Please ensure Javascript is enabled for purposes of website accessibility

© 2024 Balai Besar Wilayah Sungai Pemali - Juana.

Berita Terkini & Pengumuman

Berita Terkini & Pengumuman
Cegah Banjir, Tepi Sungai Meduri Dipasang Bronjong dan Parapet
Cegah Banjir, Tepi Sungai Meduri Dipasang Bronjong dan Parapet

Untuk mencegah banjir, sepanjang aliran Sungai Meduri di Kelurahan Pasirsari, Kecamatan Pekalongan Barat akan dipasang bronjong. Selain dipasang bronjong, juga akan dibangun parapet (dinding sungai) untuk mengantisipasi agar aliran sungai tidak meluap ke permukiman warga. Kepala Bidang (Kabid) Pengairan Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Pekalongan Slamet Miftahuddin menjelaskan, nantinya akan dipasang bronjong sepanjang 32 meter di pinggir aliran Sungai Meduri yang melewati permukiman warga di Kelurahan Pasirsari. Sementara itu, untuk mengantisipasi laju air sungai agar tidak meluap ke permukiman warga, nantinya juga akan dibangun parapet sepanjang 99 meter. "Parapet untuk meninggikan bibir sungai agar aliran sungai tidak meluap ke permukiman warga," terang dia, Minggu (8/6). Pembangunan parapet dan pemasangan bronjong di sepanjang aliran Sungai Meduri merupakan salah satu upaya penanganan pascabanjir yang terjadi awal tahun ini. Menurut Slamet Miftahuddin, anggaran pada DPU Kota Pekalongan tahun ini diprioritaskan untuk penanganan pascabanjir. Di antaranya pemasangan bronjong dan pembangunan parapet tersebut. Selain pemasangan bronjong dan pembangunan parapet, tahun ini Pemkot Pekalongan juga mendapat bantuan dana dari Balai Besar Wilayah Pemali Juana Kementerian Pekerjaan Umum sebesar Rp 6,5 miliar. Dana tersebut, kata dia, akan digunakan untuk normalisasi saluran pitingan serta pembuatan tanggul di sepanjang aliran Sungai tersebut.   Sumber : SuaraMerdeka.Com

08 Juni 2014 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Pemkab Blora Berencana Kembangkan Waduk Greneng Sebagai Objek Wisata Unggulan
Pemkab Blora Berencana Kembangkan Waduk Greneng Sebagai Objek Wisata Unggulan

Mendengar kata Greneng, sudah bisa dipastikan tertuju pada nama salah satu waduk terbesar di Kabupaten Blora. Terletak di Dukuh Greneng, Desa Tunjungan, Kecamatan Tunjungan, Blora. Waduk ini menyimpan banyak potensi yang bisa dikembangkan menjadi objek wisata menarik.

Waduk seluas kurang lebih 64 hertare ini juga tergolong waduk tua, dibangun pada masa kependudukan kolonial Belanda pada tahun 1919. Lingkungan sekitar waduk yang masih asri, dikelilingi hutan jati dan diapit perbukitan Gunung Kertajaya dan Gunung Gedek, menjadikan waduk ini menjadi lebih menarik untuk lokasi melepas penat setelah lelah beraktifitas di akhir pekan. Tahun 2013 lalu waduk ini mendapatkan perbaikan sejumlah fasilitas dari Kementerian Pekerjaan Umum melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juwana berupa perbaikan dam, penambahan pagar pengaman, perbaikan saluran irigasi, pemasangan lampu penerangan dan peningkatan akses jalan menuju waduk. Kepala Dinas Perhubungan Pariwisata Kebudayaan Komunikasi dan Informatika (DPPKKI) Kabupaten Blora, Slamet Pamudji menyatakan bahwa Waduk Greneng mempunyai potensi yang besar untuk dijadikan objek wisata unggulan apabila digarap secara serius. Bahkan warga sekitar juga mendukung pengelolaan Waduk Greneng jika akan dijadikan objek wisata unggulan Blora.

?Sebenarnya pemkab sudah ada upaya untuk mengelola Waduk Greneng menjadi obyek wisata unggulan. Hanya saja, karena keterbatasan sumber daya manusia dan dana, sehingga belum tergarap secara serius,? kata Slamet Pamudji.
 
Keadaan air waduk yang tenang, dengan udara yang segar dan pemandangan yang hijau, sudah cukup menjadikan modal pengembangan waduk ini menjadi wisata yang menarik.
?
?Untuk tempat wisata yang memiliki fasilitas mumpuni, sudah layak kiranya jika waduk itu disulap sebagai obyek wisata unggulan. Selain itu, warga sekitar juga membuat pondok-pondok yang menjajakan ikan hasil tangkapannya, dan menjadi wisata kuliner,? jelasnya.
 
Saat ini Waduk Greneng ramai digunakan sebagai spot memancing khususnya saat akhir pekan. Warga sekitar juga menyediakan perahu untuk berkeliling waduk bagi para pengunjung. Terkadang para pemancing juga menyewa perahu untuk menyeberang dan berkeliling mencari lokasi memancing yang nyaman.
Tidak hanya itu, berbagai komunitas pecinta olahraga dan hobby juga sering mengadakan acara kumpul bareng di kawasan waduk ini. Seperti komunitas motor trail serta komunitas sepeda offroad yang sering mengadakan gowes bersama ke Waduk Greneng. Beberapa sekolah terkadang juga menggelar acara kemah pramuka di kawasan waduk ini.
?
Begitu juga para komunitas fotografi yang ada di Blora. Bisa dikatakan sangat sering mereka mengadakan hunting bersama, memotret keindahan alam Blora di sekitar Waduk Greneng. Dengan begitu mereka bisa saling bertukar ilmu, disisi lain juga ikut mendokumentasikan sisi keindahan alam Bumi Samin ini.
 
