Bendung Air Alas

Bendung Air Alas, Kabupaten Seluma. Dibangun tahun 1996 - 1998.

Bendung Air Nipis Seginim

Bendung Air Nipis Seginim, Kabupaten Bengkulu Selatan. Dibangun tahun 1984 - 1986.

Bendung Air Manjuto

Bendung Air Manjuto, Kabupaten Mukomuko. Dibangun tahun 1983 - 1986.

Bendung Air Lais Kuro Tidur

Bendung Air Lais Kuro Tidur, Kabupaten Bengkulu Utara. Dibangun tahun 1980 - 1983.

Bendung Air Seluma

Bendung Air Seluma, Kabupaten Seluma. Dibangun tahun 1975 - 1980.

Bendung Air Ketahun

Bendung Air Ketahun, Kabupaten Lebong. Dibangun oleh Belanda. Rehabilitasi tahun 1980.

Tonton video-video terbaru kami di laman YouTube BWS Sumatera VII dan jangan lupa like dan subscribe

Memperingati Hari Bakti PU Ke-72, BWS Sumatera VII Lakukan Gerakan Peduli Mitigasi Bencana

blog-thumb

Dalam rangka memperingati Hari Bakti Pekerjaan Umum (PU) ke-72, Balai Wilayah Sungai Sumatera VII bersama Dharma Wanita Persatuan PUPR mengadakan kegiatan penanganan sampah dan penghijauan dengan tema Gerakan Peduli Mitigasi Bencana di Pantai Panjang, pada hari Senin dan Selasa, 27-28 November 2017.

Kegiatan Gerakan Peduli Mitigasi Bencana ini dihadiri oleh Kepala Sekretariat Dewan Sumber Daya Air PUPR, Ir. Apriady Mangiwa, MM. Menurut Apriady, kegiatan penanganan sampah dan penghijauan yang telah dilakukan pada hari itu sangat menarik dan harus ditularkan ke masyarakat luas. “Kalau kegiatan seperti ini bisa ditularkan keluar, tentu akan menarik sekali. Tidak hanya sekedar upacara ceremonial saja, tapi ada gerakan yang lebih jauh lagi. Ini harus menjadi gerakan nasional, mulai dari tingkat kabupaten, kota dan provinsi” tuturnya.

Kegiatan penghijauan dengan menanam sejumlah pohon yang dilakukan di tepi Pantai Panjang Bengkulu ini tidak hanya bertujuan untuk memperindah pemandangan di sekitar pantai, tetapi juga dapat mencegah terjadinya abrasi dan erosi pantai.

  

Terkait dengan kebiasaan masyarakat yang hanya semangat menanam, namun pada akhirnya lemah untuk memelihara, Apriady menanggapi bahwa hal tersebut harus menjadi salah satu perhatian kita. “Itulah kelemahan kita, kita rajin membangun tetapi pemeliharaannya kurang. Contohnya saja toilet umum, toliet umum kita bangun, setelah itu tidak dipelihara, sehingga orang enggan buang air disitu karena jijik. Sama halnya seperti kasus penanaman pohon ini, tapi untungnya kita diberi tanah yang luar biasa, tanah yang subur. Tanaman yang kita tanam tadi nggak diapa-apain, kena hujan saja pasti tumbuh. Curah hujan di Indonesia kan cukup tinggi. Mungkin ada satu atau dua pohon yang akan mati tapi tidak semua. Namun demikian itu bukan excuse bagi kita untuk tidak melakukan pemeliharaan” imbuhnya.

Apriady juga mengungkapkan keoptimisannya terhadap Balai Wilayah Sungai Sumatera VII dalam memajukan pembangunan di Kota Bengkulu. “Balai itu kan perpanjangan tangan dari pemerintah pusat. Namun demikian, bukan berarti pemerintah pusat bisa sewenang-wenang. Ketika yang dibangun oleh Balai memang sesuai dengan yang dibutuhkan oleh daerah, itu akan berjalan baik. Misal dengan sistem budgeting kita yang mulai bagus, transparansi yang baik, saya pikir paket-paket kegiatan yang memang menyentuh dan diperlukan masyarakat itu yang dibangun, Balai sangat berpotensi untuk memajukan Kota Bengkulu. Sejauh balai terus membangun apa yang dibutuhkan masyarakat, dan bisa dipelihara, bisa diterima masyarakat saya pikir akan maju” ujar Apriady dalam wawancara yang dilakukan dengan tim SISDA Balai Wilayah Sungai Sumatera VII.

  • Nov, 27, 2017
  • Dilihat 983 kali
  • Cetak
  • Bagikan :





Arsip