Serang Lusi Juwana (BPSDA Seluna), Novianto, mengemukakan hal tersebut, Jumat (27/6). Ditambahkannya, persiapan pembangunan waduk Logung di perbatasan Desa Tanjungrejo, Kecamatan Jekulo dan Desa Kandangmas, Kecamatan Dawe, saat ini masih terus dilakukan. "Salah satunya, persiapan tender Logung," ungkapnya. Bila sesuai dengan rencana awal, tender akan dilakukan pada bulan Juli mendatang. Selanjutnya, rangkaian proses akan dilakukan hingga waduk Logung dapat benar-benar terwujud dan dimanfaatkan. Terlepas dari pro dan kontra yang muncul selama ini, dia menilai pembangunan waduk Logung di perbatasan Desa Kandangmas, Kecamatan Dawe dan Desa Tanjungrejo, Kecamatan Jekulo diharapkan dapat dipandang sebagai salah satu skenario besar mengurangi potensi banjir akibat kiriman debit dari lereng Gunung Muria. Tidak hanya itu, sarana pengairan tersebut juga memberi manfaat lainnya berupa pengembangan usaha pertanian, perikanan, pariwisata dan juga menyuplai sumber air baku untuk publik. "Manfaat Logung untuk mereduksi potensi banjir sangat penting," jelasnya. Sebelumnya, Kadinas Pertanian Perikanan dan Kehutanan, Budi Santoso menyatakan beberapa area pertanian di Kecamatan Mejobo, Jekulo serta Undaan sejak beberapa tahun terakhir selalu menjadi langganan banjir ketika musim penghujan. Kondisi seperti itu tidak hanya mengganggu proses tanam tetapi juga sangat berpeluang untuk menggagalkannya. Sebaliknya, saat kemarau kawasan pertanian di lokasi tersebut seringkali kesulitan mendapatkan air. Lahan tidur di sebagian tempat juga akan dapat dihidupkan lagi. "Kami berharap agar Logung dapat mengatasi persoalan tersebut," ungkapnya.   Sumber : SuaraMerdeka.Com

27 Juni 2014 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Penataan DAS Diatur dalam Perda
Penataan DAS Diatur dalam Perda

Sebanyak 28 daerah aliran sungai (DAS) dari 192 DAS di Jawa Tengah telah beralih fungsi dari kondisi semula. Pemerintah provinsi (Pemprov) Jateng akan menata kembali sekitar DAS guna mencegah kerusakan di wilayah hulu. "Butuh penanganan serius. Karena itu area sungai perlu diatur dalam peraturan daerah (Perda), sebab tingkat gradasi di hulu sudah buruk," kata Pelaksana Tugas Sekda Jateng Sri Puryono. Penataan DAS menjadi langkah awal untuk melestarikan ekosistem. Sebelum terlanjur parah, Perda yang mengatur kewajiban pemerintah, masyarakat, dan pihak ketiga harus disusun. "Kami berharap pengaturan DAS bukan hanyakerja sama antar kabupaten tapi juga antar provinsi. Seperti DAS Bengawan Solo yang hilirnya sampai di Gresik, Jawa Timur. Mestinya Gresik memberikan kontribusi untuk Kabupaten Wonogiri sebagai daerah hulu," ujarnya. Dikatakan, DAS yang kritis diantaranya ada di Banyumas, hulu Bengawan Solo yang dampaknya sampai di Waduk Gajahmungkur, Dieng yang ujungnya di Waduk Sudirman Banjarnegara, dan daerah Muria. DAS kritis tersebut perlu direhabilitasi. "Rehabilitasi dapat dilakukan dengan upaya vegetatif yakni menanam pohon, dan perlu membuat bangunan bendungan seperti dam pengendali atau penahan tebing," tuturnya. Kalau bisa ditertibkan ada penataan das ada ekosistem, baku mutu, masyarakat yang ada disitu, sehingga semua bisa mendukung untuk mendayagunakan yang lebih baik kalau kemudian bicara banjir dan kekeringan sebagai alat kontrol das DAS dapat menjadi kontrol untuk mengatasi kekeringan dan banjir yang terjadi di daerah hilir. Tanpa penanganan serius akan terjadi kerusakan pada daerah hulu seperti cepatnya sedimentasi dan perubahan fungsi karena ditumpangi kegiatan ekonomi pertanian. Akibatnya saat hujan terjadi banjir, dan ketika kemarau terjadi kekeringan. Sumber : SuaraMerdeka.Com

20 Juni 2014 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Pemantauan Elevasi Jatibarang Selesai Agustus
Pemantauan Elevasi Jatibarang Selesai Agustus