Tidak sulit untuk datang mengunjungi Waduk Greneng, jalannya sekarang sudah bagus. Dari Kota Blora bisa ditempuh dengan roda empat maupun roda dua melalui jalan Blora-Purwodadi km 4, sesampainya di perempatan Dukuh Maguan Desa Tamanrejo belok ke kanan arah Tunjungan sejauh kurang lebih 7 km. Sesampainya di Pasar Tunjungan nanti belok ke kiri sekitar 1,5 km langsung menuju kawasan Waduk Greneng.
 

03 Juni 2014 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Normalisasi Juwana Reduksi Banjir 30 Persen
Normalisasi Juwana Reduksi Banjir 30 Persen

Normalisasi Juwana diharapkan dapat mereduksi potensi banjir hingga 30 persen. Hal itu dimungkinkan karena daya tampung sungai tersebut juga ditingkatkan. Kepala Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Serang Lusi Juwana (BPSDA Seluna) Novianto melalui Koordinator Banjir dan Pengamanan Pantai (Abdul Rochim), mengemukakan hal itu kepada Suara Merdeka, Senin (2/6). Ditambahkannya, saat ini proses normalisasi Juwana masih terus dilakukan. "Tahun ini panjang alur sungai yang dinormalisasi mencapai 27 kilometer," katanya. Pengerukan dimulai dari Sukolilo (Pati) hingga ke Bangunan Pengendali Banjir Wilalung Lama (BPBWL) di Desa Kalirejo, Kecamatan Undaan. Total yang sudah dinormalisasi mencapai 14 kilometer. Saat sekarang, normalisasi sudah mencapai Desa Karangrowo, Kecamatan Undaan. Selanjutnya, kegiatan akan dilanjutkan ke Glagahwaru, Kutuk hingga Kalirejo. "Sisanya akan diupayakan selesai sebelum akhir tahun ini," ujarnya. Kendala Upaya normalisasi tahun ini diakuinya banyak menemui banyak kendala. Salah satunya, banyaknya bangunan permanen yang masih berada di bantaran sungai. Tidak hanya itu, sebelum proses normalisasi dimulai harus dilakukan negosiasi dengan "pemilik" lahan terlebih dahulu. Padahal, sesuai ketentuan lahan tersebut milik pengairan. "Semua pihak diharapkan dapat menyadari ketentuan soal bantaran sungai karena memang untuk kepentingan bersama," jelasnya. Disinggung soal upaya mengurangi beban sungai Wulan, dia menyatakan sudah memungkinkan bila kegiatan tersebut sudah dapat dituntaskan. Seandainya Wulan tidak kuat lagi menampung debit, sebagian dapat diarahkan ke sungai Juwana dengan menyesuaikan kondisi lapangan. Saat ini, kapasitas tampung Wulan mencapai 1.100 meter kubik per detik. Sedangkan kapastitas tampung Juwana setelah dinormalisasi diyakini dapat mencapai 350 meter kubik per detik.   Sumber : SuaraMerdeka.Com

03 Juni 2014 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Pemkot Didesak Tebar Benih Ikan di Waduk Kreo
Pemkot Didesak Tebar Benih Ikan di Waduk Kreo

Seiring dengan semakin meningginya permukaan air di Waduk Kreo atau Bendung Jatibarang, khususnya di zona wisata air seljuar sekitar 120 hektare, kelompok sadar wisata (pordarwis) Kelurahan Kandri, Gunungpati mendesak pemerintah kota untuk mulai menebar benih ikan.

Karena sejak pengisian air di waduk sejak lehih dari seminggu lalu, air semakin terlihat menenggelamkan permukaan bukit. Bahkan warga pun terlhat memanfaatkannya dengan memancing ikan.

"Ikan-ikan itu merupakan bawaan dari arus Kali Kreo. Sehungga kami meminta agar dinas terkait seprti Dinas Kelautan dan Perikanan menebar benih ikan, agar bisa berguna untuk kehidupan waduk ini di kemudian hari," kata Eko Supriyanto, Sekretaris Pokdarwis Kandri, Sabtu (17/5).

Pokdarwis di desa wisata itu kini sedang berkonsentrasi pada persiapan peluncuran perahu wisata untuk kegiatan wisata air di dermaga Waduk Kreo. "Rencananya kami akan mulai bisa beroperasi pada libutan lebaran tahun ini," kata Eko Supriyanto.

