Sumber Daya Air (SDA), Energi, Pangan, dan Ekosistem menunjukkan keterkaitan yang sangat kuat. Konsep ini mencoba menempatkan posisi air sebagai sumber kehidupan yang diharapkan dapat terus mendukung berbagai kebutuhan manusia secara seimbang. Namun di lain pihak, jumlah air selalu mengalami keterbatasan, bahkan akhir-akhir ini cukup terganggu, baik dari segi kuantitas maupun kualitas.
Hal tersebut disampaikan Kepala BBWS Serayu Opak Gatut Bayuadji, yang juga menjabat sebagai Ketua Himpunan Ahli Teknik Hidraulik Indonesia (HATHI) Cabang Yogyakarta, Jumat (21/3/2025) dalam acara Webinar HATHI bertajuk “Konservasi DAS Serayu dalam Upaya Pengurangan Risiko Banjir, Sedimentasi, dan Pemenuhan WEFE Nexus”.
Gatut menjelaskan, tingginya curah hujan juga menimbulkan permasalahan, antara lain banjir, naiknya permukaan air laut (rob), hingga kerusakan tanggul sungai. Hal ini tentunya membutuhkan penanganan segera agar masyarakat tidak terdampak atas bencana tersebut.
Kepala BBWS Serayu Opak mengatakan, sinergi multisetor perlu didorong di semua level. Hal ini tentunya tidak mudah, karena harus memperhatikan berbagai regulasi, wewenang, serta menghindari adanya ego sektoral. Namun demikian, kita harus mampu dan memperkokoh diri untuk melampaui batas-batas tersebut.
Konsep pengelolaan SDA saat ini sejatinya sudah dapat mewadahi integrasi antar sektor yang berkecimpung di bidang SDA. Kelima pilar SDA telah menjadi tonggak perkuatan dan keterpaduan yang terus diperkokoh dalam forum komunikasi antar sektor.
Sementara itu, Direktur Sistem dan Strategi Pengelolaan Sumber Daya Air (SSPSDA) Ditjen SDA Kementerian PU Birendrajana dalam arahannya mengatakan bahwa keberhasilan pembangunan SDA tidak hanya bergantung pada aspek teknis namun juga harus selaras dengan kebijakan nasional.
Birendrajana menjelaskan, ketahanan sumber daya air merupakan salah satu elemen kunci untuk mendukung ketahanan nasional dan kesejahteraan masyarakat. Pengelolaan SDA haruslah berbasis data, mengakomodasi kepentingan seluruh stakeholder, dan berorientasi pada keberlanjutan.
Selain itu, pendayagunaan SDA harus dilakukan secara merata dan adil guna mendukung berbagai sektor. Pengendalian daya rusak air haruslah menjadi prioritas mengingat meningkatnya frekuensi ancaman bencana. Keberhasilan implementasi pengelolaan SDA sangat bergantung pada kolaborasi antara pemerintah, akademisi, praktisi, dan masyarakat. (Humas SO)