Pemantauan debit dan elevasi air di Waduk Jatibarang yang sampai saat ini terus dilakukan oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali - Juwana, diperkirakan akan selesai pada bulan Agustus 2014. Pemantauan ini menurut Dodhy Indrawirawan, Konsultan Supervisi Pembangunan Waduk Jatibarang, Jumat (13/6) untuk melihat karakter Waduk Jatibarang di kemudian hari, sehingga pihaknya akan melakukan evaluasi. Maka untuk saat ini BBWS Pemali - Juwana selaku pengangungjawab Waduk Jatibarang, Gunungpati, belum merekomendasi semua kegiatan perairan di waduk, terutama untuk kegiatan wisata air. Dia menyesalkan tindakan buru-buru warga yang ingin segera beraktvitas di waduk, seperti untuk kegiatan wisita air, karena semua wilayah waduk saat ini belum sepenuhnya terisi oleh air. Waduk Jatibarang berkapasitas 20,4 juta meter dibangun untuk menjadi sumber air baku bagi kota Semarang dan penanganan banjir. Diharapkan, waduk ini juga bisa mengalirkan air baku dengan kapasitas 1.050 meter kubik per detik. Sumber : SuaraMerdeka.Com

13 Juni 2014 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Ancaman Banjir dan Rob Makin Besar
Ancaman Banjir dan Rob Makin Besar

SEMARANG-Terus meningginya elevasi Kali Banger dan Kali Tenggang sejak dua pekan ini dikhawatirkan warga akan membuat kawasan pemukiman terendam banjir. Pasalnya talut di tepi jalan Kampung Cilosari, Penjaringan maupun Sedompyong hanya setinggi 30 sentimeter saja. Dari pantauan Suara Merdeka, Rabu (11/6) pagi, aliran air di Kali Banger nampak tenang. Jembatan yang menghubungkan Kampung Cilosari dan Penjaringan pun nyaris terendam dan dipenuhi dengan sampah. Warga yang hendak melintasi jembatan itu pun harus ekstra hati-hati agar tidak terpeleset. ?Sudah dua pekan ini permukaan airnya tinggi. Posisi tertinggi bisa melebihi talut. Ketika posisi itu, air langsung masuk ke jalan dan pemukiman warga. Kita berharap, Pemerintah Kota Semarang meninggikan talut itu,? ujar warga Kampung Penjaringan, Parnyo (46). Selain peninggian bapak dua anak itu juga berharap proyek polder Kali Banger segera diselesaikan dan tidak ditunda-tunda lagi dengan alasan yang dibuatbuat. Selain Kali Banger, warga di Kampung Tenggang pun berharap, normalisasi sungai yang berhenti 10 tahun lebih segera diselesaikan. Apalagi, rob yang menjadi masalah tak hanya bagi warga di sebagian wilayah Kecamatan Semarang Timur, Gayamsari dan Semarang Utara tetapi juga yang melintas di Jalan Kaligawe. Kondisi tersebut harus segera ditangani dengan tepat dengan memfungsikan sistem drainase Kali Banger dan Kali Tenggang. Sebagaimana diketahui, sejumlah lokasi seperti Kaligawe, Gayamsari dan Kemijen (Kecamatan Semarang Timur), beberapa minggu terakhir dilanda rob dengan ketinggian mencapai 20 centimeter. Rob juga menggenangi Jalan Raya Kaligawe, yang berdampak terganggunya arus lalu lintas di jalur padat kendaraan tersebut. Selain karena posisi wilayah yang rendah, Kali Banger yang diharapkan menjadi penampung air luapan dari laut, tidak dapat berfungsi maksimal. Normalisasi ?Pemerintah harus segera mengatasi permasalahan rob. Masak tidak malu kalau Kota Semarang dinilai oleh warga luar sebagai Kota Rob dan Banjir,? imbuh Nur Amin (50) warga Kelurahan Kemijen, kemarin. Hal senada juga disampaikan Ruwandi (40) warga yang seharihari bekerja di sebuah bengkel yang ada di Kampung Tenggang. Ketika Kali Tenggang meluap, ia pun tidak dapat membuka usahanya karena air masuk hingga ruang untuk menyimpan peralatan bengkel. ?Normalisasi saya dengar sudah ada sejak belum membuka bengkel disini. Tetapi, realisasinya sampai hari ini hanya meninggikan jembatan saja. Di wilayah cekungan Jalan Raya Kaligawe yang terendam akhirnya,? ujarnya. Terpisah, Kepala Satker Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman (PPLP) Jawa Tengah Suharsono Adi Broto mengungkapkan ada tiga pekerjaan pembangunan Polder Banger yang dilakukan. Yakni menutup Kali Banger, membangun rumah pompa, dan kolam retensi. Untuk pembangunan kolam retensi sendiri, pihaknya mengaku masih menghadapi sejumlah kendala. ?Kami masih terkendala adanya penghuni liar dan bangunan liar di lahan yang disewa dari PT Kereta Api Indonesia, adanya pipa milik PT Pertamina yang melintas di kawasan yang hendak dibangun kolam retensi, serta rencana PT KAI yang akan merevitalisasi kawasan pergudangan di sekitar lokasi kolam retensi,? katanya. Sumber : SuaraMerdeka.Com