17 Mei 2014 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Warga Antusias Saksikan Event Festival Banjir Kanal Barat 2014
Warga Antusias Saksikan Event Festival Banjir Kanal Barat 2014

Warga Kota Semarang sangat antusias menyaksikan event Festival? Banjir Kanal Barat 2014, dengan tema "Perahu Lampion Warak" yang diselenggarakan oleh Disbudpar Kota Semarang, Sabtu (17/5) malam di Jalan Bojong Salaman Raya Banjirkanal Barat. Hal ini terlihat dari berbondong-bondongnya warga masyarakat Semarang yang sejak pagi hingga menjelang malam telah datang ke lokasi. Seperti di tepian talut Banjir Kanal Barat warga sambil duduk dimulai dari Jalan Kokrosono, Jalan Madukoro, Jalan Basudewo hingga Jalan Bojong Salaman Raya Bendungan Pleret. Salah satu warga, Ony mengatakan, dia akan menonton pagelaran festival ini berupa lampion dan perahu hias yang diadakan di Banjir Kanal Barat, karena selain dekat dengan rumahnya yang berada di Jalan Banowati, juga sangat senang jika di Kota Semarang bisa diselenggarakan kegiatan seperti ini yang akan meramaikan Kota Semarang. Apalagi untuk memeriahkan Hari Ulang Tahun yang ke-467 Kota Semarang dengan rangkaian acara tersebut. Menurutnya banyak anak-anak, orangtua yang penasaran ingin melihat acara hingga Minggu dinihari besok. "Saya juga akan mengajak keluarga saya untuk menyaksikan festival perahu hias dan lampion karena sekaligus untuk mengisi waktu liburan di akhir pekan," katanya, Sabtu (17/5). Dari pantauan, Sabtu (17/5) petang, sejumlah perahu warak hias dari para peserta telah diturunkan di kedua sisi jembatan penghubung Banjir Kanal Barat untuk dihias hingga selesai. Terlihat beberapa pekerja sedang memasang replika warak yang akan menjadikan indah perahu peserta yang mengikuti festival. Para peserta perahu hias ini akan berpartisipasi di acara tersebut. Rencananya festival Banjir Kanal Barat akan dibuka langsung secara simbolis dengan pelepasan lampion oleh Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi, dan dihadiri sejumlah pejabat baik Muspida Pemerintah Kota, dan Provinsi Jawa Tengah dan tokoh masyarakat. Tak hanya itu, sebelum arak-arakan perahu hias dimulai, warga akan dihibur oleh live musik, dan Pagelaran Wayang Girli Dalang Ki Sigit Aryanto dengan lakon Wahyu Makutarama hingga Minggu dinihari dan festival kuliner serta beberapa stan dari sponsor.   Sumber : SuaraMerdeka.Com

17 Mei 2014 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Wamen PU Buka Pameran Hari Air Dunia VII 2014
Wamen PU Buka Pameran Hari Air Dunia VII 2014

Wakil Menteri Pekerjaan Umum (PU) Hermanto Dardak hari ini, Kamis (8/5) resmi membuka Pameran Hari Air Dunia XXII Tahun 2014 di Jakarta. Pembukaan Pameran Hari Air Dunia XXII Tahun 2014 (8/5), Jakarta. Pameran HAD dengan tema Air dan Energi akan dilaksanakan selama tiga hari sejak tanggal 8 ? 10 Mei 2014.

Dalam sambutannya mewakili Menteri PU, Hermanto mengatakan tema tahun ini merupakan wujud ekspresi global, bentuk keprihatinan bahwa kondisi ini telah membuat ketersediaan air ?semakin menipis dan langka.

?Air dan Energi ini tentang bagaimana fungsi air dalam menghasilkan energi terbarukan, seperti pembangkit listrik tenaga air. Kita juga sudah melakukan pemanfaatan energi dari air. Saat ini pemanfaatan energi di seluruh Indonesia ?baru 4.000 Mw dari air dengan hydropower. Paling tidak sekitar 75.000 MW menjadi potensi energi terbarukan. Energi bersih akan menjadi sasaran pemerintah kita agar masyarakat bisa merasakan tenaga listrik dr air ini,?jelasnya.

Lebih lanjut dikatakannya, energi terbarukan lain adalah energi biofood dari nabati dan biofuel. Konsekuensinya, energi tersebut akan meningkatkan kebutuhan akan air. Untuk itu perlu adanya upaya yang integratif dan berkelanjutan dalam pengelolaan sumber daya air.

Adapun penyebab utama peningkatan kebutuhan adalah pertumbuhan ekonomi negara-negara ekonomi baru dan pertumbuhan populasi serta ekonomi. Hal lain yakni ?perubahan gaya hidup dan pola konsumsi merupakan faktor dominan terciptanya krisis pemenuhan air dan energi di masa mendatang serta perubahan iklim.

Upaya alternatif untuk mengantisipasi kelangkaan air dalam kaitannya dengan upaya produksi tanaman penghasil bahan bakar nabati dengan merelokasi sebagian perkebunan/pertanian dari kawasan hulu ke hilir dengan disertai analisis kesesuaian lahan.

Di tahun 2014, PBB mendesak perusahaan penghasil energi berperan aktif dalam pengendalian pemanfaatan air dalam berbagai kegiatan. Mulai dari proses pendinginan pada pembangkit listrik menggunakan batu bara hingga pemanfaatan air irigasi untuk perkebunana yang dikembangkan sebagai penghasil bahan bakar nabati (BBN).

Sebagai ilustrasi, Indonesia mempunyai lahan Sawit dengan luas mencapai 9 juta ha yang berpotensi memproduksi biodiesel 5,6 juta kilo liter per tahun. Luas lahan perkebunan kelapa mencapai 3,8 juta ha memiliki potensi biofuel sebanyak 450 ribu kilo liter. Lahan tebu seluas 430 ribu ha memiliki potensi 411 ribu kilo liter biofuel. Total lahan sagu 1,2 juta ha dengan potensi biofuel sebanyak 750.000 kilo liter.

