Bendung Air Alas

Bendung Air Alas, Kabupaten Seluma. Dibangun tahun 1996 - 1998.

Bendung Air Nipis Seginim

Bendung Air Nipis Seginim, Kabupaten Bengkulu Selatan. Dibangun tahun 1984 - 1986.

Bendung Air Manjuto

Bendung Air Manjuto, Kabupaten Mukomuko. Dibangun tahun 1983 - 1986.

Bendung Air Lais Kuro Tidur

Bendung Air Lais Kuro Tidur, Kabupaten Bengkulu Utara. Dibangun tahun 1980 - 1983.

Bendung Air Seluma

Bendung Air Seluma, Kabupaten Seluma. Dibangun tahun 1975 - 1980.

Bendung Air Ketahun

Bendung Air Ketahun, Kabupaten Lebong. Dibangun oleh Belanda. Rehabilitasi tahun 1980.

Tonton video-video terbaru kami di laman YouTube BWS Sumatera VII dan jangan lupa like dan subscribe

Memperingati Hari Air Dunia Ke-XXVI, Balai Wilayah Sungai Sumatera VII Menggelar Seminar dan Donor Darah

blog-thumb

Seminar “Nature for Water” dan Donor Darah “Setitik Darah, Sejuta Jiwa” merupakan agenda awal dari rangkaian kegiatan peringatan Hari Air Dunia (HAD) Ke-XXVI yang diselenggarakan oleh Balai Wilayah Sungai Sumatera VII pada hari Kamis, 22 Maret 2018 bertempat di Kantor Balai Wilayah Sungai Sumatera VII.

Seminar yang bertajuk “Nature for Water” atau “Lestarikan Alam untuk Air” ini berlangsung di Aula Teramang Muar Nasal – Padang Guci dan menghadirkan 3 narasumber yang kompeten di bidangnya, yaitu M. Faiz Barchia selaku Dosen Pasca Sarjana PSDAL, Harismanto S.Hut selaku Kasi Pengelolaan DAS dan Rehabilitasi Dinas LHK Provinsi Bengkulu dan Akhmad Sulaeman, ATP selaku Kasi Pelaksanaan Balai Wilayah Sungai Sumatera VII. Peserta yang hadir dalam seminar ini adalah perwakilan mahasiswa dari berbagai Universitas di Bengkulu, yaitu Universitas Bengkulu (UNIB), Universitas Prof Dr. Hazairin SH (UNIHAZ), Universitas Dehasen (UNIVED), dan Universitas Muhammadiyah Bengkulu (UMB).

Dalam penjelasannya, M. Faiz Barciya mengungkapkan kekhawatiran akan kondisi air di Indonesia saat ini. Bagaimana tidak, kebutuhan air bersih semakin hari semakin banyak. Sehingga kondisi ini menyebabkan pasokan air bersih berkurang. “Seperti halnya di daerah Jawa dan Bali, ketersediaan air yang ada tidak cukup untuk memenuhi semua kebutuhan, mereka mengalami krisis air bersih sehingga untuk mandi pun susah. Hal ini disebabkan karena kita masih belum bijak dalam menggunakan air” ujarnya. “Jika kita tidak bijak menggunakan air, akan berdampak pada hancurnya ekosistem kita” tambahnya.

Harismanto S. Hut mengatakan bahwa Pemerintah dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) akan melakukan rehabilitasi hutan dengan cara reboisasi dan penghijauan, selain itu Dinas LHK juga akan bekerja sama dengan Balai Wilayah Sungai Sumatera VII dalam pembuatan biopori dalam rangka upaya Rehabilitasi Hutan untuk pemulihan Air.

Akhmad Sulaeman ATP, dalam pemaparannya menjelaskan tentang inovasi penyelamatan air yang akan dilakukan Balai Wilayah Sungai Sumatera VII yaitu teknologi pemanenan air hujan (rain harvesting) dengan membuat biopori atau lubang silindris yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah sebagai metode resapan air yang ditujukan untuk mengatasi genangan air dengan cara meningkatkan daya resap air pada tanah. Dimana, praktek pemanenan air hujan ini telah dilakukan di berbagai negara seperti Cina, Brazil, India, Inggris dan Myanmar. Pemanfaatannya pun digunakan untuk kebutuhan sehari-hari seperti penyediaan air minum, air bersih, pengairan, pertanian dan hidroponik.

Dengan diadakannya seminar ini, Tim Pelaksana Seminar “Nature for Water” berharap peserta yang hadir mendapatkan banyak wawasan seputar air dan lebih peka terhadap lingkungan dan ekosistem di sekitar.

  

Sementara itu, kegiatan donor darah yang dilakukan oleh Palang Merah Indonesia (PMI) berlangsung di halaman depan Kantor Balai Wilayah Sungai Sumatera VII. Tersedia sebuah mobil mini bus tempat dilakukannya proses donor darah yang telah disediakan oleh PMI. Karyawan BWSS VII tampak cukup antusias mengikuti kegiatan ini, terbukti dengan jumlah pendonor pada hari itu tercatat 25 peserta. Peserta yang mendaftar, sebelumnya akan diperiksa terlebih dahulu kondisi kesehatan tubuhnya oleh tim PMI. Adapun syarat yang harus dipenuhi pendonor adalah sebagai berikut:

  1. Usia 17-60 tahun
  2. Berat badan minimal 45 kg
  3. Temperatur tubuh 36,6 – 37,5 derajat Celcius
  4. Tekanan darah baik yaitu sistole = 110-160 mmHg, diastole = 70-100 mmHg
  5. Denyut nadi teratur yaitu sekitar 50-100 kali/menit
  6. Hemoglobin perempuan minimal 12 gram, sedangkan untuk laki-laki minimal 12,5 gram
  7. Jumlah penyumbangan per tahun paling banyak 5 kali dengan jarak penyumbangan sekurang-kurangnya 3 bulan
  8. Calon donor dapat mengambil dan menandatangani formulir pendaftaran, lalu menjalani pemeriksaan pendahuluan, seperti kondisi berat badan, HB, golongan darah, dan dilanjutkan dengan pemeriksaan dokter

Jika ada peserta yang belum memenuhi kedelapan syarat tersebut, maka donor darah tidak bisa dilakukan. Seperti halnya ada salah satu peserta pada saat itu yang memiliki tekanan darah tinggi ketika diperiksa, maka proses pemeriksaan selanjutnya akan dibatalkan dan tidak dapat melakukan donor darah.

Tujuan dari aksi donor darah “Setitik Darah, Sejuta Jiwa” ini adalah membantu meningkatkan ketersediaan darah di PMI dan juga mendorong gaya hidup sehat masyarakat melalui donor darah. Seperti yang diketahui, manfaat donor darah bagi kesehatan tubuh dapat menjaga kesehatan jantung dan membuat darah mengalir lebih lancar juga meningkatkan produksi sel darah merah.

  • Mar, 22, 2018
  • Dilihat 607 kali
  • Cetak
  • Bagikan :





Arsip