12 Juni 2014 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Cegah Banjir, Tepi Sungai Meduri Dipasang Bronjong dan Parapet
Cegah Banjir, Tepi Sungai Meduri Dipasang Bronjong dan Parapet

Untuk mencegah banjir, sepanjang aliran Sungai Meduri di Kelurahan Pasirsari, Kecamatan Pekalongan Barat akan dipasang bronjong. Selain dipasang bronjong, juga akan dibangun parapet (dinding sungai) untuk mengantisipasi agar aliran sungai tidak meluap ke permukiman warga. Kepala Bidang (Kabid) Pengairan Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Pekalongan Slamet Miftahuddin menjelaskan, nantinya akan dipasang bronjong sepanjang 32 meter di pinggir aliran Sungai Meduri yang melewati permukiman warga di Kelurahan Pasirsari. Sementara itu, untuk mengantisipasi laju air sungai agar tidak meluap ke permukiman warga, nantinya juga akan dibangun parapet sepanjang 99 meter. "Parapet untuk meninggikan bibir sungai agar aliran sungai tidak meluap ke permukiman warga," terang dia, Minggu (8/6). Pembangunan parapet dan pemasangan bronjong di sepanjang aliran Sungai Meduri merupakan salah satu upaya penanganan pascabanjir yang terjadi awal tahun ini. Menurut Slamet Miftahuddin, anggaran pada DPU Kota Pekalongan tahun ini diprioritaskan untuk penanganan pascabanjir. Di antaranya pemasangan bronjong dan pembangunan parapet tersebut. Selain pemasangan bronjong dan pembangunan parapet, tahun ini Pemkot Pekalongan juga mendapat bantuan dana dari Balai Besar Wilayah Pemali Juana Kementerian Pekerjaan Umum sebesar Rp 6,5 miliar. Dana tersebut, kata dia, akan digunakan untuk normalisasi saluran pitingan serta pembuatan tanggul di sepanjang aliran Sungai tersebut.   Sumber : SuaraMerdeka.Com

08 Juni 2014 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Pemkab Blora Berencana Kembangkan Waduk Greneng Sebagai Objek Wisata Unggulan
Pemkab Blora Berencana Kembangkan Waduk Greneng Sebagai Objek Wisata Unggulan

Mendengar kata Greneng, sudah bisa dipastikan tertuju pada nama salah satu waduk terbesar di Kabupaten Blora. Terletak di Dukuh Greneng, Desa Tunjungan, Kecamatan Tunjungan, Blora. Waduk ini menyimpan banyak potensi yang bisa dikembangkan menjadi objek wisata menarik.

Waduk seluas kurang lebih 64 hertare ini juga tergolong waduk tua, dibangun pada masa kependudukan kolonial Belanda pada tahun 1919. Lingkungan sekitar waduk yang masih asri, dikelilingi hutan jati dan diapit perbukitan Gunung Kertajaya dan Gunung Gedek, menjadikan waduk ini menjadi lebih menarik untuk lokasi melepas penat setelah lelah beraktifitas di akhir pekan. Tahun 2013 lalu waduk ini mendapatkan perbaikan sejumlah fasilitas dari Kementerian Pekerjaan Umum melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juwana berupa perbaikan dam, penambahan pagar pengaman, perbaikan saluran irigasi, pemasangan lampu penerangan dan peningkatan akses jalan menuju waduk. Kepala Dinas Perhubungan Pariwisata Kebudayaan Komunikasi dan Informatika (DPPKKI) Kabupaten Blora, Slamet Pamudji menyatakan bahwa Waduk Greneng mempunyai potensi yang besar untuk dijadikan objek wisata unggulan apabila digarap secara serius. Bahkan warga sekitar juga mendukung pengelolaan Waduk Greneng jika akan dijadikan objek wisata unggulan Blora.

?Sebenarnya pemkab sudah ada upaya untuk mengelola Waduk Greneng menjadi obyek wisata unggulan. Hanya saja, karena keterbatasan sumber daya manusia dan dana, sehingga belum tergarap secara serius,? kata Slamet Pamudji.
 