?Sebetulnya dari hydropower saja bisa memenuhi kebutuhan 75.000 MW potensi energi terbarukan, dibandingkan dengan sekarang 4000 MW secara nasional. Ini tentunya tantangan bagaimana memanajemen penataan ruang mana yang boleh dibangun , mana yang tidak boleh dibangun, itu yang paling efisien dan tertib untuk dilaksanakan,?ujar Hermanto.

 

09 Mei 2014 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
BBWS Pemali Juana Ramaikan Pameran Hari Air Dunia 2014
BBWS Pemali Juana Ramaikan Pameran Hari Air Dunia 2014

Pameran Hari Air Dunia (HAD) di Kantor Kementerian Pekerjaan Umum (PU) mulai hari ini, Kamis (08/05/2014), dibuka secara resmi oleh Wakil Menteri PU, Hermanto Dardak, di Jakarta. Pameran diikuti oleh Seluruh BWS / BBWS ,Jasa Konstruksi dan juga komunitas dan lembaga swadaya masyarakat yang perduli dengan air.   [gallery columns="4" link="file" ids="686,687,688,689,690,691,692,693,694,695,696,697,698,645,646"]

09 Mei 2014 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Ditemani Ganjar, Menteri PU resmikan waduk Jatibarang Semarang
Ditemani Ganjar, Menteri PU resmikan waduk Jatibarang Semarang

Menteri Pekerjaan Umum (PU) Djoko Kirmanto dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Senin (5/5) melakukan peresmian dengan secara simbolis melakukan pengisian awal atau 'impounding' Waduk Jatibarang di Desa Kandri, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang, Jawa Tengah. Pengisian awal waduk yang dikerjakan mulai 15 Oktober 2009 sampai 31 Juni 2014 senilai kontrak Rp 655 miliar ini, sekaligus memperingati Hari Air Dunia dengan melakukan pembagian setangkai bunga mawar kepada ratusan tamu undangan yang hadir saat acara. "Biaya pembangunan normalisasi Banjir Kanal Barat/ Kali Garang adalah sekitar Rp 316 miliar. Serta rehabilitasi Bendungan Simongan adalah sekitar Rp 38 miliar. Waktu pelaksanaan selama 1.670 hari oleh konsultan CTI Engineering International Co.Ltd in Asociation." Ungkap Ketua Pelaksanaan Pengerjaan Proyek Bendungan yang juga kepala BBWS Pemali Juwana Imam Santosa, Senin (5/5) siang. Dia melanjutkan, "Daerah tangkapan seluas 54 km persegi, luas genangan 189 hektar, elevasi puncak 157 meter. Muka air maksimum 155.30 meter dan muka air minimum 136 meter. Kapasitas tampungan total 20,4 juta meter kubik," Hadir dalam peresmian Mantan Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo, Walikota Semarang Hendi Hendrar Prihadi, Anggota Komisi V Nusirwan. Waduk yang berada dekat di obyek wisata Goa Kreo Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang ini merupakan waduk berjenis panoramik dan ekosistemik kawanan kera ekor panjang. "Kami mengusulkan bendungan sebagai bendungan panoramik ekositemik. Sebab bendungan terlihat suasana alam dan adanya komunitas kera ekor panjang yang akan mewarnai suasana disekitar waduk," jelasnya. Waduk ini dapat mengendalikan banjir dengan kapasitas debit air 2,7 juta meter kubik. Potensi baku 1050 liter per detik dan bisa berpotensi untuk menghasilkan PLTMH sebesar 1,5 mw. Tipe bendungan adalah urugan batu berzona dengan inti tegak. Tinggi di atas pondasi 157 meter, panjang puncak 200 meter, lebar 10 meter. "Waduk ini bermanfaat mengendalikan banjir Kota Semarang, mengembangkan potensi sumber untuk memenuhi kebutuhan air baku PDAM, mengurangi kerusakan akibat banjir di sepanjang sungai Kaligarang dan sungai Kanal Banjir Barat, memperbaiki kualitas lingkungan sepanjang sungai Kaligarang dan Kanal Banjir Barat dan meningkatkan fungsi konservasi di DAS Kali Garang," tuturnya. Proses sebelum pembangunan Waduk Jatibarang ini dimulai dilakukan pengalihan aliran sungai kreo sehingga lokasi bendungan terbebas sungai. Metode pengalihan dengan membuat Terowongan Pengelak (Diversion Tunnel) sepanjang 421 meter dengan diameter 5,6 meter konstruksi dimulai pada tahun 2010 selesai 2011. "Usai terowongan selesai, maka dibuatkan Bendung Pengelak (coffer dam) sehingga aliran sungai dapat masuk ke dalam terowongan. Usai bendungan terbebas air, pembangunan bendungan dan bangunan selengkap lainnya dapat dimulai dilakukan pelaksanaan mulai bulan Agustus 2011 dan selesai Desember 2013. Kemudiam setelah seluruh bendungan beserta bangunan pelengkap lainnya selesai dilaksanakan, maka untuk mengisi bendungan diperlukan penutupan terowongan pengelak," jelasnya. Pengisian awal waduk adalah suatu proses yang sangat menentukan dalam pembangunan sebuah bendungan karena merupakan tahap penguji perilaku bendungan apakah sesuai dengan apa yang telah direncanakan dengan melakukan pemantauan berbagai macam instrument geoteknik yang telah dipasang pada tubuh bendungan dan sekitarnya. "Oleh karena itu dalam kegiatan ini, sejak awal harus melibatkan para ahli yang berkemampuan untuk melakukan pengamatan dan pemantauan instrumen terpasang tersebut serta melakukan evaluasi tentang keamanannya. Pengisian waduk pada saat musim kemarau diperkirakan memerlukan waktu kurang lebih 7 bulan untuk mencapai elevasi muka air normal yaitu pada elvevasi 149,3 meter kubik," terangnya.

05 Mei 2014 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Dirjen SDA Mengimbau Masyarakat Untuk Senantiasa Menghemat Penggunaan Air
Dirjen SDA Mengimbau Masyarakat Untuk Senantiasa Menghemat Penggunaan Air

Dalam rangkaian kegiatan menyambut Hari Air Dunia yang jatuh pada tanggal 22 Maret 2014, Kementerian Pekerjaan Umum melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air kembali menggelar aksi pawai simpatik di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta (23/03). Aksi pawai simpatik yang melibatkan perwakilan dari perguruan tinggi, komunitas sungai, dan sekolah ini ditandai dengan aksi bagi-bagi bunga dan stiker kepada pengguna jalan. Direktur Jenderal Sumber Daya Air Mohamad Hasan selaku ketua penyelenggara kegiatan Hari Air Dunia 2014 mengatakan Indonesia merupakan negara dengan potensi cadangan air terbesar ke-5 di dunia. ?Kita memiliki potensi 3.9 triliun meter kubik hujan yang jatuh di bumi pertiwi per tahun, tetapi pemanfaatannya baru 20 persen. Karena itu pengelolaan air harus ditingkatkan dari hulu ke hilir, sampai dengan pemanfaatannya oleh masyarakat. Pengelolaan air tidak bisa hanya oleh satu pihak, tapi harus melibatkan pemerintah pusat, pemerintah daerah dan seluruh komponen masyarakat,? jelasnya. Mohamad Hasan dalam kesempatan itu mengimbau masyarakat untuk senantiasa menghemat penggunaan air, baik dalam segi pemanfaatan kuantitas maupun dalam segi pemeliharaan kualitasnya. ?Selain tidak boros dalam menggunakan air, saya mengajak masyarakat untuk ikut memelihara kebersihan lingkungan terutama di wadah-wadah air seperti sungai-sungai di perkotaan. Bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air akan menyelenggarakan puncak perayaan Hari Air Dunia tahun ini bulan Mei 2014 di Sungai Citarum. ?Pemilihan lokasi Sungai Citarum yang kerap disebut sebagai sungai terkotor di dunia ini terkait dengan komitmen kita untuk meningkatkan kualitas Sungai Citarum menjadi sungai yang bersih dalam beberapa tahun ke depan,? tutur Mohamad Hasan. Terkait dengan tema Hari Air Dunia 2014 ?Air dan Energi,? Mohamad Hasan menuturkan bahwa Indonesia memiliki sumber energi yang murah dan renewable yaitu air. ?Potensi sumber air kita dapat menghasilkan tenaga listrik hydropower sebesar 75 ribu megawatt. Sementara yang sudah dimanfaatkan baru sebesar 6 persen saja. Jadi saat ini kita sedang berkoordinasi dengan Bappneas untuk melakukan percepatan pembangunan dan pengembangan hydropower baik dalam skala besar berupa PLTA maupun microhydro supaya potensi air tersebut memberi dukungan pada ketahanan energi di Indonesia,? pungkasnya.

28 April 2014 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Bebas Genangan, Kota Semarang Jadi Kenangan
Bebas Genangan, Kota Semarang Jadi Kenangan

 

Pemandangan rob dan banjir berupa genangan air di beberapa wilayah ini hingga saat ini masih terus menjadi ?momok? warga Kota Semarang. Dimana saat hujan deras hanya beberapa jam saja, kawasan Kota Lama seperti Jalan Tawang, Jalan Ronggowarsito menuju Pelabuhan Tanjung Emas akan tertutup air banjir dan rob.

Serta kawasan Pasar Johar, Jalan Agus Salim, Bundaran Bubakan, Jalan Pattimura akan tergenang. Bahkan, di jalan-jalan protokol tak luput dari genangan. Rob atau banjir air laut adalah banjir yang diakibatkan oleh air laut pasang yang menggenangi daratan. Merupakan permasalahan yang terjadi di daerah yang lebih rendah dari muka air laut.

Di Semarang, rob ini telah terjadi cukup lama dan semakin parah karena terjadi penurunan muka tanah sedang muka air laut meninggi sebagai akibat pemanasan suhu bumi. Dan ditambah dengan penyedotan air tanah sehingga muka tanah turun.