Keadaan air waduk yang tenang, dengan udara yang segar dan pemandangan yang hijau, sudah cukup menjadikan modal pengembangan waduk ini menjadi wisata yang menarik.
?
?Untuk tempat wisata yang memiliki fasilitas mumpuni, sudah layak kiranya jika waduk itu disulap sebagai obyek wisata unggulan. Selain itu, warga sekitar juga membuat pondok-pondok yang menjajakan ikan hasil tangkapannya, dan menjadi wisata kuliner,? jelasnya.
 
Saat ini Waduk Greneng ramai digunakan sebagai spot memancing khususnya saat akhir pekan. Warga sekitar juga menyediakan perahu untuk berkeliling waduk bagi para pengunjung. Terkadang para pemancing juga menyewa perahu untuk menyeberang dan berkeliling mencari lokasi memancing yang nyaman.
Tidak hanya itu, berbagai komunitas pecinta olahraga dan hobby juga sering mengadakan acara kumpul bareng di kawasan waduk ini. Seperti komunitas motor trail serta komunitas sepeda offroad yang sering mengadakan gowes bersama ke Waduk Greneng. Beberapa sekolah terkadang juga menggelar acara kemah pramuka di kawasan waduk ini.
?
Begitu juga para komunitas fotografi yang ada di Blora. Bisa dikatakan sangat sering mereka mengadakan hunting bersama, memotret keindahan alam Blora di sekitar Waduk Greneng. Dengan begitu mereka bisa saling bertukar ilmu, disisi lain juga ikut mendokumentasikan sisi keindahan alam Bumi Samin ini.
 
Tidak sulit untuk datang mengunjungi Waduk Greneng, jalannya sekarang sudah bagus. Dari Kota Blora bisa ditempuh dengan roda empat maupun roda dua melalui jalan Blora-Purwodadi km 4, sesampainya di perempatan Dukuh Maguan Desa Tamanrejo belok ke kanan arah Tunjungan sejauh kurang lebih 7 km. Sesampainya di Pasar Tunjungan nanti belok ke kiri sekitar 1,5 km langsung menuju kawasan Waduk Greneng.
 

03 Juni 2014 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Normalisasi Juwana Reduksi Banjir 30 Persen
Normalisasi Juwana Reduksi Banjir 30 Persen

Normalisasi Juwana diharapkan dapat mereduksi potensi banjir hingga 30 persen. Hal itu dimungkinkan karena daya tampung sungai tersebut juga ditingkatkan. Kepala Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Serang Lusi Juwana (BPSDA Seluna) Novianto melalui Koordinator Banjir dan Pengamanan Pantai (Abdul Rochim), mengemukakan hal itu kepada Suara Merdeka, Senin (2/6). Ditambahkannya, saat ini proses normalisasi Juwana masih terus dilakukan. "Tahun ini panjang alur sungai yang dinormalisasi mencapai 27 kilometer," katanya. Pengerukan dimulai dari Sukolilo (Pati) hingga ke Bangunan Pengendali Banjir Wilalung Lama (BPBWL) di Desa Kalirejo, Kecamatan Undaan. Total yang sudah dinormalisasi mencapai 14 kilometer. Saat sekarang, normalisasi sudah mencapai Desa Karangrowo, Kecamatan Undaan. Selanjutnya, kegiatan akan dilanjutkan ke Glagahwaru, Kutuk hingga Kalirejo. "Sisanya akan diupayakan selesai sebelum akhir tahun ini," ujarnya. Kendala Upaya normalisasi tahun ini diakuinya banyak menemui banyak kendala. Salah satunya, banyaknya bangunan permanen yang masih berada di bantaran sungai. Tidak hanya itu, sebelum proses normalisasi dimulai harus dilakukan negosiasi dengan "pemilik" lahan terlebih dahulu. Padahal, sesuai ketentuan lahan tersebut milik pengairan. "Semua pihak diharapkan dapat menyadari ketentuan soal bantaran sungai karena memang untuk kepentingan bersama," jelasnya. Disinggung soal upaya mengurangi beban sungai Wulan, dia menyatakan sudah memungkinkan bila kegiatan tersebut sudah dapat dituntaskan. Seandainya Wulan tidak kuat lagi menampung debit, sebagian dapat diarahkan ke sungai Juwana dengan menyesuaikan kondisi lapangan. Saat ini, kapasitas tampung Wulan mencapai 1.100 meter kubik per detik. Sedangkan kapastitas tampung Juwana setelah dinormalisasi diyakini dapat mencapai 350 meter kubik per detik.   Sumber : SuaraMerdeka.Com

03 Juni 2014 Selengkapnya