Di wilayah Semarang Utara akibat rob parah dialami warga yang berada di daerah terkena dampak banjir dan rob. Seperti diungkapkan salah satu warga Sami Waskito (50). Rumah yang kini hanya tampak bagian atapnya karena kalah berlomba dengan lantai yang terus ditinggikan itu memaksa Waskito membungkuk saat memasukinya, menerobos lubang pintu yang masih tersisa. Lubang pintu rumahnya itu hanya menyisakan tinggi 60 centimeter, sampai-sampai daun pintu pun tak muat untuk dipasang. Suami Sutati ini mengakui rumahnya sudah "tenggelam" dua meter karena lantainya terus diuruk.

Seperti masyarakat umumnya, Waskito tentu berharap hidup layak di tempat tinggalnya yang dihuninya sejak tahun 1975 lalu di Jalan Cumi-Cumi II A RT 4/RW 4 Bandarharjo, Semarang Utara itu, tetapi karena keterbatasan ekonomi memaksa rumahnya "tenggelam". Meski demikian semangatnya untuk terus bekerja tak pernah padam untuk menghidupi keluarganya sebagai tukang reparasi barang-barang elektronik di lingkungannya.

Pekerjaan itu dilakoni bapak lima orang anak ini selepas ?pensiun? dari pekerjaanya yang dulu sebagai sopir mobil rental. ?Saya mengharapkan mendapatkan bantuan dari pemerintah untuk bisa membangun rumah saya yang hampir tenggelam. Saya hanya selama ini bisa ?menguruk? atau meninggikan lantai dengan tanah,? katanya.

Nelwan akademisi Undip mengatakan, penyebab banjir dan rob di Kota Semarang ini adalah penurunan tanah. Untuk itu, agar tak lagi turun tanah, maka penyebab penurunan tanah adalah menipisnya air dalam tanah. Harus ada pengisian kembali atau yang bisa disebut ground water recharge.

?Pengisian ulang air tanah, mudah dilakukan yakni dengan mengalirkan air ke dalam tanah. Air hujan misalnya, bisa ditampung di suatu tempat lalu dimasukkan ke tanah. Tidak semua air dialirkan melalui saluran dan sungai. Sebagian diantaranya lebih baik diisikan ke dalam tanah,? jelas Nelwan akademisi Undip.

Menurut Nelwan, lapangan Simpanglima sekarang telah berubah menjadi taman, dulunya adalah sawah untuk meresap air hujan, karena asal mula Semarang dari dataran lumpur, yang kemudian hari berkembang pesat menjadi lingkungan maju dan menampakkan diri sebagai kota yang penting. Di masa lalu, ada seorang dari kesultanan Demak bernama Pangeran Made Pandan bersama putranya Raden Pandan Arang, meninggalkan Demak menuju daerah Barat.

Di suatu tempat yang kemudian bernama Pulau Tirang, ia membuka hutan dan mendirikan Pesantren dan menyiarkan agama Islam. Dari waktu ke waktu daerah itu semakin subur, dari sela-sela kesuburan itu muncullah pohon asam yang arang atau bahasa Jawa ?Asem Arang?, sehingga memberikan nama daerah itu menjadi Semarang.

Bagi sastrawan terkemuka Indonesia Pramudya Ananta Toer saat menginjakkan kakinya di Kota Semarang, mengatakan, terhadap Kota Semarang khususnya di Stasiun Tawang yang berada di Kawasan Kota Lama bahwa kolam raksasa atau dikenal Polder Tawang yang dulunya adalah lapangan bola yang ditumbuhi banyak pohon asem di sekelilingnya.

Namun seiring perkembangannya tempat ini disulap menjadi polder untuk menampung air yang menggenangi kawasan Kota Lama setiap musim hujan tiba. Tak hanya di lokasi itu, di ujung jalan Cendrawasih itu sepanjang kiri kanan, adalah Jalan Letnan Jenderal Suprapto yang dulu bernama Heerenstraat atau gentlemantreet. Sejajar dengan jalan itu, di sebelah Selatan adalah Jalan Kepodang yang dulu bernama Hoogendorpstraat yang seluruhnya jalanan di Kota Lama telah dipasangi paving block agar awet, juga merupakan kawasan langganan banjir.

Kawasan Kota Lama adalah aset kota yang berharga, mempunyai ciri khusus dan layak jual dalam koridor turisme. Destinasi ini menjadi magnet pariwisata di Kota Atlas. Kotalama juga disebut sebagai kawasan ?Little Holland?. Betapa sejak dulu Kota Semarang sudah dikenal dengan genangan adalah ?momok? bagi warga dan pelancong yang berlibur di Kota Atlas ini.

Kota Semarang sebagai ibukota Provinsi Jawa Tengah, berada pada posisi berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Kabupaten Demak di timur, Kabupaten Semarang di Selatan dan Kabupaten Kendal di barat. Dengan luas kota 37.366.838 hektare atau 373,67 km2.

Di mana Kota Semarang terdapat 16 Kecamatan dan 117 kelurahan serta dibagi menjadi dua wilayah Barat atau disebut kota bawah dan wilayah Selatan atau disebut kota atas, yang meliputi Candi, Mijen, Gunungpati dan Banyumanik. Sedangkan daerah yang sering terkena terjangan banjir dan rob adalah terletak di kota bawah yaitu Mangkang, Ngaliyan dan Semarang Utara. Sehingga masalah genangan baik banjir dan rob terus tak terpisahkan di Kota Semarang yang sudah muncul sejak tahun 80-an.

Solusi tangani banjir dan Rob

Polder atau rumah pompa total di Kota Semarang yang saat ini ada sekitar 40 titik masih dimaksimalkan. Misalnya, Polder Tawang, Polder Kalibanger, Polder Sugiyono, dan Polder Mberok. Saat ini pembangunan Polder Kalibangger telah mencapai 50 persen rampung.

Paramesthi Iswari perwakilan Belanda proyek Polder Kalibanger/ Representative Hoogheemraadschap van Schieland en de Krimpenerwaard (HHSK), mengatakan total anggaran untuk Polder Rp 84 miliar terdiri atas dari Pemerintah Kota Semarang dan Provinsi serta Pusat.

Iswari menambahkan, pompa Kalibanger nantinya ada empat buah dan satu cadangan, per pompa memiliki kapasitas 1,5 meterkubik/detik sehingga mampu memompa air total 6 meterkubik/detik. Ruang lingkup polder Kalibanger 530 hektare mencakup 10 kelurahan di Kecamatan Semarang Timur, akan menurunkan ketinggian air mencapai 2 meter dari wilayah Banger dari ketinggian muka air saat ini.

Pemerintah Kota Semarang, cukup kewalahan menangani banjir, sampai mendapatkan bantuan dari Jepang, yang dimulai pada 2009 lalu sampai saat ini untuk membangun megaproyek, sebagai antisipasi banjir dan rob dengan melakukan Normalisasi Kali Banjirkanal Barat dan Timur, satu paket dengan Waduk Jatibarang. Selain itu melakukan normalisasi Kali Asin, dan Kali Baru.

Normalisasi Kali Banjirkanal Barat sepanjang 9,2 km dimulai dari Tugu Suharto hingga muara didanai Jepang. Pembangunan ?ini bisa meningkatkan debit air yang semula 300-400 m3/detik menjadi 740m3/detik dari yang seharusnya 970m3/detik. Dengan anggaran Rp 250 miliar berasal dari Japan International Corporation Agency (JICA).

Menteri PU Joko Kirmanto mengatakan, adapun total luas lahan ada sekitar 384 hektare, yang akan digunakan sebagai tempat pembangunan waduk Jatibarang. Ditambahkannya, total anggaran yang dianggarkan guna pembangunan waduk tersebut mencapai Rp 1,6 triliun. Anggaran itu didapat dari hasil pinjaman pemerintah ke JICA Jepang. Selain dana pinjaman dari JICA, pemerintah juga telah menyediakan dana pendamping yang didapat dari APBN.

Sementara itu Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali-Juana Ir. Isprasetya Basuki dalam kesempatan yang sama mengatakan, target pembendungan waduk diharapkan dapat selesai Oktober 2013, sehingga Januari 2014 diharapkan Waduk Jatibarang sudah dapat difungsikan. Pembangunan waduk menjadi salah satu upaya penanganan banjir di daerah Semarang dan sekitarnya. Waduk ini memiliki daya tampung sebesar 2,6 juta m3/detik dan dapat mengurangi debit banjir hingga 170 m3/detik.

Beberapa waktu lalu, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo juga merencanakan akan membangun tembok pengusir rob atau Giant Sea Wall. Pemerintah Provinsi akan mendukung pemerintah kota semarang dalam upaya mengatasi rob dan banjir yang menjadi beban ?politis? Kota Semarang selama ini.

Tak hanya pemerintah para akademisi juga ?urun? solusi untuk mengatasi rob dan banjir di Kota Semarang seperti dari Ikataan Alumni Teknik Sipil (Ikateksi) mengusulkan pembangunan sabuk pantai dibangun di Teluk Semarang terbentang dari Kabupaten Kendal (Kali Bodri/Korowelang)- Kota Semarang-Kabupaten Demak(Kali Wulan) dengan panjang pantai 40,64 km dengan garis pantai 82,45 km, sabuk pantai bisa dibangun sepanjang 71,523 km dengan perkiraan biaya sekitar Rp 7,152 triliun. Sedangkan jika disepakati perkembangan sabuk pantai multifungsi sebagai jalan tol, maka panjangnya 33,29 km dengan perkiraan biaya sebesar Rp 9,501 triliun.

MR Priyanto Ketua Ikatan Alumni Teknik Sipil (Ikapeksi) Undip menuturkan, pemilihan sabuk pantai multifungsi sendiri diyakini lebih ramah lingkungan dan bermanfaat untuk mengurangi kemacetan lalulintas di Kota Semarang. Struktur sabuk pantai yang menggunakan tiang pancang, disamping bisa dimanfaatkan menjadi jalur kendaraan, misalnya jalan tol, hal ini juga bisa mencegah abrasi, banjir dan rob, terutama penurunan tanah.

Apalagi sabuk pantai multifungsi sudah masuk dalam Perda RT-RW Kota Semarang untuk mengatasi banjir dan rob. Jika menggunakan Giant Sea Wall, selain harus mereklamasi pantai dengan pengerukan tanggul, konsep ini juga harus mengupayakan pembebasan tanah warga.

14 April 2014 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Sabuk Pantai Dapat Lampu Hijau
Sabuk Pantai Dapat Lampu Hijau

SEMARANG - Sabuk pantai yang diusulkan Ikatan Alumni Teknik Sipil (Ikateksi) Undip dapat lampu hijau dari Direktur Sungai dan Pantai, Ditjen SDA, Pitoyo Subandrio. Hal itu disampaikan Pitoyo saat pertemuan di Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana, Kamis (13/3). Pada forum yang dihadiri oleh anggota Ikateksi Undip seperti Prof Suripin, Dr Nelwan, Dr Safrudin, dan Ir Sumbogo Pranoto MT serta Kepala BBWS Pemali Juana, Iman Santosa, dan jajarannya, Pitoyo memberi apresiasi pada usulan untuk menangani rob dan banjir di Kota Semarang itu. ?Yang utama, faktor sosial lingkungan dari proyek itu nanti harus diperhatikan. Karena itu, kajian lebih dalam dan komprehensif harus dilakukan,? ujar Pityoyo usai paparan tim Ikateksi. Lebih lanjut, dia mengungkapkan, pihaknya siap mendukung pelaksanaan studi perencanaan sabuk pantai. Dia meminta para ahli dari Undip untuk terlibat langsung dalam studi tersebut. Pitoyo meminta Ikateksi terus menjalin komunikasi dengan BBWS Pemali Juana. Dianggarkan APBN Soal dana untuk pekerjaan itu, Pitoyo mengungkapkan, kebutuhan tersebut bisa dianggarkan dalam APBN. Bahkan dia mengungkapkan, sebenarnya pemerintah pusat memiliki cukup dana untuk menjalankan beberapa proyek penanganan rob dan banjir. Hanya, dukungan dari pemerintah daerah sering kurang. Dia melihat, untuk mengatasi banjir dan rob di Semarang, sabuk pantai harus dijalankan. Proyek yang lain bisa menunggu setelah sabuk pantai jadi. Daerah yang rawan seperti Tambaklorok, menurutnya, bisa didahulukan. Selain mengatasi rob dan banjir, sabuk pantai dinilai bisa mengatasi abrasi, mengurangi penurunan tanah, dan juga mengatasi kemacetan kota jika infrastruktur itu juga dimanfaatkan untuk jalan. Prof Suripin, pada kesempatan tersebut menjelaskan, studi sabuk pantai yang menyeluruh harus dilakukan dari Kaliwungu, Kabupaten Kendal hingga Sayung, Kabupaten Demak. Hal itu mengingat cekungan pantai Kota Semarang juga terpengaruh oleh kondisi lingkungan di sana.

14 Maret 2014 Selengkapnya

Berita Terkini & Pengumuman
Tangani Banjir Kali Juwana, PU Bangun Waduk Logung
Tangani Banjir Kali Juwana, PU Bangun Waduk Logung

Kementerian Pekerjaan Umum (PU) segera memulai konstruksi waduk Logung di Kudus, Jawa Tengah (Jateng) pada tahun ini. Waduk ini nantinya dapat mengurangi 10 persen debit air banjir yang masuk ke wilayah sungai Juwana. "Kita bangun waduk Logung, tahun ini bisa dimulai sudah kita anggarkan. Ini akan dapat mengurangi air yang masuk ke sungai Juwana," jelas Wakil Menteri PU, Hermanto Dardak dalam paparannya kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Pekalongan, Jateng pada Selasa (4/2). Dalam ekposenya tersebut, Hermanto Dardak menyampaikan upaya-upaya penanganan tanggap darurat dan upaya mitigasi khususnya yang menjadi tugas Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali-Juwana di Jateng. Turut mendampingi Kepala BBWS Pemali-Juwana, Imam Santoso. Kepala Satuan Non Vertikal Tertentu (SNVT) Pelaksanaan Jaringan Sumber Air BBWS Pemali-Juwana, Budi Priyanto menambahkan, tahap saat ini pembangunan waduk Logung sedang menunggu persetujuan Rancangan Anggaran Biaya (RAB) dari Direktur Jenderal Sumber Daya Air. Persetujuan RAB belum diberikan karena masih difinalisasi aspek geologis pondasi waduk Logung. Biaya pembangunan sendiri diestimasi berkisar Rp500-700 miliar. Proses konstruksi ditargetkan sudah berlangsung sejak Oktober ini. "Masih dilihat dari struktur geologisnya, bila hasilnya pondasi memerlukan treatment, butuh perkuatan maka biaya akan tinggi. Tapi semahal-mahal biaya pembangunan akibat pondasi nilainya tidak lebih dari Rp700 miliar," terang Budi. Dia menambahkan, setelah disetujui RAB akan dilanjutkan proses lelang. Pengerjaan akan berlangsung selama empat tahun anggaran. Pada tahun ini alokasi dana baru sebatas keperluan uang muka pembangunan waduk berkapasitas 20 juta meter kubik tersebut. Normalisasi Kali Sementara itu, Hermanto Dardak juga menuturkan, untuk menangani banjir akibat luapan beberapa sungai di Jateng, Kementerian telah menormalisasi Kali Juwana, Kali Wulan, Kali Pemali dan Kali Comal. " Kali Garang juga sudah kita normalisasi, sekarang kapasitasnya sudah dua kali Kanal Banjir Timur yaitu 740 meter kubik, " jelas Wakil Menteri PU. Hermanto Dardak juga mengatakan, waduk Jatibarang di Kabupaten Semarang siap beroperasi pada Juli. Pada April direncanakan mulai tahapan pengisian waduk. Dengan adanya Jatibarang dapat mereduksi 230 meter kubik debit banjir.

06 Februari 2014 Selengkapnya